Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Jannus TH Siahaan
Doktor Sosiologi

Doktor Sosiologi dari Universitas Padjadjaran. Pengamat sosial dan kebijakan publik. Peneliti di Indonesian Initiative for Sustainable Mining (IISM). Pernah berprofesi sebagai Wartawan dan bekerja di industri pertambangan.

Introspeksi dan Ekstrospeksi Peristiwa Boyolali

Kompas.com - 01/01/2024, 13:46 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

PERISTIWA pemukulan relawan Ganjar Pranowo-Mahfud MD oleh oknum TNI perlu menjadi perhatian semua pihak, tidak saja pihak pasangan nomor tiga, pihak relawan, dan pihak TNI, tapi juga semua stakeholder demokrasi Indonesia, mulai dari KPU, Bawaslu, partai-partai politik selain anggota Koalisi Pendukung Ganjar-Mahfud, institusi DPR/MPR, termasuk institusi kepresidenan.

Pasalnya, di masa kampanye seperti saat ini, hal-hal yang terkait dengan kekerasan oleh institusi pemerintah, termasuk TNI, terhadap masyarakat sipil, apapun konteksnya, akan memiliki dampak psikopolitik yang sangat buruk terhadap proses pemilihan itu sendiri.

Baca juga: Kronologi 7 Relawan Ganjar-Mahfud Dianiaya 15 Oknum TNI di Boyolali, PDI-P Minta Tindak Tegas

Dampak ketakutan yang tersimpan di balik peristiwa tersebut sangat berpengaruh terhadap tercapainya pemilihan umum yang fair di satu sisi dan terbentuknya level playing field yang berimbang di sisi lain.

Pertama, peristiwa kekerasan tersebut tidak memiliki konteks hukum yang bisa dipertanggungjawabkan. Oleh karena itu, proses hukum harus diterapkan tanpa pandang bulu dan institusi.

Apapun alasan dan motivasi di balik keputusan pemukulan tersebut, yang jelas penyelesaian masalah dengan cara kekerasan adalah pelanggaran hukum positif yang ada. Indonesia adalah negara hukum, bukan negara preman.

"Non-violence leads to the highest ethics, which is the goal of all evolution. Until we stop harming all other living beings, we are still savages", kata Thomas A. Edison.

Etika negara beradab adalah hukum. Jika kekerasan justru didahulukan di atas hukum, maka secara moral kita masih berada di ranah yang liar (savages).

Jadi jalan satu-satunya untuk membereskan masalah kekerasan di Boyolali adalah segera menyelesaikannya di ranah hukum positif, tanpa pandang bulu dan institusi.

Kedua, secara sosial politik, kekerasan yang dilakukan institusi pemerintah terhadap masyarakat sipil adalah pelanggaran HAM.

Apalagi dalam keadaan damai alias tidak dalam keadaan darurat militer, kekerasan militer terhadap masyarakat sipil akan dipertanyakan tidak hanya oleh para pihak di ranah domestik, tapi juga di ranah internasional. Reputasi Indonesia sebagai negara demokrasi terbesar di Asia Tenggara akan dipertaruhkan.

Ketiga, kekerasan militer atas masyarakat sipil dalam masa menjelang pemilihan umum berpotensi menyisakan efek ketakutan kepada publik, terutama pemilih, sekalipun motif dan alasan di balik aksi kekerasan tersebut tidak terkait dengan pemilihan umum.

Efeknya boleh jadi tidak bisa diukur dan dikuantifikasi. Namun yang jelas, secara psikopolitik akan sangat destruktif pengaruhnya terhadap psikologi dan perilaku pemilih dalam menentukan pilihannya nanti pada hari pemilihan.

Baca juga: 7 Relawan Ganjar Dianiaya Oknum TNI, PDI-P Protes, Panglima Buka Suara

Publik bisa saja beranggapan bahwa kekerasan tersebut adalah sinyal atas ketidaknetralan aparat di dalam pemilihan kali ini, yang mengandung pesan bahwa jika tidak memilih pilihan yang didukung oleh pemerintah, maka hal yang sama bisa saja menimpa para pemilih.

Meskipun sebenarnya tidak bermakna demikian dan tidak terkait dengan proses kampanye yang sedang berlangsung, tapi toh tidak ada yang benar-benar bisa mengontrol persepsi publik atas suatu kejadian.

Karena di era digital seperti saat ini, semua kejadian bisa berujung dengan makna yang berbeda dari aslinya.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Prabowo: Bung Karno Milik Seluruh Rakyat, Ada yang Ngaku-ngaku Seolah Milik Satu Partai

Prabowo: Bung Karno Milik Seluruh Rakyat, Ada yang Ngaku-ngaku Seolah Milik Satu Partai

Nasional
Jelang Munas Golkar, Soksi Nyatakan Dukung Airlangga Jadi Ketum Lagi

Jelang Munas Golkar, Soksi Nyatakan Dukung Airlangga Jadi Ketum Lagi

Nasional
Prabowo: Kalau Tak Mau Kerja Sama, Jangan Ganggu, Kami Mau Kerja...

Prabowo: Kalau Tak Mau Kerja Sama, Jangan Ganggu, Kami Mau Kerja...

Nasional
PAN Doa Dapat Banyak Jatah Menteri, Prabowo: Masuk Itu Barang

PAN Doa Dapat Banyak Jatah Menteri, Prabowo: Masuk Itu Barang

Nasional
KPK Cegah Pengusaha Muhaimin Syarif ke Luar Negeri Terkait Kasus Gubernur Malut

KPK Cegah Pengusaha Muhaimin Syarif ke Luar Negeri Terkait Kasus Gubernur Malut

Nasional
Zulhas: Banyak yang Salah Sangka Prabowo Menang karena Bansos, Keliru...

Zulhas: Banyak yang Salah Sangka Prabowo Menang karena Bansos, Keliru...

Nasional
Seluruh DPW PAN Dorong Zulhas Maju Jadi Ketua Umum Lagi

Seluruh DPW PAN Dorong Zulhas Maju Jadi Ketua Umum Lagi

Nasional
Di Depan Prabowo, Politisi PAN Berdoa Jatah Menteri Lebih Banyak dari Perkiraan

Di Depan Prabowo, Politisi PAN Berdoa Jatah Menteri Lebih Banyak dari Perkiraan

Nasional
Ditjen Imigrasi Periksa 914 WNA, Amankan WN Tanzania dan Uganda karena Diduga Terlibat Prostitusi

Ditjen Imigrasi Periksa 914 WNA, Amankan WN Tanzania dan Uganda karena Diduga Terlibat Prostitusi

Nasional
Disambut Hatta Rajasa, Prabowo Hadiri Rakornas Pilkada PAN

Disambut Hatta Rajasa, Prabowo Hadiri Rakornas Pilkada PAN

Nasional
Tambah Dua Tanker Gas Raksasa, Pertamina International Shipping Jadi Top Tier Pengangkut LPG Asia Tenggara

Tambah Dua Tanker Gas Raksasa, Pertamina International Shipping Jadi Top Tier Pengangkut LPG Asia Tenggara

Nasional
Jaksa KPK Diminta Hadirkan Auditor BPK yang Diduga Terima Suap Terkait Temuan 'Food Estate'

Jaksa KPK Diminta Hadirkan Auditor BPK yang Diduga Terima Suap Terkait Temuan "Food Estate"

Nasional
Kakorlantas Minta Personel Pengamanan WWF di Bali Jaga Etika

Kakorlantas Minta Personel Pengamanan WWF di Bali Jaga Etika

Nasional
KPU Pastikan Verifikasi Data Dukungan Calon Perseorangan Pilkada 2024

KPU Pastikan Verifikasi Data Dukungan Calon Perseorangan Pilkada 2024

Nasional
554 Kloter Jemaah Haji Reguler Sudah Kantongi Visa, Siap Berangkat Mulai 12 Mei

554 Kloter Jemaah Haji Reguler Sudah Kantongi Visa, Siap Berangkat Mulai 12 Mei

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com