Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Survei Psikolog: Prabowo Lebih Emosional Dibanding Jokowi

Kompas.com - 03/07/2014, 19:23 WIB
Indra Akuntono

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com —
Calon presiden Prabowo Subianto dinilai lebih emosional dibanding rivalnya, Joko Widodo. Penilaian itu diberikan oleh sejumlah psikolog dan merujuk pada survei kepribadian pasangan calon presiden dan calon wakil presiden dengan responden para psikolog.

Guru Besar Psikologi Universitas Indonesia, Hamdi Muluk, menjelaskan, jika diukur dengan angka 1-10, poin untuk stabilitas emosi Prabowo berada pada angka 5,16. Adapun Jokowi 7,60 dalam hal ketenangan dalam menghadapi persoalan yang berat. Sementara itu, cawapres Hatta Rajasa mendapat poin 6,48 dan Jusuf Kalla mendapat poin 7,51.

"Jadi, soal stabilitas emosi, Jokowi relatif lebih stabil dibanding Prabowo," kata Hamdi dalam jumpa pers di Jakarta, Kamis (3/6/2014).

Dalam hal kemampuan menyelesaikan persoalan pelik, poin untuk Jokowi juga lebih tinggi dibanding Prabowo. Jokowi mendapat poin 7,83 dan Prabowo 6,23 poin. Adapun Kalla mendapat poin 7,86 dan Hatta 5,99.

Dalam survei ini, dikaji juga mengenai besarnya motivasi berkuasa untuk masing-masing pasangan capres-cawapres. Di antara Prabowo dan Jokowi, Prabowo dinilai lebih berambisi untuk berkuasa dengan poin 8,64, sedangkan Jokowi diberi poin 6,10.

"Untuk cawapres, Jusuf Kalla lebih berambisi untuk berkuasa dengan 7,31 poin dibanding Hatta Rajasa dengan 7,17 poin," ujar Hamdi.

Dalam kesempatan yang sama, staf pengajar psikologi Universitas Padjadjaran, Zainal Abidin, menilai ada kemungkinan timpangnya hasil survei kepribadian tersebut disebabkan oleh kurangnya informasi dari responden yang seluruhnya adalah psikolog. Secara khusus, ia berkeyakinan bahwa para psikolog tak terlalu mengenal para tokoh yang disurvei, misalnya Hatta Rajasa.

"Saya bukannya membela, tapi bisa saja demikian, apalagi survei dilakukan sebelum debat antar-cawapres," ucap Zainal.

Dekan Fakultas Humaniora Universitas Bina Nusantara, JAA Rumeser, mengatakan, sifat calon pemimpin perlu diketahui oleh publik guna mendapatkan referensi memilih yang sempurna. Akan tetapi, ia berpendapat bahwa ada yang lebih penting ketimbang sifat, yakni perilaku.

"Perilaku memberi contoh, memberi inspirasi, men-challenge proses, membuat orang lain mampu, dan perilaku yang mampu menyentuh hati. Karena menggerakkan itu bukan ke dalam pikiran, tapi ke perasaan," ujarnya.

Di akhir diskusi, Hamdi menyampaikan bahwa dirinya sepakat bahwa kepribadian tak dapat diukur. Ia menjelaskan, semangat dari penelitian ini adalah untuk mengobati kerinduan masyarakat yang ingin mendapat gambaran kepribadian dari masing-masing calon pemimpinnya.

Responden survei ini adalah 204 psikolog dari berbagai latar belakang dan didominasi oleh akademisi. Jumlah 204 psikolog dari seluruh Indonesia dianggap telah mewakili karena 80 persen psikolog berada di Pulau Jawa. Data diambil pada 18-27 Juni 2014.

Karena tak memiliki akses bertatap muka, penilaian dilakukan secara jarak jauh dengan merujuk pada rekaman pidato, rekaman wawancara, biografi, dan peristiwa penting dalam hidup yang dialami masing-masing figur. Mengenai aspek penilaian, tim survei menitikberatkan pada beberapa hal, di antaranya motivasi sosial, sifat, stabilitas emosi, jiwa kepemimpinan, dan cara pengambilan keputusan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Soal Perintah 'Tak Sejalan Silakan Mundur', SYL: Bukan Soal Uang, Tapi Program

Soal Perintah "Tak Sejalan Silakan Mundur", SYL: Bukan Soal Uang, Tapi Program

Nasional
Rosan Ikut di Pertemuan Prabowo-Elon Musk, Bahas Apa?

Rosan Ikut di Pertemuan Prabowo-Elon Musk, Bahas Apa?

Nasional
[POPULER NASIONAL] MPR Bakal Temui Amien Rais | Anies Pertimbangkan Maju Pilkada Jakarta

[POPULER NASIONAL] MPR Bakal Temui Amien Rais | Anies Pertimbangkan Maju Pilkada Jakarta

Nasional
MK Putus 207 Sengketa Pileg Hari Ini hingga Besok

MK Putus 207 Sengketa Pileg Hari Ini hingga Besok

Nasional
Tanggal 24 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 24 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Anies Pertimbangkan Maju Pilkada DKI, PKS: Kita Lagi Cari yang Fokus Urus Jakarta

Anies Pertimbangkan Maju Pilkada DKI, PKS: Kita Lagi Cari yang Fokus Urus Jakarta

Nasional
Momen Menarik di WWF Ke-10 di Bali: Jokowi Sambut Puan, Prabowo Dikenalkan sebagai Presiden Terpilih

Momen Menarik di WWF Ke-10 di Bali: Jokowi Sambut Puan, Prabowo Dikenalkan sebagai Presiden Terpilih

Nasional
Perkenalkan Istilah ‘Geo-cybernetics’, Lemhannas: AI Bikin Tantangan Makin Kompleks

Perkenalkan Istilah ‘Geo-cybernetics’, Lemhannas: AI Bikin Tantangan Makin Kompleks

Nasional
Megawati Disebut Lebih Berpeluang Bertemu Prabowo, Pengamat: Jokowi Akan Jadi Masa Lalu

Megawati Disebut Lebih Berpeluang Bertemu Prabowo, Pengamat: Jokowi Akan Jadi Masa Lalu

Nasional
Laporkan Dewas ke Bareskrim, Wakil Ketua KPK Bantah Dirinya Problematik

Laporkan Dewas ke Bareskrim, Wakil Ketua KPK Bantah Dirinya Problematik

Nasional
Kolaborasi Pertamina–Mandalika Racing Series Dukung Pembalap Muda Bersaing di Kancah Internasional

Kolaborasi Pertamina–Mandalika Racing Series Dukung Pembalap Muda Bersaing di Kancah Internasional

Nasional
Harkitnas, Fahira Idris Tekankan Pentingnya Penguasaan Iptek untuk Capai Visi Indonesia Emas 2045

Harkitnas, Fahira Idris Tekankan Pentingnya Penguasaan Iptek untuk Capai Visi Indonesia Emas 2045

Nasional
Sempat Sebut Lettu Eko Meninggal karena Malaria, Dankormar: Untuk Jaga Marwah Keluarga

Sempat Sebut Lettu Eko Meninggal karena Malaria, Dankormar: Untuk Jaga Marwah Keluarga

Nasional
Yasonna Berharap Program PPHAM Dilanjutkan oleh Pemerintahan Prabowo-Gibran

Yasonna Berharap Program PPHAM Dilanjutkan oleh Pemerintahan Prabowo-Gibran

Nasional
Di WWF 2024, Jokowi Ajak Semua Pihak Wujudkan Tata Kelola Air yang Inklusif dan Berkelanjutan

Di WWF 2024, Jokowi Ajak Semua Pihak Wujudkan Tata Kelola Air yang Inklusif dan Berkelanjutan

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com