Meski demikian, Noto mengakui bahwa ada tantangan tersendiri saat melakukan operasi tersebut.
Salah satunya karena TNI AU sebelumnya tidak pernah melihat medannya seperti apa.
"Kemudian kami pada saatnya berangkat itu sudah di-warning bahwa daerah itu adalah daerah operasi (militer) dan itu sedang aktif daerahnya sehingga kemungkinan besar terjadinya jamming radio, jamming navigasi itu sangat mungkin terjadi, dan itu (memang kenyataannya) terjadi," katanya.
"Untuk itu, kami kemarin sudah siap dengan segala pola operasinya sehingga kami pun kemarin menerbangkan pesawat secara manual," ungkap Noto.
Baca juga: Warga Gaza Gunakan Panel Surya untuk Menyalakan Pompa Sumur dan Hasilkan Air Bersih
Ia juga sempat menyinggung terjadinya sinyal GPS yang hilang saat operasi dilaksanakan sehingga tim Indonesia harus melakukan pemetaan wilayah terbang secara manual.
"Ya terutama di GPS, GPS nya suddenly hilang, sehingga kita harus mapping secara manual dan menerbangkan secara konvensional gitu," katanya.
Diketahui, dalam operasi air droping logistic kali ini Indonesia berhasil menerjunkan 20 paket bantuan yang mencakup makanan dan obat-obatan yang dibutuhkan para pengungsi di Gaza.
Masing-masing paket memiliki berat 160 kilogram sehingga total berat paket bantuan yang diterjunkan adalah 3.200 kilogram.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.