Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ical: Meski Pencapresan Penuh Dinamika, Saya Pantang Surut

Kompas.com - 22/11/2013, 12:05 WIB
Sabrina Asril

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com — Ketua Umum Partai Golkar Aburizal "Ical" Bakrie menyinggung soal pencalonannya sebagai presiden dalam pidato politiknya pada acara Rapat Pimpinan Nasional V Partai Golkar. Ical mengaku sadar pencalonannya menjadi presiden penuh dengan dinamika.

"Jika perjalanan Partai Golkar cenderung mulus menuju Pemilu 2014, perjalanan capres Partai Golkar lebih mengandung dinamika dan mengundang percakapan publik yang cukup baik," ujar Ical di acara Rapimnas V Partai Golkar di Jakarta, Jumat (22/11/2013).

Melihat dinamika itu, Ical mengaku berbesar hati dan menatap ke depan dengan semangat dan gairah. Ical juga mengutip sebuah ungkapan dari Sulawesi Selatan.

"Sudah saya katakan, saya kembangkan layarku pantang untuk surut kembali," imbuh Ical.

Dia menuturkan, kritik itu dia anggap sebagai tantangan untuk bekerja lebih keras. Ical juga menyoroti soal lembaga survei yang disebutnya kerap membingungkan orang awam. Menurut Ical, hasil survei itu belum tentu benar.

"The truth depends on the eye of the holder (kebenaran itu tergantung mata yang melihat)," kata Ical.

Pengusaha dan pemilik Grup Bakrie ini mengingatkan bahwa pemilihan presiden masih tujuh bulan lagi. Ia juga menuturkan, politik masyarakat masih sangat cair.

"Momentum bisa datang dan pergi begitu saja. Publik bergonta-ganti pilihan cepat, seperti coba baju di pasar kaget," ucapnya.

Baginya, pemilihan presiden bukan hanya soal data dan survei, juga bukan soal menang dan kalah, melainkan dedikasi dan pengabdian kepada masyarakat. Pencalonan Ical sebagai presiden memang kerap menimbulkan kritik lantaran elektabilitas Ical yang masih belum mengalahkan Jokowi dan Prabowo Subianto.

Kritik pun dilontarkan dari kalangan internal Partai Golkar. Suhardiman, pendiri Partai Golkar, bahkan menyarankan Ical tidak memaksakan diri untuk menjadi calon presiden. Suhardiman menilai Ical sulit memenangi pertarungan Pilpres 2014.

"Jika Ical tetap memaksakan diri maju pada Pilpres 2014, sulit untuk menang, hanya akan buang waktu dan uang saja," kata Suhardiman di Jakarta seperti dikutip Antara, Kamis (21/11/2013), menjelang penyelenggaraan Rapimnas V Partai Golkar pada 21-23 November 2013.

Suhardiman, yang juga pendiri dan Ketua Dewan Penasihat Sentral Organisasi Karyawan Swadiri Indonesia (SOKSI), organisasi kemasyarakatan pendiri Partai Golkar, itu menambahkan, sebaiknya Ical menjadi king maker atau orang yang mempersiapkan tokoh lain menjadi presiden.

"Ical jangan jadi king, tetapi jadi king maker," kata satu-satunya pendiri Partai Golkar yang masih hidup ini.

Menurut mantan anggota Dewan Pertimbangan Agung itu, secara sosiologis, figur yang memenangi pilpres di Indonesia masih didominasi oleh capres yang berasal dari Jawa. Alasannya, mayoritas penduduk Indonesia tinggal di Pulau Jawa. Suhardiman mengingatkan agar Partai Golkar tidak mengalami kekalahan lagi dalam pilpres secara langsung sebagaimana pernah terjadi pada Pilpres 2004 (meskipun menang pada Pemilu Legislatif 2004) dan Pilpres 2009.

Untuk itu, Suhardiman meminta Rapimnas Partai Golkar bersikap realistis dengan tidak memaksakan pencapresan Ical. Lebih baik, kata Suhardiman, Ical mendukung tokoh muda potensial dari internal partai maupun dari partai lain.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Jokowi Akan Resmikan Bendungan dan Panen Jagung di NTB Hari ini

Jokowi Akan Resmikan Bendungan dan Panen Jagung di NTB Hari ini

Nasional
Meski Isyaratkan Merapat ke KIM, Cak Imin Tetap Ingin Mendebat Prabowo soal 'Food Estate'

Meski Isyaratkan Merapat ke KIM, Cak Imin Tetap Ingin Mendebat Prabowo soal "Food Estate"

Nasional
Setelah Jokowi Tak Lagi Dianggap sebagai Kader PDI-P...

Setelah Jokowi Tak Lagi Dianggap sebagai Kader PDI-P...

Nasional
Pengertian Lembaga Sosial Desa dan Jenisnya

Pengertian Lembaga Sosial Desa dan Jenisnya

Nasional
Prediksi soal Kabinet Prabowo-Gibran: Menteri Triumvirat Tak Diberi ke Parpol

Prediksi soal Kabinet Prabowo-Gibran: Menteri Triumvirat Tak Diberi ke Parpol

Nasional
Jokowi Dianggap Jadi Tembok Tebal yang Halangi PDI-P ke Prabowo, Gerindra Bantah

Jokowi Dianggap Jadi Tembok Tebal yang Halangi PDI-P ke Prabowo, Gerindra Bantah

Nasional
Soal Kemungkinan Ajak Megawati Susun Kabinet, TKN: Pak Prabowo dan Mas Gibran Tahu yang Terbaik

Soal Kemungkinan Ajak Megawati Susun Kabinet, TKN: Pak Prabowo dan Mas Gibran Tahu yang Terbaik

Nasional
PKS Siap Gabung, Gerindra Tegaskan Prabowo Selalu Buka Pintu

PKS Siap Gabung, Gerindra Tegaskan Prabowo Selalu Buka Pintu

Nasional
PKB Jaring Bakal Calon Kepala Daerah untuk Pilkada 2024, Salah Satunya Edy Rahmayadi

PKB Jaring Bakal Calon Kepala Daerah untuk Pilkada 2024, Salah Satunya Edy Rahmayadi

Nasional
Saat Cak Imin Berkelakar soal Hanif Dhakiri Jadi Menteri di Kabinet Prabowo...

Saat Cak Imin Berkelakar soal Hanif Dhakiri Jadi Menteri di Kabinet Prabowo...

Nasional
Prabowo Ngaku Disiapkan Jadi Penerus, TKN Bantah Jokowi Cawe-cawe

Prabowo Ngaku Disiapkan Jadi Penerus, TKN Bantah Jokowi Cawe-cawe

Nasional
Orang Dekat Prabowo-Jokowi Diprediksi Isi Kabinet: Sjafrie Sjamsoeddin, Dasco, dan Maruarar Sirait

Orang Dekat Prabowo-Jokowi Diprediksi Isi Kabinet: Sjafrie Sjamsoeddin, Dasco, dan Maruarar Sirait

Nasional
Prabowo Diisukan Akan Nikahi Mertua Kaesang, Jubir Bilang 'Hoaks'

Prabowo Diisukan Akan Nikahi Mertua Kaesang, Jubir Bilang "Hoaks"

Nasional
Momen Jokowi dan Menteri Basuki Santap Mie Gacoan, Mentok 'Kepedasan' di Level 2

Momen Jokowi dan Menteri Basuki Santap Mie Gacoan, Mentok "Kepedasan" di Level 2

Nasional
Ditolak Partai Gelora Gabung Koalisi Prabowo, PKS: Jangan Terprovokasi

Ditolak Partai Gelora Gabung Koalisi Prabowo, PKS: Jangan Terprovokasi

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com