Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Prabowo Tak Terganggu Kampanye Hitam

Kompas.com - 25/05/2014, 15:07 WIB
Icha Rastika

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com — Kuasa hukum Partai Gerindra, Mahendradatta, menegaskan, calon presiden Prabowo Subianto yang juga ketua Dewan Pembina Partai Gerindra tidak akan terganggu dengan kampanye-kampanye hitam yang dilancarkan terhadap dirinya. Menurut dia, Prabowo fokus pada program kerjanya sebagai capres.

"Prabowo tidak terganggu sama sekali. Beliau tetap ekspresikan program kerjanya, tetap pada fokus program kerja, jalankan visi dan misi," kata Mahendradatta dalam jumpa pers di Jakarta, Minggu (25/5/2014).

Dalam jumpa pers tersebut, Mahendradatta menyampaikan rencananya untuk melaporkan kepada kepolisian penggunaan akun Twitter @SamadAbraham. Akun yang mengatasnamakan Ketua KPK Abraham Samad tersebut dianggapnya menyebarkan informasi bohong yang sifatnya mengancam.

Dia juga meminta kepolisian untuk membuktikan kepalsuan akun tersebut. Akun @SamadAbraham sebelumnya mengeluarkan kicauan yang bernada menyerang Prabowo. Kicauan akun tersebut seolah-olah memberitahukan kepada publik bahwa Jokowi terancam jiwanya.

Akun itu juga menyebut ada calon presiden yang memiliki ambisi sangat besar untuk berkuasa dan akan melakukan apa saja demi ambisinya, termasuk membunuh.

"Dengan penyampaian publik seperti ini, saya harap Prabowo tidak berpikir macam-macam lagi untuk menghentikan Joko Widodo menjadi presiden," tulis akun tersebut beberapa waktu lalu.

Menurut Mahendradatta, pengelola akun tersebut bisa dijerat dengan Pasal 35 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE) yang mengatur soal pemalsuan jika memang ada indikasi pemalsuan. Apalagi, Ketua KPK Abraham Samad sudah membantah kepemilikan akun tersebut.

Selain itu, kata Mahendradatta, pengelola akun tersebut bisa dijerat Pasal 29 UU ITE yang mengatur soal penyebaran informasi elektronik yang berisi ancaman kekerasan. "Ancaman pidananya 12 tahun, setara dengan perkosaan, penculikan," sambung Mahendradatta.

Dia juga menduga adanya kelompok-kelompok tertentu yang bekerja melalui media sosial untuk menjatuhkan Prabowo. Indikasi mengenai adanya jaringan atau kelompok yang bekerja di media sosial untuk menjatuhkan Prabowo ini salah satunya terlihat dari munculnya video yang mendaur ulang kicauan akun @SamadAbraham tersebut.

Video itu ditemukan Mahendradatta sekitar dua hari lalu. Video tersebut, katanya, tidak disebarkan melalui Youtube, tetapi link-nya disebarkan kepada pengguna media sosial.

"Video tidak di-upload di Youtube, link-nya disebarkan ke semua pengguna media sosial. Open the link, akan keluar video itu. Ini ada kepandaian tersendiri," katanya.

Setidaknya, lanjut Mahendradatta, ada kepentingan yang sama yang dimiliki pengguna akun Twitter @SamadAbraham dengan penyebar video yang berisi daur ulang informasi dari akun tersebut.

Mahendradatta pun berharap kepolisian bisa membuka jaringan atau kelompok ini jika penggunaan akun dan video tersebut sudah dilaporkan nanti.

"Orientasi korbannya bukan Prabowo, tapi saya anggap orientasi korbannya KPK," sambungnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Soal Duetnya di Pilkada Jatim, Khofifah: Saya Nyaman dan Produktif dengan Mas Emil

Soal Duetnya di Pilkada Jatim, Khofifah: Saya Nyaman dan Produktif dengan Mas Emil

Nasional
Jadi Tempat Prostitusi, RTH Tubagus Angke Diusulkan untuk Ditutup Sementara dan Ditata Ulang

Jadi Tempat Prostitusi, RTH Tubagus Angke Diusulkan untuk Ditutup Sementara dan Ditata Ulang

Nasional
Pertamina Goes To Campus, Langkah Kolaborasi Pertamina Hadapi Trilema Energi

Pertamina Goes To Campus, Langkah Kolaborasi Pertamina Hadapi Trilema Energi

Nasional
Respons Luhut Soal Orang 'Toxic', Golkar Klaim Menterinya Punya Karya Nyata

Respons Luhut Soal Orang "Toxic", Golkar Klaim Menterinya Punya Karya Nyata

Nasional
Ditanya Soal Progres Pertemuan Prabowo-Megawati, Gerindra: Keduanya Mengerti Kapan Harus Bertemu

Ditanya Soal Progres Pertemuan Prabowo-Megawati, Gerindra: Keduanya Mengerti Kapan Harus Bertemu

Nasional
Gerindra Tangkap Sinyal PKS Ingin Bertemu Prabowo, tapi Perlu Waktu

Gerindra Tangkap Sinyal PKS Ingin Bertemu Prabowo, tapi Perlu Waktu

Nasional
Mencegah 'Presidential Club' Rasa Koalisi Pemerintah

Mencegah "Presidential Club" Rasa Koalisi Pemerintah

Nasional
Nasdem-PKB Gabung Prabowo, Zulhas Singgung Pernah Dicap Murtad dan Pengkhianat

Nasdem-PKB Gabung Prabowo, Zulhas Singgung Pernah Dicap Murtad dan Pengkhianat

Nasional
Pengamat HI Harap Menlu Kabinet Prabowo Paham Geopolitik, Bukan Cuma Ekonomi

Pengamat HI Harap Menlu Kabinet Prabowo Paham Geopolitik, Bukan Cuma Ekonomi

Nasional
PDI-P Harap MPR Tak Lantik Prabowo-Gibran, Gerindra: MK Telah Ambil Keputusan

PDI-P Harap MPR Tak Lantik Prabowo-Gibran, Gerindra: MK Telah Ambil Keputusan

Nasional
Sepakat dengan Luhut, Golkar: Orang 'Toxic' di Pemerintahan Bahaya untuk Rakyat

Sepakat dengan Luhut, Golkar: Orang "Toxic" di Pemerintahan Bahaya untuk Rakyat

Nasional
Warung Madura, Etos Kerja, dan Strategi Adaptasi

Warung Madura, Etos Kerja, dan Strategi Adaptasi

Nasional
BMKG: Suhu Panas Mendominasi Cuaca Awal Mei, Tak Terkait Fenomena 'Heatwave' Asia

BMKG: Suhu Panas Mendominasi Cuaca Awal Mei, Tak Terkait Fenomena "Heatwave" Asia

Nasional
Momen Unik di Sidang MK: Ribut Selisih Satu Suara, Sidang 'Online' dari Pinggir Jalan

Momen Unik di Sidang MK: Ribut Selisih Satu Suara, Sidang "Online" dari Pinggir Jalan

Nasional
Maksud di Balik Keinginan Prabowo Bentuk 'Presidential Club'...

Maksud di Balik Keinginan Prabowo Bentuk "Presidential Club"...

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com