Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Jannus TH Siahaan
Doktor Sosiologi

Doktor Sosiologi dari Universitas Padjadjaran. Pengamat sosial dan kebijakan publik. Peneliti di Indonesian Initiative for Sustainable Mining (IISM). Pernah berprofesi sebagai Wartawan dan bekerja di industri pertambangan.

Perayaan Sederhana HUT PDI-P yang Tak Bermahkota

Kompas.com - 12/01/2024, 10:07 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Kata-kata tersebut menjadi simbol yang tersimpan di balik pidato Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri yang secara tak langsung ingin menyampaikan bahwa kini Jokowi tidak lagi memilih rakyat sebagai tempat untuk berpihak, tapi justru memilih kekuasaan sebagai tempat untuk mempertahankan diri agar mahkotanya bisa diwariskan secara tak demokratis.

Dan karena pidato itu pula, pujian Anies Baswedan kepada Megawati mendapatkan konteksnya, yakni sebagai tokoh yang konsisten terus menjaga demokrasi di negeri ini.

Megawati memang tokoh utama yang menolak wacana tiga periode presiden sekaligus menolak wacana perpanjangan masa jabatan presiden yang justru digaungkan di era kekuasaan Presiden Jokowi.

Lalu di tahun ke sepuluh kemesraan PDIP dan Jokowi, Megawati juga menolak tunduk kepada penguasa Istana, sekalipun risikonya harus merayakan ulang tahun secara sederhana karena kehilangan mahkota.

Terlepas apapun pandangan tentang Megawati Soekarnoputri selama ini, namun pada konteks ini Megawati, menurut saya, layak diapresiasi sebagai negarawan sejati.

Nah, dengan posisi politik yang diambil tersebut, prospek perolehan suara PDIP masih cukup bagus.

PDIP berpeluang mempertahankan statusnya sebagai partai pemenang pemilihan umum dengan raihan suara tertinggi dibanding dengan partai-partai lainnya, yakni sekitar 20-an persen, sebagaimana diungkap oleh survei-survei tentang elektabilitas parpol, beberapa waktu belakangan.

Masalahnya kini terletak pada prospek capres-cawapres yang didukung oleh PDIP dan beberapa partai anggota koalisi yang dipimpin oleh PDIP.

Sejak rivalitas mulai terjadi antara PDIP dan Jokowi, suara capres-cawapres dari PDIP mulai kehilangan superiotasnya di dalam survei-survei politik yang ada.

Posisi Ganjar Pranowo yang lama berada di urutan pertama terdepak. Pergeseran angkanya cukup signifikan, yang membuat capres dari PDIP tersebut harus bersaing habis-habis untuk posisi ke dua dengan capres nomor satu, agar bisa melanjutkan pertarungan di putaran kedua.

Yang jelas, dengan sebaran kekuatan politik hari ini, peluang untuk satu putaran sebagaimana diteriakkan oleh pasangan nomor 2, sangat kecil peluangnya.

Meskipun begitu, dilihat dari pergerakan elektabiltas dalam beberapa waktu belakangan, masih terdapat sedikit kemungkinan untuk itu.

Jadi PDIP dan pasangan capres-cawapres nomor tiga harus fokus kepada dua hal. Pertama mempersempit, bahkan jika dimungkinkan, mengeliminasi kemungkinan pemilihan satu putaran.

Kedua, memastikan agar pasangan calon nomor urut tiga masuk ke dalam putaran kedua tersebut.

Jika itu bisa dilakukan, maka peluang untuk mengambil kembali mahkota dari Jokowi akan terbuka sangat lebar.

Jika PDIP dan pasangan calon nomor urut tiga masuk putaran kedua, secara mayoritas suara pemilih properubahan dan antipemerintah berpeluang pindah ke pasangan nomor urut tiga, jika komunikasi politik tetap terjaga dengan gerbong politik yang mendukung paslon nomor urut satu, minimal dengan PKB dan Nasdem.

Dan dengan "political stance jalan tengah" dari pasangan nomor urut tiga, masa mengambang di putaran kedua berpeluang diraih dengan angka signifikan, selama narasi politik yang dimainkan tidak bergeser dari politik jalan tengah yang telah dimainkan Ganjar - Mahfud hari ini alias tidak bergeser ke posisi ekstrem kiri, karena itu akan memperkecil ceruk suara paslon nomor urut tiga.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Indikator Politik Ingatkan KBurhanuddin Muhtadi: KPK Ibarat Anak Tak Diharapkan, Maka Butuh Dukungan PublikPK Tak Didukung Elite, Benteng Bergantung Pada Kepercayaan Publik

Indikator Politik Ingatkan KBurhanuddin Muhtadi: KPK Ibarat Anak Tak Diharapkan, Maka Butuh Dukungan PublikPK Tak Didukung Elite, Benteng Bergantung Pada Kepercayaan Publik

Nasional
Gerindra Kaji Sejumlah Nama untuk Dijadikan Bacagub Sumut, Termasuk Bobby Nasution

Gerindra Kaji Sejumlah Nama untuk Dijadikan Bacagub Sumut, Termasuk Bobby Nasution

Nasional
Presiden Jokowi Bertolak ke Sultra, Resmikan Inpres Jalan Daerah dan Bendungan Ameroro

Presiden Jokowi Bertolak ke Sultra, Resmikan Inpres Jalan Daerah dan Bendungan Ameroro

Nasional
Jokowi Bersepeda di CFD Sudirman-Thamrin sambil Menyapa Warga Jakarta

Jokowi Bersepeda di CFD Sudirman-Thamrin sambil Menyapa Warga Jakarta

Nasional
KPK Kantongi Data Kerugian Ratusan Miliar dalam Kasus PT Taspen, tapi Masih Tunggu BPK dan BPKP

KPK Kantongi Data Kerugian Ratusan Miliar dalam Kasus PT Taspen, tapi Masih Tunggu BPK dan BPKP

Nasional
4 Kapal Perang Angkut Puluhan Rantis Lapis Baja demi Pengamanan WWF ke-10 di Bali

4 Kapal Perang Angkut Puluhan Rantis Lapis Baja demi Pengamanan WWF ke-10 di Bali

Nasional
Prabowo Pilih Rahmat Mirzani Djausal sebagai Bacagub Lampung

Prabowo Pilih Rahmat Mirzani Djausal sebagai Bacagub Lampung

Nasional
KPK Masih Telusuri Pemberi Suap Izin Tambang Gubernur Maluku Utara

KPK Masih Telusuri Pemberi Suap Izin Tambang Gubernur Maluku Utara

Nasional
Menhub Budi Karya Diminta Jangan Cuma Bicara soal Sekolah Kedinasan Tanggalkan Atribut Militer

Menhub Budi Karya Diminta Jangan Cuma Bicara soal Sekolah Kedinasan Tanggalkan Atribut Militer

Nasional
Potret 'Rumah Anyo' Tempat Singgah Para Anak Pejuang Kanker yang Miliki Fasilitas Bak Hotel

Potret 'Rumah Anyo' Tempat Singgah Para Anak Pejuang Kanker yang Miliki Fasilitas Bak Hotel

Nasional
Logo dan Moto Kunjungan Paus Fransiskus Dirilis, Ini Maknanya

Logo dan Moto Kunjungan Paus Fransiskus Dirilis, Ini Maknanya

Nasional
Viral Pengiriman Peti Jenazah Dipungut Bea Masuk, Ini Klarifikasi Bea Cukai

Viral Pengiriman Peti Jenazah Dipungut Bea Masuk, Ini Klarifikasi Bea Cukai

Nasional
Pemilihan Calon Pimpinan KPK yang Berintegritas Jadi Kesempatan Jokowi Tinggalkan Warisan Terakhir

Pemilihan Calon Pimpinan KPK yang Berintegritas Jadi Kesempatan Jokowi Tinggalkan Warisan Terakhir

Nasional
Saat 'Food Estate' Jegal Kementan Raih 'WTP', Uang Rp 5 Miliar Jadi Pelicin untuk Auditor BPK

Saat "Food Estate" Jegal Kementan Raih "WTP", Uang Rp 5 Miliar Jadi Pelicin untuk Auditor BPK

Nasional
Usai Prabowo Nyatakan Tak Mau Pemerintahannya Digangggu...

Usai Prabowo Nyatakan Tak Mau Pemerintahannya Digangggu...

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com