Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Drone Emprit Sebut Isu Kecurangan Masih Ramai Diperbincangkan Usai Pemilu

Kompas.com - 24/02/2024, 18:44 WIB
Dian Erika Nugraheny,
Ambaranie Nadia Kemala Movanita

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Pendiri Drone Emprit, Ismail Fahmi mengatakan, tren percakapan dan pemberitaan soal isu kecurangan pemilihan umum (pemilu) masih sangat tinggi.

Hal tersebut berdasarkan analisis Drone Emprit merujuk tren di media sosial dan pemberitaan media online sejak 14 Februari 2024 hingga 23 Februari 2024.

Dengan kata lain, saat pemungutan suara pemilu hingga sepekan setelahnya, isu tersebut masih banyak diperbincangkan.

Baca juga: Kritik Wacana Hak Angket Kecurangan Pemilu, Eks Sekjen PKB: Pekerjaan Sia-sia

"Sejak pencoblosan 14 Februari hingga seminggu setelahnya, 23 Februari, seminggu lebih, tren percakapan dan pemberitaan soal isu kecurangan dalam pemilu masih sangat tinggi," ujar Ismail dalam keterangan pers yang disiarkan YouTube Kompas TV pada Sabtu (24/2/2024).

"Ini memperlihatkan adanya perhatian publik. Dan isu kecurangan sangat mewarnai pemilu yang sekarang ini," imbuh dia.

Isu kecurangan yang dimaksud terbagi menjadi dua, yakni saat sebelum pencoblosan dan setelah pencoblosan pemilu.

Kecurangan sebelum pencoblosan berupa intervensi politik, pelanggaran etika, dan penyalahgunaan wewenang di Mahkamah Konstitusi (MK).

"Kemudian kecurangan pada saat dan pasca-pencoblosan yakni adanya dugaan kecurangan dalam sistem Sirekap," ungkap Ismail.

Baca juga: Kontras Temukan 310 Dugaan Kecurangan Pemilu, Libatkan Aparat

"Kalau seandainya benar, makanya perlu kiranya ini penting untuk jadi masukan bagi Komisi Pemilihan Umum (KPU) dan Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) melalui audit forensik," lanjut dia.

Tujuannya agar penyelenggara pemilu tersebut bisa membuktikan bahwa sistem Sirekap yang digunakan tidak seperti yang diduga publik selama ini.

"Ini semua adalah dugaan yang saya kira penting untuk ada klarifikasi yang jelas. Utamanya dengan menggunakan audit forensik terkait dengan sistem yang ada," sambung Ismail.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com