Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jusuf Kalla, Sang Pendamai

Kompas.com - 12/06/2014, 17:53 WIB


KOMPAS.com — ”Seorang keturunan Bugis, Jusuf Kalla, pendamai Aceh. Yang lain pandai bicara saja. Saya tahu sejarahnya... Kalau tak ada beliau yang mendamaikan, tak dapat mimpi Aceh damai...”

Kesaksian itu dilontarkan dengan lantang oleh mantan Menteri Pertahanan Gerakan Aceh Merdeka (GAM) Tengku Zakaria Saman. Ratusan warga yang menghadiri kampanye dialog bersama Jusuf Kalla di Sigli, Kabupaten Pidie, Aceh, Kamis (5/6/2014) siang yang terik itu, sontak bertepuk tangan meriah. Halaman rumah Tengku Syekh Umar, yang menjadi tempat pertemuan itu, kian riuh ketika Zakaria meneruskan ceritanya, sebagian dalam bahasa Aceh.

Saat proses perdamaian tahun 2005, Zakaria mengaku mau turun gunung dari persembunyiannya selama 30 tahun karena percaya pada usaha Jusuf Kalla dalam mendorong perdamaian. ”Beliau terima telepon saya jam 12 malam, sementara camat di sini sudah tak terima telepon jam 9 malam,” katanya. Hadirin pun tertawa.

Dalam satu dialog lanjutan di Banda Aceh, Tengku Zakaria kembali menegaskan peran Jusuf Kalla bagi perdamaian di Aceh, ”Beliau itu mesin untuk usahakan perdamaian. Beliau yang berhubungan dengan petinggi-petinggi GAM di dalam negeri dan luar negeri. Beliau yang memonitor.”

Kesaksian Zakaria, yang kini menjadi Penasihat Partai Aceh, tak berlebihan. Kita ingat, gejolak di Aceh mengeras tahun 1976 ketika pemerintah menangani masalah itu dengan operasi militer. Banyak tokoh GAM lari dan mengobarkan perlawanan dari luar negeri. Reformasi 1998 tak menghentikan kekerasan di Tanah Rencong.

Pendekatan militer justru terus mereproduksi kekerasan. Menurut Juru Runding Perdamaian Aceh di Helsinki, Finlandia, Sofyan Djalil, selama konflik tahun 1975-2004, korban tewas dari rakyat Aceh diperkirakan 15.000 orang. Harga yang mahal. Terlebih lagi, kehidupan di wilayah itu tak kunjung membaik, bahkan kian tak menentu.

Lalu, gempa dan tsunami meluluhlantakkan Aceh pada 26 Desember 2004. Ratusan ribu orang tewas, ratusan ribu mengungsi, rumah hancur, infrastruktur berantakan, pertanian rusak. Kebutuhan untuk membangun kembali daerah ini akhirnya menyadarkan semua pihak untuk mengakhiri pertikaian yang telah berlangsung 30 tahun.

Jusuf Kalla, yang saat itu sebagai wakil presiden mendampingi Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, mendapat amanat untuk merancang perdamaian. Dia bentuk tim juru runding, menghubungi tokoh-tokoh GAM di dalam dan luar negeri, terus berdialog, hingga akhirnya ditandatangani perjanjian damai di Helsinki, 17 Juli 2005.

Anggota DPD terpilih dari Aceh, Gozali Abbas Adan, menilai, Jusuf Kalla punya peran besar bagi perdamaian Aceh. Tengku Zakaria mengingatkan warga Aceh tidak melupakan budi baik Jusuf Kalla. Dia berpesan, ”Saya mohon kepada Saudara-saudara semua, jangan sekali-kali kacang lupa pada kulitnya.” Hadirin kembali bertepuk tangan. (Ilham Khoiri)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

DPR Tunggu Surpres Sebelum Bahas RUU Kementerian Negara dengan Pemerintah

DPR Tunggu Surpres Sebelum Bahas RUU Kementerian Negara dengan Pemerintah

Nasional
Nurul Ghufron Akan Bela Diri di Sidang Etik Dewas KPK Hari Ini

Nurul Ghufron Akan Bela Diri di Sidang Etik Dewas KPK Hari Ini

Nasional
Prabowo Nilai Gaya Militeristik Tak Relevan Lagi, PDI-P: Apa Mudah Seseorang Berubah Karakter?

Prabowo Nilai Gaya Militeristik Tak Relevan Lagi, PDI-P: Apa Mudah Seseorang Berubah Karakter?

Nasional
Hadir di Dekranas Expo 2024, Iriana Jokowi Beli Gelang dan Batik di UMKM Binaan Pertamina

Hadir di Dekranas Expo 2024, Iriana Jokowi Beli Gelang dan Batik di UMKM Binaan Pertamina

Nasional
Jokowi Ucapkan Selamat ke PM Baru Singapura Lawrence Wong

Jokowi Ucapkan Selamat ke PM Baru Singapura Lawrence Wong

Nasional
Seputar Penghapusan Kelas BPJS dan Penjelasan Menkes...

Seputar Penghapusan Kelas BPJS dan Penjelasan Menkes...

Nasional
Konflik Papua: Cinta Bertepuk Sebelah Tangan

Konflik Papua: Cinta Bertepuk Sebelah Tangan

Nasional
Para 'Crazy Rich' di Antara 21 Tersangka Korupsi Timah serta Deretan Aset yang Disita

Para "Crazy Rich" di Antara 21 Tersangka Korupsi Timah serta Deretan Aset yang Disita

Nasional
Soal Kelas BPJS Dihapus, Menkes: Dulu 1 Kamar Isi 6-8 Orang, Sekarang 4

Soal Kelas BPJS Dihapus, Menkes: Dulu 1 Kamar Isi 6-8 Orang, Sekarang 4

Nasional
Babak Baru Kasus Vina Cirebon: Ciri-ciri 3 Buron Pembunuh Diungkap, Polri Turun Tangan

Babak Baru Kasus Vina Cirebon: Ciri-ciri 3 Buron Pembunuh Diungkap, Polri Turun Tangan

Nasional
Wacana Kabinet Gemuk: Kemunduran Reformasi Birokrasi?

Wacana Kabinet Gemuk: Kemunduran Reformasi Birokrasi?

Nasional
Gaya Pemerintahan Prabowo Diharap Tidak Satu Arah seperti Orde Baru

Gaya Pemerintahan Prabowo Diharap Tidak Satu Arah seperti Orde Baru

Nasional
Gaya Kepemimpinan Prabowo yang Asli

Gaya Kepemimpinan Prabowo yang Asli

Nasional
[POPULER NASIONAL] PDI-P Anggap Pernyataan Prabowo Berbahaya | Ketua KPU Jelaskan Tudingan Gaya Hidup 'Jetset'

[POPULER NASIONAL] PDI-P Anggap Pernyataan Prabowo Berbahaya | Ketua KPU Jelaskan Tudingan Gaya Hidup "Jetset"

Nasional
Prabowo Ogah Pemerintahannya Diganggu, PKB Ingatkan 'Checks and Balances'

Prabowo Ogah Pemerintahannya Diganggu, PKB Ingatkan "Checks and Balances"

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com