Menurut dia, hilirisasi dapat mengembalikan Indonesia seperti ke zaman penjajahan Belanda.
“Sangat berbahaya untuk negeri ini. Kalau sekarang praktiknya ya bisa mengembalikan negeri ini ke zaman VOC,” ujar Kalla di kediamannya, Jalan Brawijaya Raya No.6, Jakarta Selatan, Rabu (7/2/2024).
Ia menyampaikan, hilirisasi nikel justru lebih banyak menguntungkan investor asing.
Sementara itu, program tersebut tak membawa dampak signifikan untuk buruh yang berasal dari wilayah-wilayah tambang nikel.
“Orang asing menggali kekayaan dengan buruh yang murah. Semua keuntungan lari ke luar, tidak ke dalam. Memiskinkan rakyat,” ucap dia.
Ia mengungkapkan, masyarakat di Sulawesi Tenggara, Sulawesi Tengah, dan Maluku Utara malah semakin miskin.
“Lihat data statistik resminya, bukan tambah kaya tapi (masyarakat) tambah miskin. Negara ini hanya dapat sedikit, semuanya lari ke China. Persis zaman VOC,” ucap dia.
Kritik terkait hilirisasi nikel dan penambangan ugal-ugalan disampaikan calon wakil presiden (cawapres) nomor urut 1, Muhaimin Iskandar saat debat cawapres 21 Januari 2024.
Ia menyebutkan, penambangan ugal-ugalan tak memberi manfaat pada rakyat dan justru merusak lingkungan sekitar secara masif.
Kemudian, Menteri Koordinator Bidang Maritim dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan menuding Muhaimin berbohong soal data tersebut.
Ia kekeh menyampaikan hilirisasi dan sektor pertambangan memberi manfaat ekonomi yang signifikan pada masyarakat.
Namun, sampai hari ini nampaknya Luhut dan Muhaimin belum juga bertemu.
https://nasional.kompas.com/read/2024/02/07/16332641/jk-nilai-hilirisasi-nikel-seperti-kembalikan-negeri-ini-ke-zaman-voc