Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Antara Hisab, Rukyat, dan Bulan Sabit

Kompas.com - 09/07/2013, 08:48 WIB

*Muh. Ma'rufin Sudibyo

KOMPAS.com - Dua kata yang kerap muncul tiap kali bulan Ramadhan maupun Hari Raya Idul Fitri dan Idul Adha datang menjelang adalah hisab dan rukyat. Bagi publik, keduanya mungkin dianggap sebagai "biang keladi" utama dalam masalah perbedaan mengawali Ramadhan maupun berhari raya. Sebenarnya, apa sih hisab dan rukyat itu?

Secara harfiah, hisab merupakan perhitungan falak, khususnya terkait elemen-elemen posisi Bulan, baik dalam rupa elemen geometris ataupun fisis. Elemen geometris Bulan berkaitan dengan posisi Bulan di dalam bola langit, baik bola langit ekliptika, ekuatorial maupun horizon.

Dalam khasanah astronomi kontemporer, elemen tersebut dinyatakan sebagai koordinat lintang ekliptika, bujur ekliptika, deklinasi, right ascension ataupun tinggi dan azimuth. Sementara,  elemen fisis terkait dengan sifat-sifat fisis Bulan seperti kecerlangan (magnitudo semu), fase (iluminansi), lebar sabit Bulan, panjang busur sabit Bulan dan nilai kontras Bulan. 

Tinggi dan azimuth menjadi elemen geometris yang paling sering dijumpai, meski bukan yang paling menentukan. Kala kita melayangkan pandangan ke panorama langit dan bumi di sekitar kita, maka di mana pun titik pandang kita di permukaan Bumi, pada galibnya kita sedang memandangi sisi dalam sebuah bola langit.

Ada dua belahan bola langit yang ukurannya sama besar, yakni bola langit atas dan bawah. Batas antara keduanya adalah bidang datar yang berpusat di tempat kita berdiri dan membentang ke segenap penjuru hingga berpotongan dengan bola langit sebagai lingkaran besar. Itulah horizon sejati, atau kaki langit, atau cakrawala.

KOMPAS/PRIYOMBODO Dengan mata telanjang warga ikut serta memantau hilal dari puncak Masjid Al Mabrur, Nambangan, Kenjeran, Surabaya, Senin (29/8/2011). Rukyatul Hilal yang dilakukan di beberapa tempat dilakukan guna untuk menentukan 1 Syawal 1432 H.
Saat kita berdiri di pesisir atau lahan datar nan luas tanpa tutupan pepohonan maupun tonjolan bukit, cakrawala dengan mudah diidentifikasi sebagai bidang tempat bertemunya langit dan laut, atau titik pertemuan langit dan daratan nun jauh mata memandang. Apa yang kita saksikan itu sesungguhnya adalah horizon semu. Sementara, horizon sejati sedikit ada di atasnya.

Horizon semu terjadi akibat Bumi kita memiliki selimut udara (atmosfer) tebal dengan sifat optisnya sendiri, sementara posisi kita berdiri selalu memiliki jarak vertikal tertentu terhadap paras air laut rata-rata.

Bulan senantiasa memiliki tinggi dan azimuth yang nilainya berubah-ubah dari waktu ke waktu. Tinggi Bulan adalah sebuah busur vertikal yang berpangkal di horizon menuju titik zenith (titik puncak bola langit) melintasi Bulan, yang memiliki satuan derajat. Jika Bulan itu tepat berada di horizon, maka tingginya adalah 0 derajat, sebaliknya jika berada di zenith maka tingginya tepat 90 derajat. Azimuth adalah busur mendatar yang ditarik dari arah utara sejati menuju ke timur hingga berujung di titik potong busur tinggi Bulan dengan horizon.

Azimuth setara dengan arah mata angin, namun dinyatakan dalam nilai tertentu yang khas. Misalnya utara, selalu dihargai dengan azimuth 0 atau 360 derajat, sementara timur, selatan dan barat masing-masing berharga 90, 180 dan 270 derajat. Produk dasar hisab pada umumnya adalah data tinggi dan azimuth Bulan serta tinggi dan azimuth Matahari bagi satu titik di Bumi saat Matahari terbenam pasca konjungsi.

Meski dalam kacamata astronomi produk sesungguhnya tak sebatas itu, karena masih terdapat elemen lain yang (sebagian) kurang populer seperti halnya beda tinggi, elongasi, lebar sabit Bulan, panjang busur sabit Bulan, dan nilai kontras.

Adapun, rukyat dimaknai sebagai observasi Bulan, khususnya saat Matahari terbenam pasca konjungsi. Observasi ini tersebut menyasar ada tidaknya busur sabit Bulan yang teramati di tengah lingkungan langit senja yang masih cemerlang bergelimang cahaya.

Rukyat dilakukan dengan atau tanpa bantuan alat bantu optik seperti teleskop/binokuler ataupun instrumen teodolit yang diberdayakan ulang. Di masa kini, penggunaan alat bantu optik lebih ditekankan, terutama untuk memastikan arah pandang mata benar-benar menyasar Bulan yang sesungguhnya. Sebab, dengan kian sedikitnya ahli falak dan meredupnya pengetahuan publik terkait ilmu terkait, terdapat cukup banyak fenomena alamiah/buatan yang sejatinya bukan hilaal namun disangka sebagai hilal.

Dalam beberapa kasus, benda-benda langit seperti Merkurius, Venus, Mars dan Jupiter kerap disangka hilal. Demikian pula sumber-sumber cahaya artifisial nan jauh di batas pandangan mata seperti lampu menara, balon udara, lampu pesawat dan lampu kapal/nelayan. Pada giliran selanjutny,a benda-benda langit artifisial tanpa lampu namun meiliki permukaan mengkilap yang sanggup memantulkan cahaya Matahari seperti stasiun antariksa internasional (ISS) dan satelit telekomunikasi Iridium pun berpotensi disangka sebagai hilal.

Mengingat keduanya memiliki kemampuan memproduksi kilatan (flare) yang sangat terang bahkan hingga melebihi terangnya Bulan sabit meski dalam sekejap.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Prabowo Minta Pemerintahannya Tak Diganggu, PKS: Kontrol Terhadap Pemerintah Wajib

    Prabowo Minta Pemerintahannya Tak Diganggu, PKS: Kontrol Terhadap Pemerintah Wajib

    Nasional
    Istri di Minahasa Dibunuh karena Mengigau, Komnas Perempuan Sebut Fenomena Femisida

    Istri di Minahasa Dibunuh karena Mengigau, Komnas Perempuan Sebut Fenomena Femisida

    Nasional
    Kabaharkam Siapkan Strategi Pengamanan Khusus di Akses Masuk Pelabuhan Jelang WWF ke-10 di Bali

    Kabaharkam Siapkan Strategi Pengamanan Khusus di Akses Masuk Pelabuhan Jelang WWF ke-10 di Bali

    Nasional
    Ketua KPU Sebut Caleg Terpilih Tak Harus Mundur jika Maju Pilkada, Pakar: Jangan-jangan Pesanan...

    Ketua KPU Sebut Caleg Terpilih Tak Harus Mundur jika Maju Pilkada, Pakar: Jangan-jangan Pesanan...

    Nasional
    Sebut Caleg Terpilih Tak Wajib Mundur jika Maju Pilkada, Ketua KPU Dinilai Ingkari Aturan Sendiri

    Sebut Caleg Terpilih Tak Wajib Mundur jika Maju Pilkada, Ketua KPU Dinilai Ingkari Aturan Sendiri

    Nasional
    Minta La Nyalla Kembali Pimpin DPD RI, Fahira Idris: Penguatan DPD RI Idealnya Dipimpin Sosok Pendobrak

    Minta La Nyalla Kembali Pimpin DPD RI, Fahira Idris: Penguatan DPD RI Idealnya Dipimpin Sosok Pendobrak

    Nasional
    Sejumlah Bantuan Jokowi ke Prabowo Siapkan Pemerintahan ke Depan...

    Sejumlah Bantuan Jokowi ke Prabowo Siapkan Pemerintahan ke Depan...

    Nasional
    Amankan World Water Forum 2024 di Bali, Korlantas Kirim 1.532 Polantas Gabungan

    Amankan World Water Forum 2024 di Bali, Korlantas Kirim 1.532 Polantas Gabungan

    Nasional
    Sudirman Said Angkat Bicara soal Isu Mau Maju Cagub Independen di Pilgub Jakarta

    Sudirman Said Angkat Bicara soal Isu Mau Maju Cagub Independen di Pilgub Jakarta

    Nasional
    Soal Revisi UU Kementerian Negara, Yusril Sebut Prabowo Bisa Keluarkan Perppu Usai Dilantik Jadi Presiden

    Soal Revisi UU Kementerian Negara, Yusril Sebut Prabowo Bisa Keluarkan Perppu Usai Dilantik Jadi Presiden

    Nasional
    “Oposisi” Masyarakat Sipil

    “Oposisi” Masyarakat Sipil

    Nasional
    Soal Pernyataan Prabowo, Pengamat: Ada Potensi 1-2 Partai Setia pada Jalur Oposisi

    Soal Pernyataan Prabowo, Pengamat: Ada Potensi 1-2 Partai Setia pada Jalur Oposisi

    Nasional
    Pakar Nilai Ide KPU soal Caleg Terpilih Dilantik Usai Kalah Pilkada Inkonstitusional

    Pakar Nilai Ide KPU soal Caleg Terpilih Dilantik Usai Kalah Pilkada Inkonstitusional

    Nasional
    Pakar Pertanyakan KPU, Mengapa Sebut Caleg Terpilih Tak Harus Mundur jika Maju Pilkada

    Pakar Pertanyakan KPU, Mengapa Sebut Caleg Terpilih Tak Harus Mundur jika Maju Pilkada

    Nasional
    Prabowo Sebut Jangan Ganggu jika Ogah Kerja Sama, Gerindra: Upaya Rangkul Partai Lain Terus Dilakukan

    Prabowo Sebut Jangan Ganggu jika Ogah Kerja Sama, Gerindra: Upaya Rangkul Partai Lain Terus Dilakukan

    Nasional
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com