Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kericuhan di Hongkong Baru Mulai Ketika Pemungutan Suara Sudah Usai

Kompas.com - 07/07/2014, 16:09 WIB
JAKARTA, KOMPAS.com — Pemungutan suara di Victoria Park, Hongkong, Minggu (6/7/2014), berakhir ricuh. Menurut salah satu panitia yang terlibat dalam penyelenggaraan pemilu tersebut, kericuhan baru dimulai justru ketika semua proses pemungutan suara sudah selesai. Berikut ini adalah tuturan panitia tersebut tentang pemungutan suara di Victoria Park.

"Pukul 07.00 waktu Hongkong, panitia sudah berkumpul di Lapangan Rumput Victoria Park," tutur petugas KPPSLN TPS 12, Dhieny Megawati, Senin (7/7/2014) siang, lewat komunikasi online. Sebelumnya, lewat laman Facebook, dia menuliskan pula kronologi pemungutan suara di Hongkong tersebut.

Menurut Dhieny, cuaca pada hari itu memang panas dan pengap. Ketika semua persiapan rampung dan para petugas menempatkan diri di tempat pemungutan suara (TPS) yang jadi tanggung jawab masing-masing, kondisi mereka sudah basah kuyup. "Ya, basah kuyup mandi keringat," ujar dia.

Partisipasi tiga kali lipat

Di masing-masing TPS—ada 13 TPS di lapangan ini—para petugas diambil sumpah dan berdoa bersama sebelum memulai tugas. "Sejurus kemudian saya menengok ke arah selatan tempat gerbang (berada), wow... sudah ratusan yang antre," tutur Dhieny.

Pada pukul 09.00 waktu setempat, lanjut Dhieny, Victoria Park sudah banjir pemilih. "Itu tanpa jeda sedikit pun hingga pukul 17.30 WIB," tutur dia. "TPS kami (saja) melayani hampir 1.800 pemilih."

Dhieny mengatakan, pada pemilu legislatif, setiap TPS rata-rata hanya melayani 400 sampai 600 pemilih. Baik pemilu legislatif maupun pemilu presiden, ada 13 TPS di Victoria Park. "Kali ini setiap TPS rata-rata (melayani) 1.400 sampai 1.800 pemilih, dengan (tetap) tujuh petugas di setiap TPS," sebut dia sembari menambahkan ada dua TPS lagi di Makau.

Menurut Dhieny, sistem pendaftaran pemilih tambahan di Victoria Park juga sudah memakai sistem barcode seperti halnya di Singapura dan Tokyo, Jepang. Namun, tetap saja pendataan pemakaian surat suara dilakukan secara manual, termasuk tanda tangan.

Berjeda hujan

Di tengah semua hiruk pikuk itu, pada pukul 10.00 waktu setempat, hujan turun sangat lebat, kontras dengan terik sebelumnya. Angin kencang juga sempat merobohkan TPS 13, di tengah upaya para petugas "menyelamatkan" semua dokumen dan komputer. "Akibatnya memang sedikit ricuh, antrean semakin mengular, komputer juga sempat hang," kata Dhieny.

Pada pukul 16.00 waktu setempat, petugas mengingatkan melalui pengeras suara bahwa TPS akan tutup pada pukul 17.00. Petugas berharap semua pemilih untuk segera datang dan antre. Langkah ini bukan sekadar formalitas sesuai ketentuan UU, kata dia, tetapi juga karena ketatnya peraturan di Hongkong.

"Mungkin tidak banyak yang tahu ketika kami sering didatangi petugas Victoria Park, polisi, dan petugas keamanan, memperingatkan bahwa pengeras suara kami terlalu keras, yang menurut aturan Hongkong tidak diperbolehkan," tutur Dhieny. "Bahkan, arah sound system pun tak boleh ke permukiman (tetapi) ker arah laut."

Belum lagi, lanjut Dhieny, otoritas Hongkong juga berkali-kali memastikan tak ada keributan, mengingatkan batas waktu izin kegiatan Konsulat Jenderal RI yang hanya sampai pukul 17.00 waktu setempat.

Pada pukul 16.30, Dhieny mengatakan, semua proses bagi pemilih yang hendak menggunakan hak pilih dipermudah bagi semua pemilih. Kami memasukkan ke daftar pemilih tambahan, semua pemilih yang datang berbekal KTP dan paspor Indonesia, sembari memastikan keaslian identitas.

Semua sudah selesai ketika keriuhan bermula

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Prabowo Klaim Bakal Tepati Janji Kampanye dan Tak Risau Dikritik

Prabowo Klaim Bakal Tepati Janji Kampanye dan Tak Risau Dikritik

Nasional
Pengacara Gus Muhdlor Sebut Akan Kembali Ajukan Gugatan Praperadilan Usai Mencabut

Pengacara Gus Muhdlor Sebut Akan Kembali Ajukan Gugatan Praperadilan Usai Mencabut

Nasional
Prabowo Akui Demokrasi Indonesia Melelahkan tetapi Diinginkan Rakyat

Prabowo Akui Demokrasi Indonesia Melelahkan tetapi Diinginkan Rakyat

Nasional
Tanggapi Wacana Penambahan Kementerian, PDI-P: Setiap Presiden Punya Kebijakan Sendiri

Tanggapi Wacana Penambahan Kementerian, PDI-P: Setiap Presiden Punya Kebijakan Sendiri

Nasional
BNPB: Total 43 Orang Meninggal akibat Banjir di Sumatera Barat

BNPB: Total 43 Orang Meninggal akibat Banjir di Sumatera Barat

Nasional
Megawati Kunjungi Pameran Butet, Patung Pria Kurus Hidung Panjang Jadi Perhatian

Megawati Kunjungi Pameran Butet, Patung Pria Kurus Hidung Panjang Jadi Perhatian

Nasional
PDI-P Bentuk Komisi Bahas Posisi Partai terhadap Pemerintahan Prabowo

PDI-P Bentuk Komisi Bahas Posisi Partai terhadap Pemerintahan Prabowo

Nasional
Pengacara Tuding Jaksa KPK Tak Berwenang Tuntut Hakim Agung Gazalba Saleh

Pengacara Tuding Jaksa KPK Tak Berwenang Tuntut Hakim Agung Gazalba Saleh

Nasional
Sekjen PDI-P: Bung Karno Tidak Hanya Milik Rakyat Indonesia, tapi Bangsa Dunia

Sekjen PDI-P: Bung Karno Tidak Hanya Milik Rakyat Indonesia, tapi Bangsa Dunia

Nasional
Pejabat Kementan Mengaku Terpaksa “Rogoh Kocek” Pribadi untuk Renovasi Kamar Anak SYL

Pejabat Kementan Mengaku Terpaksa “Rogoh Kocek” Pribadi untuk Renovasi Kamar Anak SYL

Nasional
Sebut Ada 8 Nama untuk Pilkada Jakarta, Sekjen PDI-P: Sudah di Kantongnya Megawati

Sebut Ada 8 Nama untuk Pilkada Jakarta, Sekjen PDI-P: Sudah di Kantongnya Megawati

Nasional
Gus Muhdlor Cabut Gugatan Praperadilan untuk Revisi

Gus Muhdlor Cabut Gugatan Praperadilan untuk Revisi

Nasional
KPU Sebut Faktor Kesiapan Bikin Calon Independen Batal Daftar Pilkada 2024

KPU Sebut Faktor Kesiapan Bikin Calon Independen Batal Daftar Pilkada 2024

Nasional
Hal yang Perlu Diperhatikan Saat Jemaah Haji Tinggalkan Hotel untuk Ibadah di Masjid Nabawi

Hal yang Perlu Diperhatikan Saat Jemaah Haji Tinggalkan Hotel untuk Ibadah di Masjid Nabawi

Nasional
Pakar: Ada 1 Opsi Ubah UU Kementerian Negara, Ajukan Uji Materi ke MK tapi...

Pakar: Ada 1 Opsi Ubah UU Kementerian Negara, Ajukan Uji Materi ke MK tapi...

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com