Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Beda Pandangan dengan Jokowi, Jusuf Kalla Sebut Amerika dan Eropa Tahu Data Pertahanan RI

Kompas.com - 10/01/2024, 18:37 WIB
Tatang Guritno,
Icha Rastika

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Wakil Presiden ke-10 dan 12 RI, Jusuf Kalla berbeda pandangan dengan Presiden Joko Widodo yang menyebutkan data pertahanan tak bisa dibuka seluruhnya.

Ia mengatakan, kerahasiaan data pertahanan itu ditujukan untuk negara lain. Namun, pada kenyataannya, negara-negara besar sudah mengetahui data pertahanan Indonesia.

“Apa Anda enggak tahu, beli pesawat dua, dia tahu di Amerika, di Eropa. Kita beli tank, tahu itu orang,” ujar Kalla di kediamannya, Jalan Brawijaya Raya No.6, Jakarta Selatan, Rabu (10/1/2024).

Baca juga: Soal Ratusan Ribu Hektar Lahan Prabowo, JK Akui Sarankan Beli Itu

Baginya, data pertahanan yang dipertanyakan pada debat calon presiden (capres) di Istora Senayan, Jakarta, Minggu (7/1/2024) tidak perlu ditutupi.

Sebab, setiap Hari Ulang Tahun (HUT) TNI yang jatuh 5 Oktober, seringkali alutsista juga dipamerkan pada publik.

Menurut dia, data mestinya dipaparkan pada publik agar masyarakat mengetahui untuk apa anggaran tersebut dipergunakan di sektor pertahanan.

“Jadi tidak ada yang perlu disembunyikan di keadaan sekarang. Apanya rahasia sebenarnya? Rakyat harus tahu berapa negeri beli (alutsista) ini, berapa pajak mereka yang diberikan, dikemanakan, rakyat mesti tahu,” papar dia.


Terakhir, Kalla menekankan, tak ada yang salah jika ada capres yang ingin mengetahui data pertahanan dalam debat.

“Beli kapal selam langsung dan baru pesan oh sudah tahu (negara lain). Mau tipenya ini, oh tipenya ini, kan tidak ada dalam republik ini rahasia yang harus disembunyikan. Semua tahu. Jadi kalau kita ingin tahu kenapa (ditutupi)?” ucap dia.

Baca juga: Semangati Cak Imin, JK: Masak Kalah dengan Gibran, Kalau Sama Pak Mahfud Memang Bersaing

Dalam debat capres Minggu malam, capres nomor urut 2 Prabowo Subianto enggan membeberkan data pertahanan yang dipertanyakan oleh capres nomor urut 1 Anies Baswedan dan capres nomor urut 3 Ganjar Pranowo.

Kemudian, Presiden Joko Widodo juga menegaskan data pertahanan tak bisa dibuka sepenuhnya karena menjadi rahasia negara.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang


Terkini Lainnya

Sengketa Pileg di Papua Tengah, MK Soroti KPU Tak Bawa Bukti Hasil Noken

Sengketa Pileg di Papua Tengah, MK Soroti KPU Tak Bawa Bukti Hasil Noken

Nasional
Dilema Prabowo Membawa Orang 'Toxic'

Dilema Prabowo Membawa Orang "Toxic"

Nasional
Gibran Ingin Konsultasi soal Kabinet ke Megawati, Pengamat: Harus Koordinasi dengan Prabowo

Gibran Ingin Konsultasi soal Kabinet ke Megawati, Pengamat: Harus Koordinasi dengan Prabowo

Nasional
Soal Kabinet Prabowo-Gibran, Pengamat Ingatkan Bukan Sekadar Bagi-bagi Kekuasaan

Soal Kabinet Prabowo-Gibran, Pengamat Ingatkan Bukan Sekadar Bagi-bagi Kekuasaan

Nasional
Sidang Perdana Praperadilan Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor Digelar Hari Ini

Sidang Perdana Praperadilan Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor Digelar Hari Ini

Nasional
Menakar Siapa Orang 'Toxic' yang Dimaksud Luhut, Lebih Relevan ke Kubu 01?

Menakar Siapa Orang "Toxic" yang Dimaksud Luhut, Lebih Relevan ke Kubu 01?

Nasional
Niat Gibran Ingin Konsultasi dengan Megawati soal Kabinet Dimentahkan PDI-P

Niat Gibran Ingin Konsultasi dengan Megawati soal Kabinet Dimentahkan PDI-P

Nasional
SBY Doakan dan Dukung Prabowo Sukses Jaga Keutuhan NKRI sampai Tegakkan Keadilan

SBY Doakan dan Dukung Prabowo Sukses Jaga Keutuhan NKRI sampai Tegakkan Keadilan

Nasional
'Presidential Club', 'Cancel Culture', dan Pengalaman Global

"Presidential Club", "Cancel Culture", dan Pengalaman Global

Nasional
Hari Ini, Hakim Agung Gazalba Saleh Mulai Diadili dalam Kasus Gratifikasi dan TPPU

Hari Ini, Hakim Agung Gazalba Saleh Mulai Diadili dalam Kasus Gratifikasi dan TPPU

Nasional
Respons Partai Pendukung Prabowo Usai Luhut Pesan Tak Bawa Orang 'Toxic' ke Dalam Pemerintahan

Respons Partai Pendukung Prabowo Usai Luhut Pesan Tak Bawa Orang "Toxic" ke Dalam Pemerintahan

Nasional
Bongkar Dugaan Pemerasan oleh SYL, KPK Hadirkan Pejabat Rumah Tangga Kementan

Bongkar Dugaan Pemerasan oleh SYL, KPK Hadirkan Pejabat Rumah Tangga Kementan

Nasional
Soal Maju Pilkada DKI 2024, Anies: Semua Panggilan Tugas Selalu Dipertimbangkan Serius

Soal Maju Pilkada DKI 2024, Anies: Semua Panggilan Tugas Selalu Dipertimbangkan Serius

Nasional
Kloter Pertama Jemaah Haji Indonesia Dijadwalkan Berangkat 12 Mei 2024

Kloter Pertama Jemaah Haji Indonesia Dijadwalkan Berangkat 12 Mei 2024

Nasional
Saat Jokowi Sebut Tak Masalah Minta Saran Terkait Kabinet Prabowo-Gibran...

Saat Jokowi Sebut Tak Masalah Minta Saran Terkait Kabinet Prabowo-Gibran...

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com