Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pengacara Luthfi Curiga Ada yang Sengaja "Ngerjain" PKS

Kompas.com - 27/06/2013, 17:20 WIB
Indra Akuntono

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com
— Anggota tim pengacara Luthfi Hasan Ishaaq, M Assegaf, mencurigai ada motivasi khusus di balik kasus suap kuota impor daging sapi. Menurutnya, kecurigaan itu semakin menguat setelah muncul sosok misterius Yudi Setiawan yang mengungkapkan bahwa Partai Keadilan Sejahtera (PKS) mencoba menggalang dana Rp 2 triliun untuk pemenangan Pemilu 2014.

"Banyak pertanyaan, kok tiba-tiba nongol. Yudi Setiawan sedang dimanfaatkan secara politis," dalam sebuah diskusi bertajuk "Membedah Dakwaan LHI", di Senayan, Jakarta, Kamis (27/6/2013).

Assegaf menegaskan, dalam persidangan Yudi Setiawan memberikan penjelasan seakan-akan dirinya seorang ahli. Padahal, pada saat bersamaan, Yudi Setiawan merupakan tersangka dalam suatu kasus suap. Kegeraman Assegaf memuncak setelah Yudi menyampaikan bahwa PKS tengah berupaya mencari dana melalui Kementerian Sosial, Kementerian Pertanian, serta Kementerian Komunikasi dan Informatika. Ketiga menteri di kementerian tersebut merupakan kader asal PKS.

"Apa motifnya? Ini motif politik, ini bukan soal pengungkapan hukum. Yudi Setiawan sengaja mendiskreditkan PKS, tidak bisa tidak, kita harus menduga ada motivasi politik di baliknya," ujar Assegaf.

Sebelumnya, Assegaf juga mengkritisi dakwaan KPK untuk Luthfi. Pasalnya, dakwaan berubah dari tertangkap tangan menerima suap menjadi tindak pidana pencucian uang. Assegaf mengaku heran dengan dakwaan untuk kliennya tersebut.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com