Menko Airlangga juga menyampaikan, Indonesia telah membangun strategi untuk mendukung investasi hijau melalui sejumlah alternatif pembiayaan, seperti green bond, green sukuk, green taxonomy, dan carbon pricing.
Selain itu, Indonesia juga melakukan kerja sama dengan Pemerintah Jepang melalui skema Just Energy Transition Partnership (JETP) dengan pendanaan sebesar 20 miliar dollar AS.
Tak hanya itu, Indonesia melakukan pula kerja sama melalui skema Association of Southeast Asian Nations (ASEAN) Zero Emission Community (AZEC) dengan pendanaan sebesar 500 miliar dollar AS yang melibatkan berbagai proyek unggulan.
Proyek-proyek itu, seperti proyek geothermal Muara Laboh dengan kapasitas 80 megawatt (MW) dan pembangkit listrik tenaga sampah di Legok Nangka dengan kapasitas 35-40 MW.
“Indonesia juga memberikan dukungan kebijakan bagi Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) dan Undang-Undang (UU) Cipta Kerja,” ujarnya.
Pada kesempatan itu, Menko Airlangga menyampaikan, Indonesia menawarkan 21 proyek infrastruktur hijau berkelanjutan.
Indonesia menawarkan peluang investasi yang dalam rangkaian pertemuan IPEF dengan 19 peluang di antaranya merupakan pipeline projects.
“Dua proyek sudah dalam kategori siap, yakni Green Refinery Cilacap dengan nilai sebesar 860 juta dollar AS serta Green Refinery Plaju Sumatera Selatan yang juga bernilai 860 juta dollar AS,” jelas Menko Airlangga.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.