JAKARTA, KOMPAS.com — Anggota Sejuta Relawan Pengawas Pemilu 2014 Toto Sugiarto mengatakan, media massa berpotensi menjadi pelaku yang menyebabkan munculnya titik rawan pelanggaran dalam pemilu. Menurut dia, saat ini terlihat jelas porsi pemberitaan media yang cenderung "berat sebelah".
"Keberpihakan media ke salah satu calon sudah cukup mengkhawatirkan. Kita tahu kalau mau nonton capres A, nontonnya ini. Kalau nonton cawapres B, nonton ini," ujar Toto di Gedung Badan Pengawasan Pemilu, Jakarta, Kamis (5/6/2014).
Menurut Toto, hal tersebut dapat melunturkan esensi pemberitaan untuk mencerdaskan masyarakat. Ia menambahkan, masyarakat yang awam pada perkembangan politik akan menyerap informasi begitu saja dan bisa terbawa arus pemberitaan.
"Siaran itu kan ranah publik. Sebaiknya media proporsional karena bisa menyesatkan pemilih. Pada akhirnya tidak bisa mendapatkan informasi yang baik," ujarnya.
Selain media massa, media sosial juga disebut berpotensi sebagai penyebar informasi negatif hingga kampanye hitam. Munculnya relawan di jagat maya itu dapat makin mempertegas konflik antara pendukung kedua kubu pasangan di tingkat bawah.
"Sekarang pengguna Twitter berapa, jutaan, kan. Setengah pemilih akan membicarakan itu (di media sosial)," kata Toto.
Dampak lebih luas, kata Toto, akan terjadi apabila kampanye jahat yang marak digencarkan di media sosial terendus media massa. Masyarakat bukan pengikut media sosial yang semula tidak tahu kemungkinan akan mengambil peran dalam penyebaran informasi.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.