Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

KPI Temukan Stasiun TV Tidak Netral dalam Pilpres, Siapa?

Kompas.com - 30/05/2014, 20:11 WIB
Deytri Robekka Aritonang

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com — Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) mengklaim telah memberi peringatan kepada semua lembaga penyiaran televisi terkait isi siaran menjelang Pemilu Presiden (Pilpres) 2014. KPI menemukan kecenderungan lembaga penyiaran tidak netral dalam pilpres.

"KPU Pusat mengeluarkan surat peringatan kepada semua lembaga penyiaran. Kami lihat ada ketidaknetralan yang tidak berimbang tentang pasangan calon presiden tertentu," kata Komisioner Bidang Kelembagaan KPI Fajar Arifianto Isnugroho seusai rapat koordinasi persiapan pengawasan Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2014 di Gedung Bawaslu, Jakarta Pusat, Jumat (30/5/2014).

Ia mengatakan, ketidaknetralan itu tampak pada frekuensi dan durasi penayangan iklan dan berita terkait calon tertentu dan menguntungkan calon yang bersangkutan. Namun, dia tidak menyebutkan siapa bakal calon presiden dan wakil presiden yang diuntungkan itu. Ia tidak menyebutkan media mana yang cenderung tidak netral dalam pemberitaan pilpres.

Terkait isi pemberitaan yang dinilai tidak netral, kata Fajar, pihaknya berkoordinasi dengan Dewan Pers untuk menertibkannya. "Ini karena ada potensi pelanggaran jurnalistik," kata Fajar.

Dengan penertiban tersebut, pemilih diharapkan bisa mendapatkan informasi yang berimbang terkait dua pasangan bakal capres dan cawapres yang akan bertarung dalam Pilpres 2014.

Secara terpisah, staf pengajar Departemen Ilmu Komunikasi FISIP Universitas Indonesia, Ade Armando, meminta agar KPI memberikan teguran kepada stasiun televisi TV One. Ia menilai TV One sudah jauh meninggalkan obyektivitas pemberitaan karena hanya memberitakan salah satu kandidat pasangan calon presiden dan wakil presiden secara berlebihan. Ia juga menilai, stasiun televisi tersebut memojokkan kandidat capres-cawapres lain tanpa memberi ruang hak jawab secara proporsional.

"Saya meminta KPI menegur TV One mengenai siaran-siaran yang sarat dengan kepentingan pasangan capres-cawapres tertentu dan mendiskreditkan pasangan capres-cawapres lainnya karena frekuensi siaran adalah milik publik, bukan milik partai politik, pengusaha, atau komunitas tertentu," kata Ade dalam keterangan pers yang diterima Kompas.com, Jumat.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tanggal 14 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 14 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Soal Prabowo Tak Ingin Diganggu Pemerintahannya, Zulhas: Beliau Prioritaskan Bangsa

Soal Prabowo Tak Ingin Diganggu Pemerintahannya, Zulhas: Beliau Prioritaskan Bangsa

Nasional
Kemendesa PDTT Apresiasi Konsistensi Pertamina Dukung Percepatan Pertumbuhan Ekonomi Masyarakat Wilayah Transmigrasi

Kemendesa PDTT Apresiasi Konsistensi Pertamina Dukung Percepatan Pertumbuhan Ekonomi Masyarakat Wilayah Transmigrasi

Nasional
Pospek Kinerja Membaik, Bank Mandiri Raih Peringkat AAA dengan Outlook Stabil dari Fitch Ratings

Pospek Kinerja Membaik, Bank Mandiri Raih Peringkat AAA dengan Outlook Stabil dari Fitch Ratings

Nasional
Refly Harun Anggap PKB dan Nasdem 'Mualaf Oposisi'

Refly Harun Anggap PKB dan Nasdem "Mualaf Oposisi"

Nasional
Berharap Anies Tak Maju Pilkada, Refly Harun: Levelnya Harus Naik, Jadi 'King Maker'

Berharap Anies Tak Maju Pilkada, Refly Harun: Levelnya Harus Naik, Jadi "King Maker"

Nasional
Perkara Besar di Masa Jampidum Fadil Zumhana, Kasus Sambo dan Panji Gumilang

Perkara Besar di Masa Jampidum Fadil Zumhana, Kasus Sambo dan Panji Gumilang

Nasional
Refly Harun: Anies Tak Punya Kontrol Terhadap Parpol di Koalisi Perubahan

Refly Harun: Anies Tak Punya Kontrol Terhadap Parpol di Koalisi Perubahan

Nasional
Verifikasi Bukti Dukungan Calon Kepala Daerah Nonpartai, Warga Akan Didatangi Satu-satu

Verifikasi Bukti Dukungan Calon Kepala Daerah Nonpartai, Warga Akan Didatangi Satu-satu

Nasional
Indonesia Dorong Pemberian Hak Istimewa ke Palestina di Sidang PBB

Indonesia Dorong Pemberian Hak Istimewa ke Palestina di Sidang PBB

Nasional
Beban Melonjak, KPU Libatkan PPK dan PPS Verifikasi Dukungan Calon Kepala Daerah Nonpartai

Beban Melonjak, KPU Libatkan PPK dan PPS Verifikasi Dukungan Calon Kepala Daerah Nonpartai

Nasional
Peran Kritis Bea Cukai dalam Mendukung Kesejahteraan Ekonomi Negara

Peran Kritis Bea Cukai dalam Mendukung Kesejahteraan Ekonomi Negara

Nasional
Refly Harun Ungkap Bendera Nasdem Hampir Diturunkan Relawan Amin Setelah Paloh Ucapkan Selamat ke Prabowo

Refly Harun Ungkap Bendera Nasdem Hampir Diturunkan Relawan Amin Setelah Paloh Ucapkan Selamat ke Prabowo

Nasional
UU Pilkada Tak Izinkan Eks Gubernur Jadi Cawagub, Wacana Duet Anies-Ahok Buyar

UU Pilkada Tak Izinkan Eks Gubernur Jadi Cawagub, Wacana Duet Anies-Ahok Buyar

Nasional
Jemaah Haji Tak Punya 'Smart Card' Terancam Deportasi dan Denda

Jemaah Haji Tak Punya "Smart Card" Terancam Deportasi dan Denda

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com