Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Penundaan Pembelian Jet Tempur Mirage 2000-5, Dinilai Bentuk dari Ketidakcermatan Perencanaan

Kompas.com - 07/01/2024, 09:26 WIB
Nirmala Maulana Achmad,
Irfan Maullana

Tim Redaksi

Diketahui, Mirage 2000-5 dan Rafale berasal dari pabrikan yang sama, Dassault Aviation.

“Nah itu lah maksudnya kita mencari pesawat fighter interim yang bisa segera kita gunakan. Tentunya pesawat Mirage 2000-5 memang tidak sama kecanggihan dan modernnya dengan Rafale. Ini Rafale kan teknologi terakhir, tetapi karena sama-sama buatan Dassault,” ucap Prabowo.

Namun, analis militer dan pertahanan dari Semar Sentinel, Alman Helvas Ali memiliki pandangan berbeda. Ia menyebut, teknologi pesawat tempur Mirage 2000-5 tidak cocok dijadikan transisi menuju Rafale.

Alman mengatakan, dilihat dari sisi generasi dan teknologi, tidak ada kesamaan antara kedua jet tempur tersebut.

“Mirage 2000-5 adalah pesawat tempur generasi 4. Sementara Rafale adalah pesawat tempur generasi 4.5. Tidak ada technology similarity antar kedua pesawat,” kata Alman kepada Kompas.com, 23 Juni 2023.

Alman mengatakan, teknologi avionik Mirage 2000-5 merupakan teknologi 1990-an, sedangkan teknologi avionik Rafale adalah teknologi 2000-an.

“Selain teknologi avionik, juga beda teknologi radar,” ucap Alman.

Perencanaan tak cermat

Sementara itu, pengamat militer dan pertahanan dari Center for Intermestic and Diplomatic Engagement (CIDE) Anton Aliabbas menilai, keputusan pemerintah menunda pembelian Mirage 2000-5 memperlihatkan ketidakcermatan dalam perencanaan program pemutakhiran alat utama sistem persenjataan (alutsista) TNI AU.

"Pembatalan ini bagi saya menunjukkan adanya ketidakcermatan dalam perencanaan proses pengadaan atau akuisisi alutsista kita," kata Anton dalam program Sapa Indonesia Malam di Kompas TV, pada Kamis (4/1/2024).

Menurut Anton, mestinya saat pemerintah sudah memperhitungkan seluruh aspek baik dari kebutuhan pengguna (TNI AU), manajemen risiko, serta kesiapan anggaran.

Baca juga: Jatuhnya 2 Pesawat Tempur Super Tucano Milik TNI AU dan Pentingnya Pembenahan Tata Kelola Alutsista

"Namanya dokumen perencanaan itu harus sudah memitigasi. Kita itu ada namanya aspek GRC: Governance, risk, and compliance. Jadi dalam perencanaan kita harus memenuhi tiga ini," ujar Anton.

Menurut Anton, dalam perencanaan pembelian alutsista seperti jet tempur, pemerintah dan TNI AU seharusnya sudah menyertakan detail rencana program pemakaian, ketersediaan suku cadang, proses pemeliharaan serta perawatan (harwat), dan ketersediaan anggaran.

"Harus membicarakan juga ini pembiayaannya dari mana. Lah kok bisa kita sudah tanda tangan, ketika mau dieksekusi bilangnya dananya enggak ada. Fiskalnya enggak cukup. Ada ketidakcermatan," ucap Anton.

Anton pun berharap, penundaan pembelian Mirage 2000-5 ini tidak terjadi pada Rafale.

"Mau ngomong tentang Rafale ini kita sudah siap belum, sudah menghitung belum berapa rupiah pendamping yang dibutuhkan. Jadi penundaan ini bagi saya mengindikasikan ada butuh perbaikan mendasar ketika kita bicara tentang perencanaan," kata Anton.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com