JAKARTA, KOMPAS.com - Wakil Presiden ke 10 dan 12, Jusuf Kalla angkat bicara soal hilirisasi nikel yang saat ini dilakukan oleh pemerintahan Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Ma’ruf Amin.
Menurut dia, hilirisasi dapat mengembalikan Indonesia seperti ke zaman penjajahan Belanda.
“Sangat berbahaya untuk negeri ini. Kalau sekarang praktiknya ya bisa mengembalikan negeri ini ke zaman VOC,” ujar Kalla di kediamannya, Jalan Brawijaya Raya No.6, Jakarta Selatan, Rabu (7/2/2024).
Baca juga: AHY Pamer SBY Sudah Terapkan Hilirisasi Sejak 2013, lalu Dilanjutkan Jokowi
Ia menyampaikan, hilirisasi nikel justru lebih banyak menguntungkan investor asing.
Sementara itu, program tersebut tak membawa dampak signifikan untuk buruh yang berasal dari wilayah-wilayah tambang nikel.
“Orang asing menggali kekayaan dengan buruh yang murah. Semua keuntungan lari ke luar, tidak ke dalam. Memiskinkan rakyat,” ucap dia.
Ia mengungkapkan, masyarakat di Sulawesi Tenggara, Sulawesi Tengah, dan Maluku Utara malah semakin miskin.
“Lihat data statistik resminya, bukan tambah kaya tapi (masyarakat) tambah miskin. Negara ini hanya dapat sedikit, semuanya lari ke China. Persis zaman VOC,” ucap dia.
Kritik terkait hilirisasi nikel dan penambangan ugal-ugalan disampaikan calon wakil presiden (cawapres) nomor urut 1, Muhaimin Iskandar saat debat cawapres 21 Januari 2024.
Baca juga: Pertumbuhan Ekonomi Malut dan Sulteng Melesat, Pemerintah: Berkat Hilirisasi Jokowi
Ia menyebutkan, penambangan ugal-ugalan tak memberi manfaat pada rakyat dan justru merusak lingkungan sekitar secara masif.
Kemudian, Menteri Koordinator Bidang Maritim dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan menuding Muhaimin berbohong soal data tersebut.
Ia kekeh menyampaikan hilirisasi dan sektor pertambangan memberi manfaat ekonomi yang signifikan pada masyarakat.
Keduanya lantas saling menantang untuk beradu data dan mengecek lokasi pertambangan secara langsung.
Namun, sampai hari ini nampaknya Luhut dan Muhaimin belum juga bertemu.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.