Salin Artikel

Penundaan Pembelian Jet Tempur Mirage 2000-5, Dinilai Bentuk dari Ketidakcermatan Perencanaan

Juru Bicara Kementerian Pertahanan (Kemenhan) Dahnil Anzar mengatakan, penundaan itu dilakukan karena keterbatasan fiskal.

“Karena ada keterbatasan fiskal, maka rencana pembelian pesawat Mirage 2000-5 tersebut ditunda,” kata Dahnil dalam keterangannya, Kamis (4/1/2023).

Pembeliaan 12 unit Mirage 2000-5 dari Angkatan Udara Qatar itu mulanya untuk menutup gap kesiapan tempur TNI Angkatan Udara yang disebabkan banyaknya pesawat tempur TNI AU habis masa pakainya.

Selain itu, sejumlah pesawat tempur TNI AU juga sedang dimodernisasi.

Alhasil, dengan dibatalkannya pembelian Mirage 2000-5, Dahnil mengatakan bahwa pemerintah akan melaksanakan pembaruan teknologi atau retrofit terhadap pesawat-pesawat tempur lama TNI AU.

“Untuk mengisi kekosongan pertahanan udara selama masa menunggu, maka diputuskan melakukan retrofit terhadap pesawat-pesawat tempur lama kita, dan ini jalan akhir dan pilihan terbaik yang tersedia saat ini,” kata Dahnil.

Padahal, sebelumnya, Kemenhan RI telah meneken kontrak pembelian 12 pesawat tempur Mirage 2000-5 bekas dari Qatar.

Pengadaan pesawat Mirage beserta dukungannya itu dilakukan berdasarkan surat Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Nomor: R.387/D.8/PD.01.01 /05/2023 tanggal 17 Mei 2023 tentang Perubahan keempat Daftar Rencana Pinjaman Luar Negeri Jangka Menengah (DRPLN-JM) Khusus Tahun 2020-2024 untuk Kementerian Pertahanan dan Surat Menteri Keuangan Nomor: S.786/MK.08/2022 tanggal 20 September 2022.

Berdasarkan dokumen yang diterima Kompas.com, pengadaan tersebut dituangkan dalam kontrak jual beli nomor: TRAK/181/PLN/I/2023/AU, tanggal 31 Januari 2023 dengan nilai kontrak sebesar 733.000.000 euro dengan penyedia Excalibur International dari Republik Ceko.

Transisi ke Rafale

Menteri Pertahanan RI Prabowo Subianto pernah mengungkapkan alasan lain, pemerintah membeli jet tempur Mirage 2000-5 dari Qatar, yakni untuk membiasakan para pilot TNI AU dengan teknologi Perancis.

“Jadi itu (Mirage 2000-5) kita pakai, satu untuk kekuatan deterrence (daya gentar), untuk interim, sekaligus untuk membiasakan penerbang-penerbang kita dengan teknologi Perancis,” kata Prabowo di Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur, 6 Juli 2023.

Lagi pula, kata Prabowo, Mirage 2000-5 yang dibeli Indonesia masih memiliki usia pakai panjang.

“Ya kira-kira 15 tahun lagi, karena baru dipakai kurang lebih 30 persen flying hours-nya,” ucap Menhan.

Prabowo mengatakan, Indonesia perlu membeli pesawat tempur Mirage 2000-5 karena pesawat tempur Rafale baru akan tiba pada 2026.

Diketahui, Mirage 2000-5 dan Rafale berasal dari pabrikan yang sama, Dassault Aviation.

“Nah itu lah maksudnya kita mencari pesawat fighter interim yang bisa segera kita gunakan. Tentunya pesawat Mirage 2000-5 memang tidak sama kecanggihan dan modernnya dengan Rafale. Ini Rafale kan teknologi terakhir, tetapi karena sama-sama buatan Dassault,” ucap Prabowo.

Namun, analis militer dan pertahanan dari Semar Sentinel, Alman Helvas Ali memiliki pandangan berbeda. Ia menyebut, teknologi pesawat tempur Mirage 2000-5 tidak cocok dijadikan transisi menuju Rafale.

Alman mengatakan, dilihat dari sisi generasi dan teknologi, tidak ada kesamaan antara kedua jet tempur tersebut.

“Mirage 2000-5 adalah pesawat tempur generasi 4. Sementara Rafale adalah pesawat tempur generasi 4.5. Tidak ada technology similarity antar kedua pesawat,” kata Alman kepada Kompas.com, 23 Juni 2023.

Alman mengatakan, teknologi avionik Mirage 2000-5 merupakan teknologi 1990-an, sedangkan teknologi avionik Rafale adalah teknologi 2000-an.

“Selain teknologi avionik, juga beda teknologi radar,” ucap Alman.

Perencanaan tak cermat

Sementara itu, pengamat militer dan pertahanan dari Center for Intermestic and Diplomatic Engagement (CIDE) Anton Aliabbas menilai, keputusan pemerintah menunda pembelian Mirage 2000-5 memperlihatkan ketidakcermatan dalam perencanaan program pemutakhiran alat utama sistem persenjataan (alutsista) TNI AU.

"Pembatalan ini bagi saya menunjukkan adanya ketidakcermatan dalam perencanaan proses pengadaan atau akuisisi alutsista kita," kata Anton dalam program Sapa Indonesia Malam di Kompas TV, pada Kamis (4/1/2024).

Menurut Anton, mestinya saat pemerintah sudah memperhitungkan seluruh aspek baik dari kebutuhan pengguna (TNI AU), manajemen risiko, serta kesiapan anggaran.

"Namanya dokumen perencanaan itu harus sudah memitigasi. Kita itu ada namanya aspek GRC: Governance, risk, and compliance. Jadi dalam perencanaan kita harus memenuhi tiga ini," ujar Anton.

Menurut Anton, dalam perencanaan pembelian alutsista seperti jet tempur, pemerintah dan TNI AU seharusnya sudah menyertakan detail rencana program pemakaian, ketersediaan suku cadang, proses pemeliharaan serta perawatan (harwat), dan ketersediaan anggaran.

"Harus membicarakan juga ini pembiayaannya dari mana. Lah kok bisa kita sudah tanda tangan, ketika mau dieksekusi bilangnya dananya enggak ada. Fiskalnya enggak cukup. Ada ketidakcermatan," ucap Anton.

Anton pun berharap, penundaan pembelian Mirage 2000-5 ini tidak terjadi pada Rafale.

"Mau ngomong tentang Rafale ini kita sudah siap belum, sudah menghitung belum berapa rupiah pendamping yang dibutuhkan. Jadi penundaan ini bagi saya mengindikasikan ada butuh perbaikan mendasar ketika kita bicara tentang perencanaan," kata Anton.

https://nasional.kompas.com/read/2024/01/07/09264621/penundaan-pembelian-jet-tempur-mirage-2000-5-dinilai-bentuk-dari

Terkini Lainnya

Anggota Komisi VIII Kritik Kemensos karena Tak Hadir Rapat Penanganan Bencana di Sumbar

Anggota Komisi VIII Kritik Kemensos karena Tak Hadir Rapat Penanganan Bencana di Sumbar

Nasional
PAN Tak Mau Ada Partai Baru Dukung Prabowo Langsung Dapat 3 Menteri

PAN Tak Mau Ada Partai Baru Dukung Prabowo Langsung Dapat 3 Menteri

Nasional
Ahli Sebut Keawetan dan Usia Tol MBZ Berkurang karena Spesifikasi Material Diubah

Ahli Sebut Keawetan dan Usia Tol MBZ Berkurang karena Spesifikasi Material Diubah

Nasional
PKB Siapkan Ida Fauziyah Jadi Kandidat Cagub Jakarta, Bukan Anies

PKB Siapkan Ida Fauziyah Jadi Kandidat Cagub Jakarta, Bukan Anies

Nasional
PKB Akui Pertimbangkan Airin Jadi Bacagub di Pilkada Banten 2024

PKB Akui Pertimbangkan Airin Jadi Bacagub di Pilkada Banten 2024

Nasional
Bantah Dapat Jatah 4 Menteri dari Prabowo, PAN: Jangan Tanggung-tanggung, 6 Lebih Masuk Akal

Bantah Dapat Jatah 4 Menteri dari Prabowo, PAN: Jangan Tanggung-tanggung, 6 Lebih Masuk Akal

Nasional
Kisah Runiti Tegar Berhaji meski Suami Meninggal di Embarkasi

Kisah Runiti Tegar Berhaji meski Suami Meninggal di Embarkasi

Nasional
Jokowi Mengaku Tak Bahas Rencana Pertemuan dengan Megawati Saat Bertemu Puan di Bali

Jokowi Mengaku Tak Bahas Rencana Pertemuan dengan Megawati Saat Bertemu Puan di Bali

Nasional
Soal Efek Samping Vaksin AstraZeneca, Menkes Sebut WHO Sudah Ingatkan Risikonya

Soal Efek Samping Vaksin AstraZeneca, Menkes Sebut WHO Sudah Ingatkan Risikonya

Nasional
Kemendikbud Akan Turun Periksa Kenaikan UKT, Komisi X DPR: Semoga Bisa Jawab Kegelisahan Mahasiswa

Kemendikbud Akan Turun Periksa Kenaikan UKT, Komisi X DPR: Semoga Bisa Jawab Kegelisahan Mahasiswa

Nasional
TII Serahkan Petisi Pansel KPK, Presiden Jokowi Didesak Pilih Sosok Berintegritas

TII Serahkan Petisi Pansel KPK, Presiden Jokowi Didesak Pilih Sosok Berintegritas

Nasional
Dilaporkan Nurul Ghufron ke Polisi, Ketua Dewas KPK: Ini Tidak Mengenakkan

Dilaporkan Nurul Ghufron ke Polisi, Ketua Dewas KPK: Ini Tidak Mengenakkan

Nasional
Tak Takut Dilaporkan ke Bareskrim, Dewas KPK: Orang Sudah Tua, Mau Diapain Lagi Sih?

Tak Takut Dilaporkan ke Bareskrim, Dewas KPK: Orang Sudah Tua, Mau Diapain Lagi Sih?

Nasional
Kemendikbud Kini Sebut Pendidikan Tinggi Penting, Janji Buka Akses Luas untuk Publik

Kemendikbud Kini Sebut Pendidikan Tinggi Penting, Janji Buka Akses Luas untuk Publik

Nasional
26 Tahun Reformasi, Aktivis 98 Pajang Nisan Peristiwa dan Nama Korban Pelanggaran HAM

26 Tahun Reformasi, Aktivis 98 Pajang Nisan Peristiwa dan Nama Korban Pelanggaran HAM

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke