Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pengaruh Sosok dalam Pilpres

Kompas.com - 26/05/2014, 17:35 WIB


Oleh: Fachry Ali

JUDUL berita The Jakarta Post (21/5/2014), "Prabowo-Hatta Officially in the Ring", ?setelah keduanya mendaftarkan diri sebagai calon presiden-calon wakil presiden, tampak pas.

Dengan menerjemahkan ring sebagai "arena pertandingan", pertarungan politik memperebutkan posisi presiden dan wakil presiden RI 2014 ini dimulai. Sebab, sehari sebelumnya, Joko Widodo-Jusuf Kalla melakukan hal yang sama. Hari-hari berikutnya, hingga 9 Juli, sebagian besar energi politik dan perhatian publik akan tertumpah pada "pertarungan" ini.
Modal ketokohan

Pertanyaannya, apa yang jadi penggerak utama pertarungan ini? Dalam spekulasi saya, peranan partai-partai politik kian menyurut dan kekosongan itu diisi pengaruh tokoh-tokoh besar di dua koalisi capres Jokowi dan Prabowo. Dengan hipotesis ini, naik-turunnya peluang kubu masing-masing bukan saja ditentukan oleh pergeseran dukungan tokoh-tokoh tersebut, juga berpotensi mereduksi peran parpol dalam sebuah koalisi ketika tokoh-tokoh pendukungnya bergeser ke kubu berbeda.

Megawati (bersama putrinya, Puan Maharani) jelas pribadi utama yang mengalirkan pengaruh konstruktifnya koalisi PDI-P, Nasdem, PKB, dan Hanura. Dengan sedikit deviasi, ukuran pengaruh Megawati dalam mendulang suara dukungan terhadap pasangan ini sekitar 10 persen dari total suara pemilu legislatif yang diperoleh PDI-P. Sisanya dari dua pihak: hasil kerja lapangan para calon anggota legislatif dan ”efek- Jokowi”. Dilihat dari sini, setidaknya hampir 19 persen suara pemilu legislatif (pileg) PDI-P ini akan jadi modal utama koalisi.

Namun, harus segera ditambahkan bahwa ”efek-Jokowi” dalam pilpres berbeda dengan pileg. Popularitas Jokowi berpotensi melampaui garis pengaruh partai. Ini berarti tokoh ini akan digandrungi pemilih lintas partai untuk keuntungan koalisinya. Kesimpulan sementara, gabungan pengaruh Megawati, Puan, dan ”efek-Jokowi” akan mendulang suara lebih banyak daripada yang diperoleh pada periode pileg. Ini terutama terjadi di dalam masyarakat Jawa, mayoritas penduduk Indonesia.

Paling menarik adalah masuknya Jusuf Kalla ke dalam koalisi ini. Secara harfiah, sumbangan Kalla akan sangat terlihat pada dukungan masyarakat bukan Jawa, terutama Indonesia timur, Sumatera Barat, dan Aceh. Ketiga kelompok masyarakat ini punya hubungan rasional-emosional dengan Kalla. Tetapi, peran Kalla yang ”terbesar” adalah kemampuannya mereduksi pengaruh Golkar dalam koalisi Prabowo.

Kehadiran Surya Paloh dalam koalisi Jokowi harus juga diperhitungkan. Selain telah mengukir sejarah karena dia adalah satu- satunya tokoh bukan Jawa yang berhasil membangun partai nasional (Nasdem), Paloh punya dua senjata ampuh: Partai Nasdem dan gabungan MetroTV- Media Indonesia sebagai corong media massa. Dengan senjata ini, sumbangan Paloh akan sangat signifikan bagi kubu Jokowi.

Mirip dengan pengaruh Megawati, posisi Prabowo jelas sangat dominan dalam koalisinya. Prabowo berjasa menghimpun sekitar 10 persen dari hampir 12 persen perolehan Gerindra. Dengan demikian, modal utama koalisi ini adalah sejumlah lebih 11 persen suara pileg bagi partainya.

Hal yang agak pelik melihat pengaruh cawapres Hatta Rajasa di dalam koalisi ini. Dengan melihat fakta yang berkembang, pengaruh Hatta jelas jauh di bawah Kalla. Kecuali mungkin di Sumatera Selatan. Sementara ini kita tidak melihat kelompok-kelompok masyarakat lain mempertautkan hubungan emosional dan kultural dengan Hatta.

Apakah tokoh ini mampu mengais dukungan kaum profesional kota? Saya tak mampu menjawabnya. Hatta mungkin bisa dikaitkan dengan 7 persen suara PAN dalam pileg. Jika, benar, di mana sumbangan caleg dan Amien Rais? Bukankah pengaruh Amien Rais jauh melampaui Hatta?

Maka, satu-satunya yang membuat posisi Hatta ”istimewa” adalah potensi dukungan Susilo Bambang Yudhoyono. Sebagai besan, SBY tentu terkait dengan Hatta secara emosional. Pertanyaannya, apakah magnitude pengaruh SBY identik dengan jumlah suara Partai Demokrat dalam pileg lalu?

Modal hasil pileg

Akan tetapi, koalisi Prabowo ”diuntungkan” dengan bergabungnya tokoh musik Rhoma Irama dan Mahfud MD ke dalamnya. Kedua tokoh ini telah mengangkat perolehan suara pileg PKB dari sekitar 4 persen pada Pemilu 2009 menjadi lebih dari 9 persen pada 2014. Dengan kata lain, penggabungan Rhoma Irama dan Mahfud ke koalisi Prabowo telah mereduksi pengaruh PKB di dalam koalisi Jokowi. Keduanya, bersama dengan partai-partai Islam, seperti PPP dan PKS, dengan demikian, berpotensi membangkitkan ”sentimen politik Islam” bagi keuntungan koalisi Prabowo.

Juga kehadiran Aburizal Bakrie adalah ”berkah” bagi koalisi Prabowo. Meski secara pribadi Aburizal tak mampu mengalirkan pengaruh politik ke tengah- tengah masyarakat, tokoh pengusaha sukses ini mempunyai dua senjata ”ampuh” dalam dunia politik: keresmian kepemimpinan dalam Golkar dan TVOne. Meski tak maksimal, keresmian kepemimpinannya dalam partai itu berpotensi memberikan sumbangan tertentu kepada koalisi Prabowo. Terutama jika digabungkan dengan efek pemberitaan TVOne.

Selebihnya, kita tidak melihat insentif-insentif lain yang membuat terjadinya preferensi masif dalam meraih dukungan masing- masing koalisi ini. Posisi Hanura dalam koalisi Jokowi, untuk sementara, hanya diukur dari perolehan pileg partai itu. Juga posisi PPP dan PKS dalam koalisi Prabowo hanya akan terdeteksi pada suara pileg yang mereka peroleh. Ketiga partai terakhir ini tidak memiliki tokoh dengan pengaruh pribadi yang menonjol dalam dunia politik.

Fachry Ali
Salah Satu Pendiri Lembaga Studi dan Pengembangan Etika Usaha (Lespeu) Indonesia

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Soal Peluang Usung Anies pada Pilkada Jakarta, PDI-P dan PKB Masih Mengkaji

Soal Peluang Usung Anies pada Pilkada Jakarta, PDI-P dan PKB Masih Mengkaji

Nasional
Soal Pilkada Jakarta, PDI-P Sebut Tak Cuma Pertimbangkan Elektabilitas Calon

Soal Pilkada Jakarta, PDI-P Sebut Tak Cuma Pertimbangkan Elektabilitas Calon

Nasional
Ngabalin Bantah Isu Jokowi Sodorkan Nama Kaesang ke Parpol untuk Pilkada Jakarta

Ngabalin Bantah Isu Jokowi Sodorkan Nama Kaesang ke Parpol untuk Pilkada Jakarta

Nasional
Saat Jokowi Perintahkan PDN Diaudit Imbas Peretasan, tapi Projo Bela Menkominfo...

Saat Jokowi Perintahkan PDN Diaudit Imbas Peretasan, tapi Projo Bela Menkominfo...

Nasional
Gagasan Overseas Citizenship Indonesia: Visa Seumur Hidup bagi Diaspora

Gagasan Overseas Citizenship Indonesia: Visa Seumur Hidup bagi Diaspora

Nasional
Data PDNS Gagal Pulih karena Ransomware: Siapa Bertanggung Jawab? (Bagian II-Habis)

Data PDNS Gagal Pulih karena Ransomware: Siapa Bertanggung Jawab? (Bagian II-Habis)

Nasional
[POPULER NASIONAL] Titik Temu Mewujudkan Koalisi PKS dan PDI-P di Jakarta | KPK Benarkan Bansos Presiden yang Diduga Dikorupsi Dibagikan Jokowi

[POPULER NASIONAL] Titik Temu Mewujudkan Koalisi PKS dan PDI-P di Jakarta | KPK Benarkan Bansos Presiden yang Diduga Dikorupsi Dibagikan Jokowi

Nasional
Data PDNS Gagal Pulih karena Ransomware: Siapa Bertanggung Jawab? (Bagian I)

Data PDNS Gagal Pulih karena Ransomware: Siapa Bertanggung Jawab? (Bagian I)

Nasional
Tanggal 1 Juli 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 1 Juli 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Antisipasi Serangan Siber, Imigrasi Siapkan Sistem 'Back Up' Data Cepat

Antisipasi Serangan Siber, Imigrasi Siapkan Sistem "Back Up" Data Cepat

Nasional
Puncak Hari Bhayangkara Digelar 1 Juli 2024 di Monas, Jokowi dan Prabowo Diundang

Puncak Hari Bhayangkara Digelar 1 Juli 2024 di Monas, Jokowi dan Prabowo Diundang

Nasional
4 Bandar Judi 'Online' Terdeteksi, Kapolri: Saya Sudah Perintahkan Usut Tuntas

4 Bandar Judi "Online" Terdeteksi, Kapolri: Saya Sudah Perintahkan Usut Tuntas

Nasional
Usai Bertemu Jokowi, MenPAN-RB Sebut Jumlah Kementerian Disesuaikan Kebutuhan Prabowo

Usai Bertemu Jokowi, MenPAN-RB Sebut Jumlah Kementerian Disesuaikan Kebutuhan Prabowo

Nasional
Imigrasi Ancam Deportasi 103 WNA yang Ditangkap karena Kejahatan Siber di Bali

Imigrasi Ancam Deportasi 103 WNA yang Ditangkap karena Kejahatan Siber di Bali

Nasional
Imigrasi Akui Sudah Surati Kominfo untuk 'Back Up' Data Sejak April, tapi Tak Direspons

Imigrasi Akui Sudah Surati Kominfo untuk "Back Up" Data Sejak April, tapi Tak Direspons

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com