Jadi, sudah benar ketika Hakim MK Saldi Isra bertanya ke empat menteri Presiden Jokowi yang hadir di persidangan. Para menteri itu ditanya, apakah Presiden Jokowi memberikan peringatan terkait pembagian bansos di tengah Pemilu.
Saldi Isra jelas bukan hakim yang lebay. Dia tidak oversensitive atau overreact terhadap bansosnya Presiden Jokowi dan para menterinya di masa kampanye.
Hasil penelitian tentang efek gentong babi terhadap konstituen di negara-negara korup nyata-nyata menunjukkan bahwa pemerintah memang tidak pantas memainkan siasat kotor berupa jor-joran gentong babi terlebih di masa-masa mendekati hari pencoblosan.
Dan Saldi Isra, melalui pertanyaannya, tengah mempertanyakan derajat kepekaan sekaligus standar etik sang Kepala Negara/Pemerintahan.
Pun Presiden Jokowi, berikut keempat menteri, lebih-lebih Menko PMK, tidak patut menyangkal atau pun berlagak pilon akan bahaya "banjir kebaikan gentong babi" terhadap sikap politik masyarakat.
Satu lagi:
Jadi masuk akal juga kalau resiliensi kolektif kita terhadap korupsi sengaja dibikin rusak pada tahun-tahun belakangan ini.
Sesuai hasil kajian tadi, ketika negara sudah berhasil dibikin korup parah, kepedulian masyarakatnya akan baik-buruk, pahala-dosa, etik-niretik, surga-neraka, moral-amoral akan ikut porak poranda.
Alhasil, terang benderang sudah. Korupsi itu ada "manfaatnya". Kejahatan mendatangkan "keindahan" tepat pada waktunya. Huh!
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.