Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mogok Nasional, Pilihan Terakhir Buruh

Kompas.com - 28/10/2013, 17:56 WIB
Ihsanuddin

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com
- Mogok nasional yang sedang dilakukan oleh para buruh se-Indonesia merupakan pilihan terakhir. Sebelumnya, buruh telah melakukan berbagai cara persuasif baik kepada pemerintah, maupun kepada perusahaan untuk menuntut perbaikan kesejahteraan. Namun, usaha mereka menemui jalan buntu.

Demikian disampaikan aktivis LBH Jakarta Reta Hutabarat dalam konferensi pers Koalisi Masyarakat Sipil di Kantor Yayasan LBH Jakarta, Jakarta, Senin (28/10/2013).

"Mogok nasional ini dilakukan demi meningkatkan kesejahteraan mereka," kata Reta.

Menurut Reta, tidak mudah bagi buruh untuk melakukan mogok secara nasional. Butuh gerakan yang luar biasa untuk menyatukan para buruh se-Indonesia untuk bersama-sama melakukan aksi mogok nasional. Bahkan proses tersebut membutuhkan waktu satu tahun.

Upaya-upaya yang mereka lakukan tersebut, lanjut Reta, juga sering berseberangan dengan pemerintah dan perusahaan. Tak jarang, lantaran dianggap melakukan tindakan anarkis, mereka dihalang-halangi oleh aparat kepolisian. Padahal, menurutnya, kepolisian seharusnya memfasilitasi aksi mereka.

Mereka juga menerima ancaman dari perusahaan tempatnya bekerja. Ancaman ini berupa pemutusan hubungan kerja (PHK) hingga kriminalisasi. Dinas Tenaga Kerja, katanya, selalu mendukung perusahaan terkait langkah PHK tersebut.

"Kepolisian juga kalau ada pengusaha yang melaporkan buruhnya, langsung ditindak. Padahal aksi buruh itu sesuatu yang legal dan konstitusional," lanjut Reta.

Sebelumnya diberitakan, aksi mogok nasional yang dilakukan buruh mendapat dukungan dari Koalisi Masyarakat Sipil. Selain LBH Jakarta, koalisi tersebut juga terdiri dari Imparsial, Kontras, YLBHI, TURC, Walhi dan ELSAM.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Gerindra Sebut Jokowi Justru Dorong Prabowo untuk Bertemu Megawati

Gerindra Sebut Jokowi Justru Dorong Prabowo untuk Bertemu Megawati

Nasional
Tak Cemas Lawan Kandidat Lain pada Pilkada Jatim, Khofifah: Kenapa Khawatir?

Tak Cemas Lawan Kandidat Lain pada Pilkada Jatim, Khofifah: Kenapa Khawatir?

Nasional
Khofifah Tolak Tawaran Jadi Menteri Kabinet Prabowo-Gibran, Pilih Maju Pilkada Jatim

Khofifah Tolak Tawaran Jadi Menteri Kabinet Prabowo-Gibran, Pilih Maju Pilkada Jatim

Nasional
Soal Duetnya pada Pilkada Jatim, Khofifah: Saya Nyaman dan Produktif dengan Mas Emil

Soal Duetnya pada Pilkada Jatim, Khofifah: Saya Nyaman dan Produktif dengan Mas Emil

Nasional
Pertamina Goes To Campus, Langkah Kolaborasi Pertamina Hadapi Trilema Energi

Pertamina Goes To Campus, Langkah Kolaborasi Pertamina Hadapi Trilema Energi

Nasional
Respons Luhut Soal Orang 'Toxic', Golkar Klaim Menterinya Punya Karya Nyata

Respons Luhut Soal Orang "Toxic", Golkar Klaim Menterinya Punya Karya Nyata

Nasional
Ditanya Soal Progres Pertemuan Prabowo-Megawati, Gerindra: Keduanya Mengerti Kapan Harus Bertemu

Ditanya Soal Progres Pertemuan Prabowo-Megawati, Gerindra: Keduanya Mengerti Kapan Harus Bertemu

Nasional
Gerindra Tangkap Sinyal PKS Ingin Bertemu Prabowo, tapi Perlu Waktu

Gerindra Tangkap Sinyal PKS Ingin Bertemu Prabowo, tapi Perlu Waktu

Nasional
Mencegah 'Presidential Club' Rasa Koalisi Pemerintah

Mencegah "Presidential Club" Rasa Koalisi Pemerintah

Nasional
Nasdem-PKB Gabung Prabowo, Zulhas Singgung Pernah Dicap Murtad dan Pengkhianat

Nasdem-PKB Gabung Prabowo, Zulhas Singgung Pernah Dicap Murtad dan Pengkhianat

Nasional
Pengamat HI Harap Menlu Kabinet Prabowo Paham Geopolitik, Bukan Cuma Ekonomi

Pengamat HI Harap Menlu Kabinet Prabowo Paham Geopolitik, Bukan Cuma Ekonomi

Nasional
PDI-P Harap MPR Tak Lantik Prabowo-Gibran, Gerindra: MK Telah Ambil Keputusan

PDI-P Harap MPR Tak Lantik Prabowo-Gibran, Gerindra: MK Telah Ambil Keputusan

Nasional
Sepakat dengan Luhut, Golkar: Orang 'Toxic' di Pemerintahan Bahaya untuk Rakyat

Sepakat dengan Luhut, Golkar: Orang "Toxic" di Pemerintahan Bahaya untuk Rakyat

Nasional
Warung Madura, Etos Kerja, dan Strategi Adaptasi

Warung Madura, Etos Kerja, dan Strategi Adaptasi

Nasional
BMKG: Suhu Panas Mendominasi Cuaca Awal Mei, Tak Terkait Fenomena 'Heatwave' Asia

BMKG: Suhu Panas Mendominasi Cuaca Awal Mei, Tak Terkait Fenomena "Heatwave" Asia

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com