Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ditanya Soal Progres Pertemuan Prabowo-Megawati, Gerindra: Keduanya Mengerti Kapan Harus Bertemu

Kompas.com - 04/05/2024, 13:56 WIB
Tatang Guritno,
Diamanty Meiliana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Sekretaris Jenderal (Sekjen) Partai Gerindra Ahmad Muzani menampik anggapan yang menyebutkan proses komunikasi dengan PDI-P soal upaya mempertemukan presiden terpilih Prabowo Subianto dengan Ketua Umum PDI-P Megawati Soekarnoputri jalan di tempat.

Ia mengklaim, komunikasi dengan partai banteng berjalan dengan baik dan menunggu momentum yang pas untuk keduanya bertemu.

“Soal pertemuan, soal waktu, soal momentum saya kira tunggu lah, karena kedua pemimpin itu mengerti kapan harus bertemu,” ujar Muzani di kawasan Pademangan, Jakarta Utara, Sabtu (4/5/2024).

Ia menekankan, Prabowo dan Megawati adalah sahabat lama. Jadi, tak ada hambatan psikologis untuk keduanya bertemu.

Baca juga: Soal Pertemuan Prabowo-Megawati, Gerindra Sebut Sudah Komunikasi dengan Puan

“Mereka (PDI-P) mengatakan (Megawati) tidak punya masalah dengan Prabowo, bahkan baik-baik saja hubungannya,” ucap dia.

“Demikian juga kami (Gerindra), Pak Prabowo sudah mengatakan hal yang sama, tidak ada masalah. Jangankan dengan Bu Mega, dengan semuanya pun tak ada masalah,” sambung Muzani.

Terakhir, ia juga menampik dugaan bahwa Presiden Joko Widodo yang menjadi penghalang pertemuan Prabowo dan Megawati.

Muzani menyatakan, Jokowi justru menjadi pihak yang mendukung Prabowo menemui Megawati.

“Enggak (menghalangi), Pak Jokowi justru yang mendorong dan mengingatkan,” imbuh dia.

Baca juga: Optimistis Pertemuan Prabowo-Megawati Berlangsung, Gerindra Komunikasi Intens dengan PDI-P

Diketahui sejumlah elite PDI-P telah menyatakan Megawati tak punya resistensi pada Prabowo.

Namun, Megawati nampaknya tak bisa menemui Jokowi.

Hubungan antara Megawati dengan Jokowi menjadi buruk imbas Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024.

Di mana partai banteng merasa Jokowi memberikan dukungannya untuk Prabowo dan memaksakan putranya Gibran Rakabuming Raka menjadi calon wakil presiden.

Baca juga: Pertemuan Megawati-Prabowo, PDI-P: Yang Sifatnya Formal Kenegaraan Tunggu Rakernas

Pencalonan Gibran banyak menuai kritik karena langkah politiknya terbuka setelah Mahkamah Konstitusi (MK) mengabulkan gugatan uji materi atas usia capres-cawapres dari 40 tahun menjadi 35 tahun.

Dalam proses uji materi itu, paman ipar Gibran, Anwar Usman yang kala itu menjabat sebagai Ketua MK ikut serta dalam pengambilan keputusan.

Belakangan, Anwar Usman dinyatakan melanggar etik berat oleh Majelis Kehormatan Mahkamah Konstitusi (MKMK) atas keikutsertaannya itu. Sanksinya, ia dipecat sebagai Ketua MK.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Demokrat Anggap Ridwan Kamil Cocok Masuk Jakarta, Ungkit Jokowi dari Solo

Demokrat Anggap Ridwan Kamil Cocok Masuk Jakarta, Ungkit Jokowi dari Solo

Nasional
Sekjen PKS Sebut Jokowi Sodorkan Kaesang ke Sejumlah Parpol untuk Maju Pilkada Jakarta

Sekjen PKS Sebut Jokowi Sodorkan Kaesang ke Sejumlah Parpol untuk Maju Pilkada Jakarta

Nasional
PDI-P Nilai Pintu Koalisi Masih Terbuka Meski PKS Usung Anies-Sohibul di Jakarta

PDI-P Nilai Pintu Koalisi Masih Terbuka Meski PKS Usung Anies-Sohibul di Jakarta

Nasional
Tinjau RSUD di Barito Timur, Jokowi Soroti Kurangnya Dokter Spesialis

Tinjau RSUD di Barito Timur, Jokowi Soroti Kurangnya Dokter Spesialis

Nasional
PDN Kena 'Ransomware', Pemerintah Dianggap Tak Mau Belajar

PDN Kena "Ransomware", Pemerintah Dianggap Tak Mau Belajar

Nasional
Jokowi Persilakan KPK Usut Kasus Korupsi Bansos Presiden

Jokowi Persilakan KPK Usut Kasus Korupsi Bansos Presiden

Nasional
PKS Klaim Tolak Tawaran Kursi Bacawagub DKI dari KIM, Pilih Usung Anies-Sohibul

PKS Klaim Tolak Tawaran Kursi Bacawagub DKI dari KIM, Pilih Usung Anies-Sohibul

Nasional
Penangkapan 103 WNA Terkait Kejahatan Siber Berawal dari Imigrasi Awasi Sebuah Vila di Bali

Penangkapan 103 WNA Terkait Kejahatan Siber Berawal dari Imigrasi Awasi Sebuah Vila di Bali

Nasional
Rumah Pensiun Jokowi Mulai Dibangun, Kemensetneg: Presiden Sendiri yang Memilih Lokasi

Rumah Pensiun Jokowi Mulai Dibangun, Kemensetneg: Presiden Sendiri yang Memilih Lokasi

Nasional
Serangan Siber PDN Dinilai Semakin Menggerus Kepercayaan Publik

Serangan Siber PDN Dinilai Semakin Menggerus Kepercayaan Publik

Nasional
Publik Dirugikan 'Ransomware' PDN Bisa Tuntut Perdata Pemerintah

Publik Dirugikan "Ransomware" PDN Bisa Tuntut Perdata Pemerintah

Nasional
KPK Tetapkan 9 Tersangka Korupsi Proyek Pengerukan Alur Pelayaran di 4 Pelabuhan

KPK Tetapkan 9 Tersangka Korupsi Proyek Pengerukan Alur Pelayaran di 4 Pelabuhan

Nasional
Notifikasi Dampak 'Ransomware' PDN Nihil, Sikap Pemerintah Dipertanyakan

Notifikasi Dampak "Ransomware" PDN Nihil, Sikap Pemerintah Dipertanyakan

Nasional
KPK Usut Dugaan Korupsi Proyek Pengerukan Jalur Pelayaran di 4 Pelabuhan

KPK Usut Dugaan Korupsi Proyek Pengerukan Jalur Pelayaran di 4 Pelabuhan

Nasional
Duet Anies-Sohibul Dinilai Tak Realistis, PKS: Ini Pasangan Ideal, Punya Wawasan Global

Duet Anies-Sohibul Dinilai Tak Realistis, PKS: Ini Pasangan Ideal, Punya Wawasan Global

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com