JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Pertahanan (Menhan) Prabowo Subianto kini menyandang gelar Jenderal Kehormatan (HOR) bintang 4.
Penyematan gelar itu dilakukan oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) dalam rapat pimpinan (rapim) TNI-Polri di Markas Besar (Mabes) TNI, Cilangkap, Jakarta Timur, Rabu (28/2/2024).
Pemberian gelar kehormatan untuk Prabowo diumumkan Jokowi saat menyampaikan sambutan.
"Dalam kesempatan yang baik ini, dalam kesempatan yang berbahagia ini, saya ingin menyampaikan penganugerahan kenaikan pangkat secara istimewa berupa Jenderal TNI kehormatan kepada Bapak Prabowo Subianto," ujar Jokowi.
Baca juga: Menko Polhukam: Jenderal Full untuk Prabowo, Mekanismenya Sudah Sesuai
"Penganugerahan ini adalah bentuk penghargaan sekaligus peneguhan untuk berbakti sepenuhnya kepada rakyat, kepada bangsa dan kepada negara. Saya ucapkan selamat kepada Bapak Jenderal Prabowo Subianto," lanjutnya.
Kalangan pegiat hak asasi manusia mengkritik keputusan Jokowi memberikan gelar itu kepada Prabowo.
Sebab menurut mereka, karier kemiliteran Prabowo diwarnai dengan kontroversi, terutama soal dugaan pelanggaran HAM.
Prabowo diduga terlibat dalam penculikan dan penghilangan paksa sejumlah aktivis pro demokrasi pada 1997 sampai 1998, atau masa menuju Reformasi.
Jabatan terakhirnya adalah Panglima Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat (Kostrad) dengan pangkat Letnan Jenderal (Purnawirawan).
Baca juga: Koalisi Masyarakat Sipil Minta Jokowi Batalkan Pemberian Gelar Jenderal Kehormatan ke Prabowo
Prabowo diduga terlibat kasus penculikan dan penghilangan paksa sejumlah aktivis pro demokrasi pada 1997/1998.
Sampai saat ini tercatat ada 13 aktivis pro demokrasi yang masih dinyatakan hilang sekitar 1997-1998.
Adapun penculikan aktivis 1997/1998 dilakukan oleh tim khusus bernama Tim Mawar, yang dibentuk oleh Mayor Bambang Kristiono.
Tim Mawar merupakan tim kecil dari Komando Pasukan Khusus (Kopassus) Grup IV, TNI Angkatan Darat. Saat penculikan terjadi, Prabowo berstatus sebagai Komandan Jenderal Komando Pasukan Khusus (Danjen Kopassus).
Terkait peristiwa itu, Dewan Kehormatan Perwira (DKP) TNI memutuskan memberhentikan Prabowo dari dinas kemiliteran karena terbukti terlibat dalam penculikan dan penghilangan orang paksa terhadap sejumlah aktivis 1997/1998.
Baca juga: Jokowi Bantah Ada Transaksi Politik di Balik Pemberian Gelar Jenderal Kehormatan Prabowo
Pada 23 Mei 1998, Presiden B.J. Habibie mencopot Prabowo dari jabatannya sebagai Panglima Kostrad, lalu ditempatkan sebagai Komandan Sekolah Staf dan Komando ABRI.
Yang unik adalah sejumlah aktivis yang pernah diburu oleh anak buah Prabowo kini berada dalam satu kubu mendukungnya menjadi calon presiden (Capres) nomor urut 2.
Para aktivis 98 yang pernah diculik dan saat ini berada di kubu Prabowo adalah Budiman Sudjatmiko, Andi Arief, dan Agus Jabo.
Bahkan Prabowo sempat menyinggung pernah memburu mereka di masa lalu karena aktivitas politik.
"Hadir juga Ahmad Muzani, Agus Jabo Ketua Prima, maaf dulu saya kejar-kejar anda. Dulu. Atas perintah. Bandel sih dulu," ujar Prabowo dalam acara Suara Muda Indonesia Untuk Prabowo-Gibran di JCC, Senayan, Jakarta, Sabtu (27/1/2024).
Baca juga: Sambil Pegang Bintang 4 di Pundaknya, Prabowo: Kayaknya Berat Ya...
Prabowo juga mengungkit masa-masa memburu Budiman karena kegiatan aktivitas politiknya. Sebab Agus dan Budiman saat itu merupakan petinggi Partai Rakyat Demokratik (PRD).
"Kemudian saudara Budiman Sudjatmiko. Ini juga sorry, Man, dulu kejar-kejar lu juga. Tapi gue udah minta maaf sama lo ya," imbuh Prabowo.
Budiman dalam program Gaspol! di Kompas.com yang disiarkan pada Rabu (26/7/2023) memaparkan Prabowo mengaku sudah memulangkan seluruh aktivis yang diculik pada 1997-1998.
Prabowo, kata Budiman, mengaku tidak mengetahui mengapa masih ada 13 orang aktivis yang sampai saat ini dinyatakan hilang.
Baca juga: Jokowi Sebut Panglima TNI yang Usulkan Prabowo Dapat Gelar Jenderal Kehormatan
"(Prabowo bilang) 'Yang saya ambil sudah kembali semua. Saya kembalikan semua. Saya tidak tahu kenapa sebagian tidak pernah kembali ke rumah. Tapi yang saya ambil saya sudah lepaskan semua'. Itu pengakuannya," tutur Budiman.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.