Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tantowi: Jokowi Terperangkap dalam Permainannya Sendiri

Kompas.com - 22/10/2014, 21:40 WIB
Dani Prabowo

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com
 — Rencana pengumuman kabinet oleh Presiden Joko Widodo di Dermaga 302, Terminal III, Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Rabu (22/10/2014) malam, batal. Jokowi dinilai terjebak oleh janji-janji yang diucapkannya sendiri.

Ketua DPP Partai Golkar Tantowi Yahya mengatakan, ketika mencalonkan diri sebagai presiden, Jokowi pernah menekankan bahwa koalisi yang akan ia susun merupakan koalisi tanpa syarat. Di samping itu, Jokowi juga pernah menyatakan bahwa calon menteri yang akan mengisi kabinetnya mayoritas berasal dari kalangan profesional.

"Dia tidak tahu bahwa di dalam politik tidak ada tanpa syarat. Jokowi terperangkap dalam permainan yang dia bikin sendiri," kata Tantowi saat dihubungi Kompas.com, Rabu malam.

Menurut Tantowi, koalisi dengan syarat merupakan sebuah keniscayaan dalam politik. Parpol mungkin awalnya menyetujui usulan yang diajukan oleh kandidat pasangan capres dan cawapres. Namun, seiring dengan kemenangan yang diraih, keinginan untuk memperoleh kekuasaan pun akan timbul.

Tantowi mengingatkan, Jokowi pernah mengumumkan komposisi kabinet yang terdiri dari 16 orang asal partai politik dan 18 dari profesional. Menurut dia, komposisi itu merupakan janji politik Jokowi kepada masyarakat yang harus dipenuhi.

"Pekerjaan rumah Jokowi sekarang bagaimana meredam konflik di dalam koalisi. Ketika membangun sebuah koalisi, yang harus didukung parpol bagaimana me-manage ekspektasi parpol," katanya.

Pada pemilu presiden lalu, ada lima partai yang bergabung ke dalam Koalisi Indonesia Hebat (KIH), yaitu PDI Perjuangan, PKB, Nasdem, Hanura, dan PKPI. Dukungan terhadap koalisi ini kemungkinan bertambah jika PPP benar-benar bergabung dalam koalisi tersebut.

Tantowi mengatakan, kehadiran PPP tentu akan memengaruhi konstelasi politik dalam koalisi. Jokowi tentu tidak dapat melihat bahwa dukungan yang diberikan PPP merupakan "makan siang gratis". Sayangnya, Jokowi terbentur pada permainan yang telah ia buat.

"Jumlah itu tidak dapat berubah. Kalau berubah, pasar akan bereaksi negatif. Tidak bisa Jokowi menambah kursi parpol itu," katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Ganjar Kembali Tegaskan Tak Akan Gabung Pemerintahan Prabowo-Gibran

Ganjar Kembali Tegaskan Tak Akan Gabung Pemerintahan Prabowo-Gibran

Nasional
Kultur Senioritas Sekolah Kedinasan Patut Disetop Buat Putus Rantai Kekerasan

Kultur Senioritas Sekolah Kedinasan Patut Disetop Buat Putus Rantai Kekerasan

Nasional
Kekerasan Berdalih Disiplin dan Pembinaan Fisik di Sekolah Kedinasan Dianggap Tak Relevan

Kekerasan Berdalih Disiplin dan Pembinaan Fisik di Sekolah Kedinasan Dianggap Tak Relevan

Nasional
Kekerasan di STIP Wujud Transformasi Setengah Hati Sekolah Kedinasan

Kekerasan di STIP Wujud Transformasi Setengah Hati Sekolah Kedinasan

Nasional
Ganjar Bubarkan TPN

Ganjar Bubarkan TPN

Nasional
BNPB: 13 Orang Meninggal akibat Banjir dan Longsor di Sulsel, 2 dalam Pencarian

BNPB: 13 Orang Meninggal akibat Banjir dan Longsor di Sulsel, 2 dalam Pencarian

Nasional
TNI AU Siagakan Helikopter Caracal Bantu Korban Banjir dan Longsor di Luwu

TNI AU Siagakan Helikopter Caracal Bantu Korban Banjir dan Longsor di Luwu

Nasional
Prabowo Diharapkan Beri Solusi Kuliah Mahal dan Harga Beras daripada Dorong 'Presidential Club'

Prabowo Diharapkan Beri Solusi Kuliah Mahal dan Harga Beras daripada Dorong "Presidential Club"

Nasional
Ide 'Presidential Club' Dianggap Sulit Satukan Semua Presiden

Ide "Presidential Club" Dianggap Sulit Satukan Semua Presiden

Nasional
Halal Bihalal, Ganjar-Mahfud dan Elite TPN Kumpul di Posko Teuku Umar

Halal Bihalal, Ganjar-Mahfud dan Elite TPN Kumpul di Posko Teuku Umar

Nasional
Pro-Kontra 'Presidential Club', Gagasan Prabowo yang Dinilai Cemerlang, tapi Tumpang Tindih

Pro-Kontra "Presidential Club", Gagasan Prabowo yang Dinilai Cemerlang, tapi Tumpang Tindih

Nasional
Evaluasi Mudik, Pembayaran Tol Nirsentuh Disiapkan untuk Hindari Kemacetan

Evaluasi Mudik, Pembayaran Tol Nirsentuh Disiapkan untuk Hindari Kemacetan

Nasional
Polri: Fredy Pratama Masih Gencar Suplai Bahan Narkoba Karena Kehabisan Modal

Polri: Fredy Pratama Masih Gencar Suplai Bahan Narkoba Karena Kehabisan Modal

Nasional
SYL Ungkit Kementan Dapat Penghargaan dari KPK Empat Kali di Depan Hakim

SYL Ungkit Kementan Dapat Penghargaan dari KPK Empat Kali di Depan Hakim

Nasional
Saksi Mengaku Pernah Ditagih Uang Pembelian Senjata oleh Ajudan SYL

Saksi Mengaku Pernah Ditagih Uang Pembelian Senjata oleh Ajudan SYL

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com