Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Puskaptis: "Quick Count" Hanya Berlaku Hingga Lima Jam

Kompas.com - 13/07/2014, 12:13 WIB
Ambaranie Nadia Kemala Movanita

Penulis

KOMPAS/WAWAN H PRABOWOPasangan calon presiden Prabowo Subianto dan calon wakil presiden Hatta Rajasa bersama tim pemenangannya bersujud syukur di teras rumah orangtua Prabowo Subianto di Jalan Kertanegara, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Rabu (9/7/2014). Tim pemenangan pasangan Prabowo-Hatta mengklaim telah unggul berdasarkan hasil hitung cepat dari LSN, IRC, JSI, dan Puskaptis.


JAKARTA, KOMPAS.com - Direktur Eksekutif Pusat Kajian Kebijakan dan Pembangunan Strategis (Puskaptis) Husin Yazid mengatakan, hasil hitung cepat yang dirilis berbagai lembaga survei hanya berlaku mulai rekapitulasi suara di tempat pemungutan suara hingga lima jam setelahnya atau kira-kira pukul 18.00 WIB pada 9 Juli 2014. Ia menambahkan, perolehan suara hitung cepat hanyalah sampel dari beberapa TPS, jadi hasilnya hanya sementara.

"Pengertian hitung cepat karena kami gunakan sampel, artinya usia quick count dari jam 13.00-18.00 WIB. Lalu, secara struktur di TPS-TPS itu kan yang sudah menghitung dari jam 13.00 dan jam 14.00 WIB selesai semua," ujar Husin saat dihubungi Kompas.com, Minggu (13/7/2014).

Setelah itu, kata Husin, para saksi dari KPU, petugas TPS, dan saksi dari masing-masing kandidat capres-cawapres akan menghimpun data dari seluruh TPS di Indonesia. Hasil inilah yang kemudian dirilis KPU di situsnya sebagai hasil real count.

"Setelah (hitung cepat) berakhir, langsung ke real count. Kami hanya sampel kok, mereka kan hasil real hasil hitung TPS dari C-1," kata Husin.

Husin menyebut hasil hitung cepat tidak hanya hasil penghitungan yang cepat, tetapi juga tepat dan akurat. Disebut cepat karena mengambil data dari TPS sampel dan mengirimnya ke server mereka untuk dihitung.

Husin menyebutkan, ketepatan juga menjadi hal yang diperhatikan dengan mengambil data dari TPS yang benar dan disahkan oleh petugas TPS dan para saksi. "Dan akurat, kan kami punya tim yang kompeten dan berpengalaman," ujarnya.

Husin mengatakan, hasil hitung cepat bisa menjadi gambaran bagi masyarakat mengenai hasil pemilu yang nantinya dirilis oleh KPU pada 22 Juli 2014. Selain itu, hitung cepat dapat menjadi fungsi kontrol terhadap perolehan suara.

"Jika ada kekeliruan, ada intervensi dari orang dalam KPU atau calon sehingga fungsi kontrol kita sama-sama mengontrol masyarakat. Juga bisa mengontrol, ini loh gambarannya," ujarnya.

Seusai pemungutan suara pemilu presiden 9 Juli 2014, Puskaptis menyatakan pasangan capres-cawapres Prabowo Subianto dan Hatta Rajasa unggul dengan 52,05 persen, sementara pasangan Joko Widodo dan Jusuf Kalla memperoleh 47,95 persen. Hasil ini berbeda dari hasil hitung cepat delapan lembaga survei lain yang menyatakan Jokowi-JK unggul dengan selisih perolehan suara hingga 5 persen (baca: "Quick Count", Ini Hasil Lengkap 11 Lembaga Survei).

Karena perbedaan hasil hitung cepat itu, masing-masing pasangan calon saling mengklaim menang. Hasil hitung cepat bukan hasil resmi pemungutan suara. Hasil resmi akan diumumkan oleh Komisi Pemilihan Umum pada 22 Juli 2014.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Jadi Tempat Prostitusi, RTH Tubagus Angke Diusulkan untuk Ditutup Sementara dan Ditata Ulang

Jadi Tempat Prostitusi, RTH Tubagus Angke Diusulkan untuk Ditutup Sementara dan Ditata Ulang

Nasional
Pertamina Goes To Campus, Langkah Kolaborasi Pertamina Hadapi Trilema Energi

Pertamina Goes To Campus, Langkah Kolaborasi Pertamina Hadapi Trilema Energi

Nasional
Respons Luhut Soal Orang 'Toxic', Golkar Klaim Menterinya Punya Karya Nyata

Respons Luhut Soal Orang "Toxic", Golkar Klaim Menterinya Punya Karya Nyata

Nasional
Ditanya Soal Progres Pertemuan Prabowo-Megawati, Gerindra: Keduanya Mengerti Kapan Harus Bertemu

Ditanya Soal Progres Pertemuan Prabowo-Megawati, Gerindra: Keduanya Mengerti Kapan Harus Bertemu

Nasional
Gerindra Tangkap Sinyal PKS Ingin Bertemu Prabowo, tapi Perlu Waktu

Gerindra Tangkap Sinyal PKS Ingin Bertemu Prabowo, tapi Perlu Waktu

Nasional
Mencegah 'Presidential Club' Rasa Koalisi Pemerintah

Mencegah "Presidential Club" Rasa Koalisi Pemerintah

Nasional
Nasdem-PKB Gabung Prabowo, Zulhas Singgung Pernah Dicap Murtad dan Pengkhianat

Nasdem-PKB Gabung Prabowo, Zulhas Singgung Pernah Dicap Murtad dan Pengkhianat

Nasional
Pengamat HI Harap Menlu Kabinet Prabowo Paham Geopolitik, Bukan Cuma Ekonomi

Pengamat HI Harap Menlu Kabinet Prabowo Paham Geopolitik, Bukan Cuma Ekonomi

Nasional
PDI-P Harap MPR Tak Lantik Prabowo-Gibran, Gerindra: MK Telah Ambil Keputusan

PDI-P Harap MPR Tak Lantik Prabowo-Gibran, Gerindra: MK Telah Ambil Keputusan

Nasional
Sepakat dengan Luhut, Golkar: Orang 'Toxic' di Pemerintahan Bahaya untuk Rakyat

Sepakat dengan Luhut, Golkar: Orang "Toxic" di Pemerintahan Bahaya untuk Rakyat

Nasional
Warung Madura, Etos Kerja, dan Strategi Adaptasi

Warung Madura, Etos Kerja, dan Strategi Adaptasi

Nasional
BMKG: Suhu Panas Mendominasi Cuaca Awal Mei, Tak Terkait Fenomena 'Heatwave' Asia

BMKG: Suhu Panas Mendominasi Cuaca Awal Mei, Tak Terkait Fenomena "Heatwave" Asia

Nasional
Momen Unik di Sidang MK: Ribut Selisih Satu Suara, Sidang 'Online' dari Pinggir Jalan

Momen Unik di Sidang MK: Ribut Selisih Satu Suara, Sidang "Online" dari Pinggir Jalan

Nasional
Maksud di Balik Keinginan Prabowo Bentuk 'Presidential Club'...

Maksud di Balik Keinginan Prabowo Bentuk "Presidential Club"...

Nasional
Resistensi MPR Usai PDI-P Harap Gugatan PTUN Bikin Prabowo-Gibran Tak Dilantik

Resistensi MPR Usai PDI-P Harap Gugatan PTUN Bikin Prabowo-Gibran Tak Dilantik

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com