“Lettu Laut Eko datang ke ruangan kesehatan, dan memerintahkan Prada (Mar) Hasan dan Pratu (Mar) Agus yang ada di tempat tersebut untuk keluar ruangan kesehatan. Jadi di dalam tuh sudah ada orang,” kata Endi dalam konferensi pers di Markas Korps Marinir, Senin kemarin.
Saat itu, Eko berdalih bahwa ia akan membersihkan ruangan kesehatan tersebut.
Terdapat satu prajurit, Prada (Mar) Danu, yang hendak memasuki ruangan kesehatan. Namun, pintu dalam keadaan terkunci.
Kemudian, pada pukul 13.07 Wit, terdengar suara letusan senjata satu kali dari dalam ruangan kesehatan.
Satu menit berselang, salah satu prajurit mencoba melihat dari jendela.
“Kemudian melihat Lettu Laut Eko sudah dalam keadaan bersimbah darah dengan posisi tubuh bersandar pada dinding ruangan,” ujar Endi.
Baca juga: Marinir Sebut Lettu Eko Tewas karena Bunuh Diri, Ini Kronologinya
Didapati senapan serbu SS-2 V1 produksi PT Pindad tersandar dengan posisi popor di atas paha sebelah kanan Eko.
Para prajurit pun mendobrak pintu dan segera membawa Eko ke Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Dekai.
“Lettu Eko yang saat itu masih dalam keadaan hidup atau benyawa. Jadi saat itu masih hidup,” ujar Dankormar.
Kemudian, pada pukul 13.15, Lettu Laut Eko tiba di RSUD Dekai dan langsung mendapatkan penanganan medis oleh dokter jaga.
Pada pukul 14.00, dokter jaga RSUD Dekai menyampaikan bahwa nyawa Lettu Laut Eko tidak tertolong dan dinyatakan meninggal dunia.
Hasil penyelidikan dari Marinir TNI AL, Eko tewas setelah melepaskan tembakan dari kepala sebelah kanan tembus kepala kiri atas.
Endi menyebutkan, senapan yang dipakai untuk bunuh diri sudah berada di ruangan kesehatan sebelumnya.
“Senjata sudah ada di dalam ruangan. Dokter tidak dibekali dengan pistol. Dokter hanya membawa senapan. ‘Kenapa kok kalau bunuh diri pakai senapan? Kok enggak pakai pistol saja gampang?’. Beliau tidak memegang pistol,” tutur Endi.
Alasan tak bawa otopsi
Pihak Marinir juga mengungkapkan alasan tidak membawa jenazah Eko untuk diotopsi.
“Tidak otopsi karena daerah operasi tidak ada dokter khusus untuk forensik. Kami butuh cepat, kami ingin kembalikan ke keluarganya dengan cepat, tiga hari,” kata Endi.
Endi mengatakan, keputusan tidak melakukan otopsi juga dipengaruhi asumsi bahwa Eko tewas akibat bunuh diri.
“Kami tidak melakukan itu (otopsi) karena kami sudah yakin bahwa itu bunuh diri, kenapa harus diotopsi?” kata dia.
Baca juga: Marinir Ungkap Alasan Tak Bawa Jenazah Lettu Eko untuk Diotopsi
Endi pun mempersilakan pihak keluarga Eko jika ingin melakukan otopsi.
“Kalau dari keluarga masih ragu, silakan mungkin dilakukan dengan ketentuan atau jalur yang ada untuk menempuh otopsi,” ucap Endi.