Yang absen dalam produk-produk tulisan Ferdy Sambo, Arteria Dahlan, dan Arya Wedakarna adalah kemampuan berpikir strategis, kepekaan identifikasi masalah, dan kemampuan menulis empatik—menekan ego pribadi.
Dalam konteks korporasi, apakah perusahaan akan lebih memilih untuk berjarak dengan para (calon) pelanggannya?
Dalam menjawab isu, apakah perusahaan akan mengedepankan ego korporasi daripada meraih empati pemangku kepentingannya? Apakah perusahaan akan selalu mempertimbangkan etika dalam setiap inisiatif, produk, dan layanannya?
Jika di tangan para pejabat atau wakil rakyat bergantung nasib orang banyak, maka mereka memiliki pekerjaan rumah yang berat untuk tidak hanya bekerja, tapi juga berpikir, merasa, dan menulis dengan baik dan benar.
Fenomena ini membuat Pemerintah, Parlemen, hingga perusahaan tidak bisa lagi menganggap remeh setiap produk verbal atau tulisan yang mereka terbitkan ke publik. Karena, siapa yang kita bodohi?
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.