Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Habibie: Pilih yang Muda dan Terbuka

Kompas.com - 27/03/2014, 09:33 WIB


JAKARTA, KOMPAS.com — Presiden ke-3 Indonesia, BJ Habibie, mengingatkan kembali agar rakyat mempertimbangkan memilih calon presiden yang muda (40 tahun-60 tahun), pemecah masalah, berwawasan terbuka, dan rekam jejaknya baik. Akhir tahun 2013, pernyataan yang sama juga telah dikemukakan Habibie kepada Kompas.

”Presiden yang akan datang haruslah berusia 40 tahun sampai 60 tahun, harus bisa menyelesaikan masalah-masalah bangsa dengan tuntas, dan sesuai jadwal. Kita berikan kesempatan bagi yang muda untuk berkembang dan yang muda juga harus lebih baik,” kata Habibie, dalam pidato penutup Uji Publik Capres 2014 di Jakarta, Rabu (26/3/2014).

Debat digelar The Habibie Center dan diikuti beberapa kandidat calon presiden Konvensi Partai Demokrat, yaitu Ali Masykur Musa (anggota Badan Pemeriksa Keuangan), Dino Patti Djalal (mantan Duta Besar Indonesia untuk Amerika Serikat), Gita Wirjawan (mantan Menteri Perdagangan), Irman Gusman (Ketua Dewan Perwakilan Daerah), dan Anies Baswedan (Rektor Universitas Paramadina Jakarta nonaktif).

Hadir sebagai panelis, peneliti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia Indria Samego, Guru Besar Fakultas Psikologi Universitas Indonesia Hamdi Muluk, mantan Duta Besar Indonesia untuk Jerman Eddy Pratomo, ekonom The Habibie Center, Zamroni Salim, dan Duta Anti Perbudakan Migrant Care Melanie Subono.

Habibie mengungkapkan, Soekarno menjadi presiden saat berusia 44 tahun dan Soeharto saat berusia 45 tahun. Selama 10 tahun pertama memerintah, kedua presiden itu memperlihatkan kerja yang bagus. Setelah itu, kinerjanya menurun. Menurut Habibie, Indonesia butuh pemimpin muda yang berkualitas lebih baik di antara para kandidat capres pada Pemilu 2014. ”Selamat berjuang, pilih yang tepat. Kalau satu sudah dipilih jadi presiden, kita semua harus bersatu mendukungnya,” katanya.

Dalam pemaparan, para kandidat mengutarakan gagasan tentang Indonesia masa depan. Ali menjelaskan tiga tujuan yang harus diwujudkan Indonesia, yaitu keadilan sosial, meningkatkan kemakmuran rakyat, dan menjunjung martabat bangsa. Dino menyampaikan konsep tentang nasionalisme unggul sebagai etos, karakter, dan resep untuk memajukan Indonesia.

Adapun Gita menegaskan, pemerintah perlu menata ekonomi dengan pendekatan fiskal. Tingkatkan jumlah pembayar pajak, manfaatkan dana hasil pajak untuk membangun infrastruktur di wilayah-wilayah Indonesia. Sementara Irman menegaskan pentingnya pemerataan pembangunan dan pengembangan infrastruktur di daerah-daerah.

Anies memperkenalkan konsep ”1945”, yang mencakup satu semangat, sembilan pekerjaan, empat janji kemerdekaan, dan dalam waktu lima tahun. Sembilan pekerjaan itu mencakup membangun Indonesia merdeka, beradab, sejahtera, adil dan makmur, cerdas, sehat, erat, bermartabat, serta gotong royong.

Minim program nyata

Hamdi memuji ide-ide besar tentang Indonesia dari para kandidat capres. Namun, bangsa ini masih kekurangan aktor-aktor yang mampu mewujudkan gagasan-gagasan itu dalam program nyata. Itu antara lain akibat minimnya orang-orang baik dalam birokrasi sehingga pemerintahan berjalan kurang efektif.

Indria menilai gagasan para kandidat capres itu mengesankan. Dia meminta mereka untuk juga memecahkan masalah sistem presidensial di Indonesia dengan posisi presiden yang rentan diusik legislatif sehingga terpaksa membangun koalisi di parlemen. (IAM)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Prabowo mengaku Punya Kedekatan Alamiah dengan Kiai NU

Prabowo mengaku Punya Kedekatan Alamiah dengan Kiai NU

Nasional
Imigrasi Deportasi 2 WN Korsel Produser Reality Show 'Pick Me Trip in Bali'

Imigrasi Deportasi 2 WN Korsel Produser Reality Show "Pick Me Trip in Bali"

Nasional
Prabowo Berterima Kasih ke PBNU karena Komitmen Dukung Pemerintahan ke Depan

Prabowo Berterima Kasih ke PBNU karena Komitmen Dukung Pemerintahan ke Depan

Nasional
Gus Yahya: Tak Ada Peran yang Lebih Tepat bagi PBNU Selain Bantu Pemerintah

Gus Yahya: Tak Ada Peran yang Lebih Tepat bagi PBNU Selain Bantu Pemerintah

Nasional
Gus Yahya: Ini Halal Bihalal Keluarga, Prabowo-Gibran Anggota Keluarga NU

Gus Yahya: Ini Halal Bihalal Keluarga, Prabowo-Gibran Anggota Keluarga NU

Nasional
Data Penyelidikan SYL Diduga Bocor, KPK Akan Periksa Internal Setelah Febri Diansyah dkk Bersaksi di Sidang

Data Penyelidikan SYL Diduga Bocor, KPK Akan Periksa Internal Setelah Febri Diansyah dkk Bersaksi di Sidang

Nasional
Prabowo Tiba di Acara Halal Bihalal PBNU, Diantar Gibran Masuk Gedung

Prabowo Tiba di Acara Halal Bihalal PBNU, Diantar Gibran Masuk Gedung

Nasional
Gerindra Tegaskan Prabowo Belum Susun Kabinet, Minta Pendukung Tak Bingung

Gerindra Tegaskan Prabowo Belum Susun Kabinet, Minta Pendukung Tak Bingung

Nasional
Hadiri Halal Bihalal PBNU, Gibran Disambut Gus Yahya dan Gus Ipul

Hadiri Halal Bihalal PBNU, Gibran Disambut Gus Yahya dan Gus Ipul

Nasional
Gempa Garut, Tenda Pengungsian Didirikan di Halaman RS Sumedang

Gempa Garut, Tenda Pengungsian Didirikan di Halaman RS Sumedang

Nasional
Anies Diprediksi Bakal Terima Tawaran Nasdem Jadi Cagub DKI jika Tak Ada Panggung Politik Lain

Anies Diprediksi Bakal Terima Tawaran Nasdem Jadi Cagub DKI jika Tak Ada Panggung Politik Lain

Nasional
9 Kabupaten dan 1 Kota  Terdampak Gempa M 6,2 di Garut

9 Kabupaten dan 1 Kota Terdampak Gempa M 6,2 di Garut

Nasional
KPK Sebut Dokter yang Tangani Gus Muhdlor Akui Salah Terbitkan Surat 'Dirawat Sampai Sembuh'

KPK Sebut Dokter yang Tangani Gus Muhdlor Akui Salah Terbitkan Surat "Dirawat Sampai Sembuh"

Nasional
BNPB: Tim Reaksi Cepat Lakukan Pendataan dan Monitoring Usai Gempa di Garut

BNPB: Tim Reaksi Cepat Lakukan Pendataan dan Monitoring Usai Gempa di Garut

Nasional
BNPB: Gempa M 6,2 di Garut Rusak Tempat Ibadah, Sekolah, dan Faskes

BNPB: Gempa M 6,2 di Garut Rusak Tempat Ibadah, Sekolah, dan Faskes

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com