Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menunggu Transparansi Tim Transisi Jokowi-JK

Kompas.com - 29/08/2014, 07:08 WIB
Indra Akuntono

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com — Tim Transisi yang dibentuk pasangan presiden dan wakil presiden terpilih Joko Widodo-Jusuf Kalla bertugas membantu pasangan ini melewati transisi pemerintahan dengan mulus. Tim ini terdiri dari lima orang yang dibantu oleh ratusan anggota kelompok kerja (pokja). Sejak Kantor Transisi diresmikan Jokowi pada 4 Agustus lalu, Tim Transisi langsung bekerja.

Tim melakukan pemetaan masalah dan solusi bersamaan dengan rekrutmen anggota pokja. Akan tetapi, ada hal-hal yang tak transparan disampaikan oleh tim, di antaranya sumber biaya operasional, jumlah pokja, figur yang berada dalam pokja, dan proses rekrutmennya yang tidak pernah disampaikan secara gamblang. Tak ada jawaban lugas saat hal ini ditanyakan.

Tim Transisi dipimpin oleh Rini M Soemarno. Empat deputi yang membantunya adalah Hasto Kristiyanto yang membidangi kajian APBN, Andi Widjajanto yang mengkaji struktur kabinet, Akbar Faizal yang fokus pada persoalan infrastruktur, dan Anies Baswedan yang fokus pada program unggulan Jokowi-Jusuf Kalla, seperti Kartu Indonesia Sehat (KIS) dan Kartu Indonesia Pintar (KIP).

Mengenai sumber dana, Jokowi tampak terganggu saat ditanya soal itu. Ia tak menyebutkan dari mana biaya operasional Tim Transisi berasal. Namun, Jokowi memastikan bahwa dana berasal dari sumber yang legal. 

"Saya sendiri juga masih kuat (biayai Tim Transisi). Memang biaya ini apa, seperti menggunakan dana besar sekali. Saya tidak senang kamu tiap hari tanyakan soal itu," kata Jokowi, Kamis (7/8/2014).

Mengenai pokja, Hasto pernah berjanji akan memberikan informasi detail pada pekan kedua Agustus 2014. Akan tetapi, hingga saat ini, tak pernah ada keterangan lengkap mengenai jumlah pokja, jumlah anggota, dan rekrutmen anggota pokja tersebut. Bahkan, petinggi partai pendukung juga tak pernah diberi tahu secara detail mengenai pokja tersebut.

Tim Transisi pun beberapa kali merombak jumlah pokja. Terakhir, jumlah pokja menjadi 22, dengan bidang yang dikaji antara lain infrastruktur, pertanian, APBN, KIS dan KIP, serta energi. Dari 22 pokja tersebut, ada 88 relawan yang dibagi dalam 20 pokja yang ada. Kehadiran para relawan itu diklaim sebagai bukti dilakukannya pengawasan ketat dan transparan dalam mengkaji kabinet dan kebijakan.

Selain 88 relawan, masih ada puluhan anggota pokja dari latar belakang berbeda. Deputi Transisi Andi Widjajanto menyebut, mereka berasal dari kalangan profesional, aktivis, dan figur lain yang memiliki kompetensi sesuai bidang yang dikaji. Andi mengatakan, pokja hanya bertugas melakukan kajian untuk diteruskan pada Tim Transisi dan dilaporkan kepada Jokowi-JK.

Rekrutmen anggota pokja tidak dilakukan superketat karena pokja tak akan dilibatkan saat Tim Transisi berkomunikasi dengan kementerian di kabinet Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Saat berkoordinasi dengan kementerian, Tim Transisi akan diwakili oleh kepala staf dan deputinya.

Tim Transisi baru akan membuka semuanya kepada publik secara transparan setelah masa tugasnya berakhir, yakni pada 15 September 2014. Langkah ini diambil dengan alasan untuk menjaga fokus Tim Transisi dan pokja dalam melakukan tugasnya.

"Nanti baru kita sampaikan setelah kita selesai bekerja. Supaya sekarang kita bisa fokus, enggak terganggu komentar-komentar dari pihak yang enggak suka," kata Andi, Kamis (28/8/2014).

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pejabat Kementan Tanggung Sewa 'Private Jet' SYL Rp 1 Miliar

Pejabat Kementan Tanggung Sewa "Private Jet" SYL Rp 1 Miliar

Nasional
Pejabat Kementan Tanggung Kebutuhan SYL di Brasil, AS, dan Arab Saudi

Pejabat Kementan Tanggung Kebutuhan SYL di Brasil, AS, dan Arab Saudi

Nasional
Gubernur Maluku Utara Akan Didakwa Terima Suap dan Gratifikasi Rp 106,2 Miliar

Gubernur Maluku Utara Akan Didakwa Terima Suap dan Gratifikasi Rp 106,2 Miliar

Nasional
MK Jadwalkan Putusan 'Dismissal' Sengketa Pileg pada 21-22 Mei 2024

MK Jadwalkan Putusan "Dismissal" Sengketa Pileg pada 21-22 Mei 2024

Nasional
Mahfud Ungkap Jumlah Kementerian Sudah Diminta Dipangkas Sejak 2019

Mahfud Ungkap Jumlah Kementerian Sudah Diminta Dipangkas Sejak 2019

Nasional
Tanggapi Ide Tambah Kementerian, Mahfud: Kolusinya Meluas, Rusak Negara

Tanggapi Ide Tambah Kementerian, Mahfud: Kolusinya Meluas, Rusak Negara

Nasional
[POPULER NASIONAL] Perbandingan Jumlah Kementerian Masa Megawati sampai Jokowi | Indonesia Kecam Serangan Israel ke Rafah

[POPULER NASIONAL] Perbandingan Jumlah Kementerian Masa Megawati sampai Jokowi | Indonesia Kecam Serangan Israel ke Rafah

Nasional
Tanggal 12 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 12 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Tanggal 11 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 11 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Demokrat Anggap Rencana Prabowo Tambah Kementerian Sah Saja, asal...

Demokrat Anggap Rencana Prabowo Tambah Kementerian Sah Saja, asal...

Nasional
Indonesia Digital Test House Diresmikan, Jokowi: Super Modern dan Sangat Bagus

Indonesia Digital Test House Diresmikan, Jokowi: Super Modern dan Sangat Bagus

Nasional
Menko Polhukam Harap Perpres 'Publisher Rights' Bisa Wujudkan Jurnalisme Berkualitas

Menko Polhukam Harap Perpres "Publisher Rights" Bisa Wujudkan Jurnalisme Berkualitas

Nasional
Saksi Sebut Kementan Beri Rp 5 Miliar ke Auditor BPK untuk Status WTP

Saksi Sebut Kementan Beri Rp 5 Miliar ke Auditor BPK untuk Status WTP

Nasional
Kasus Dugaan Asusila Ketua KPU Jadi Prioritas DKPP, Sidang Digelar Bulan Ini

Kasus Dugaan Asusila Ketua KPU Jadi Prioritas DKPP, Sidang Digelar Bulan Ini

Nasional
Gubernur Maluku Utara Nonaktif Diduga Cuci Uang Sampai Rp 100 Miliar Lebih

Gubernur Maluku Utara Nonaktif Diduga Cuci Uang Sampai Rp 100 Miliar Lebih

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com