Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Jannus TH Siahaan
Doktor Sosiologi

Doktor Sosiologi dari Universitas Padjadjaran. Pengamat sosial dan kebijakan publik. Peneliti di Indonesian Initiative for Sustainable Mining (IISM). Pernah berprofesi sebagai Wartawan dan bekerja di industri pertambangan.

Main “Slepet” demi Jadi "Ban Serep" ke-14

Kompas.com - 25/12/2023, 06:38 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Di luar dugaan, proyek pembangunan Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara menjadi perdebatan paling panas dibanding tema lainnya.

Gibran, cawapres yang berpasangan dengan capres Prabowo, jelas mendukung keberlangsungan proyek IKN.

Sebagai antitesis pemerintah Presiden Joko Widodo, Muhaimin yang berpasangan dengan capres Anies Baswedan mempertanyakan keberlanjutan proyek IKN di saat masih ada prioritas pembangunan lainnya yang seharusnya bisa dikerjakan.

Sedangkan Mahfud MD, cawapres yang berpasangan dengan Ganjar Pranowo menyebut belum adanya investasi yang masuk ke IKN.

Secara keseluruhan, ketiga kandidat cawapres gamblang memaparkan misi dan visinya, pun dalam kesempatan menanggapi dan bertanya tentang esensi misi dan visi yang disampaikan masing-masing kandidat, para peserta debat mampu menanggapinya.

Harus diberi catatan, Gibran tampil percaya diri saat diberi kesempatan pertama memaparkan visi-misinya. Tampil tanpa teks seperti materi yang telah berhasil dihapalnya, ia berbicara nyaris tanpa jeda.

Kontras dengan Muhaimin yang sering melirik catatan, yang memang diperbolehkan KPU. Akibatnya, apa yang disampaikan terkesan pidato dengan membaca teks.

Sementara Mahfud MD tampil percaya diri dengan tekadnya memberantas korupsi.

Sebagai cawapres termuda sepanjang sejarah, Gibran terkesan over confidence, yang berakibat seperti "menganggap enteng" kedua lawan debatnya di sepanjang perdebatan.

Ia juga seperti mendikte cawapres lain yang menjadi lawan debatnya, padahal dari segi umur terpaut jauh. Akibatnya kesan hilangnya sopan-santun sebagai adat ketimuran menguap begitu saja.

Boleh jadi perundungan masif yang diterimanya melalui media sosial sebelum debat dimulai seperti sebutan "Samsul" (Asam Sulfat), dan "Belimbing Sayur" sebagai ejekan netizen, memberinya motivasi untuk membuat kejutan di atas panggung.

Namun pertanyaan tricky Gibran kepada Muhaimin terkesan mempermalukan lawan dan ini sungguh kurang etis dalam debat berskala nasional di depan ratusan juta pemirsa.

Muhaimin, misalnya, kerepotan menjawab pertanyaan dari Gibran mengenai State of the Global Islamic Economy (SGIE).

Jelas tidak semua orang tahu singkatan yang terasa asing terdengar di telinga masyarakat umum, sebab bisa saja cawapres lainnya membalas dengan singkatan yang tidak umum juga.

Sementara bagi Gibran, singkatan itu sudah dipersiapkan dan dihapalnya dengan baik.

Padahal, sebagaimana dikatakan Anies seusai debat cawapres, debat bukan persoalan hapalan, tetapi menyampaikan konsep dan menjawab menggunakan nalar.

Tentu Muhaimin tidak memahami pertanyaan yang dilontarkan Gibran mengenai SGIE yang belum umum dan mungkin baru terdengar oleh sementara orang itu.

Moderator debat, Alfito Deanova, sempat menanyakan apakah Cak Imin benar-benar ingin Gibran langsung menjawab mengingat waktu yang diberikan kepada Muhaimin dua menit dan jika dipakai untuk bertanya waktu dua menit itu akan habis.

Muhaimin menyatakan tidak keberatan mengingat ia tidak pernah mendengar istilah SGIE. Gibran kemudian menerangkan mengenai SGIE.

Bagi Muhaimin dan Mahfud yang biasa berdebat dan dikenal sebagai “macan debat”, panggung debat cawapres yang berlangsung Jumat malam lalu, sesungguhnya panggung buat mereka berdua.

Namun karena banyak underestimate terhadap Gibran yang sebelumnya dikesankan takut dan menghindari debat, penampilan Gibran seolah-olah menjadi "spektakuler" karena ternyata cukup mengejutkan. Bahkan Muhaimin kena "slepet" Gibran saat tidak bisa menjawab SGIE.

Mahfud pun nyaris kena "slepet" Gibran juga saat tidak menjawab persoalan yang ditanyakan Gibran tentang Carbon Capture and Storage (CSS).

"Bagaimana cara membuat regulasi Carbon Capture and Storage," kata Gibran.

Mahfud tidak menjelaskan soal CCS tersebut saat menjawab, ia hanya menjawab secara umum soal proses penyusunan regulasinya.

Tentu saja dua istilah asing dan tidak umum yang terselip dalam pertanyaan Gibran kepada dua lawan debatnya harus menjadi perhatian KPU di mana penyelenggara Pilpres 2024 itu bisa meminta penanya menjelaskan singkatan asing yang dimaksud. Ini dimaksudkan agar peserta debat lainnya tidak kebingungan.

Alhasil, Muhaimin dan Mahfud kebingungan menjawab dua singkatan asing dan tidak umum itu. Hal ini mengingatkan pada debat Pilpres 2014 saat capres Joko Widodo yang tak lain ayahanda Gibran bertanya kepada Prabowo mengenai TPID di mana istilah itu tidak dipahami oleh Prabowo.

Usai debat, Muhaimin mengatakan, pertanyaan yang mengandung singkatan teknis bisa saja dimunculkan setiap saat dan yang penting adalah, apakah akhirnya penjawab mengerti substansi dan bisa menjelaskannya secara tepat.

Anies selaku pasangan capres Muhaimin bahkan mengatakan terminologi teknis bisa dijawab dengan Google. Menurut dia, yang dibutuhkan dalam level kepemimpinan nasional adalah yang substantif dan debat cawapres bukan format cerdas-cermat.

Saat menyampaikan visi-misinya, Gibran menjelaskan bahwa pembangunan IKN yang berkelanjutan akan membuka titik pertumbuhan ekonomi baru, membuka akses, dan konektivitas, serta lapangan kerja.

IKN tak hanya menjadi bangunan pemerintah, tapi simbol pemerataan pembangunan di Indonesia dan simbol transformasi pembangunan di Indonesia.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

[POPULER NASIONAL] Korps Marinir Tak Jujur demi Jaga Marwah Keluarga Lettu Eko | Nadiem Sebut Kenaikan UKT untuk Mahasiswa Baru

[POPULER NASIONAL] Korps Marinir Tak Jujur demi Jaga Marwah Keluarga Lettu Eko | Nadiem Sebut Kenaikan UKT untuk Mahasiswa Baru

Nasional
Poin-poin Klarifikasi Mendikbud Nadiem di DPR soal Kenaikan UKT

Poin-poin Klarifikasi Mendikbud Nadiem di DPR soal Kenaikan UKT

Nasional
Kasus Covid-19 di Singapura Melonjak, Menkes: Pasti Akan Masuk ke Indonesia

Kasus Covid-19 di Singapura Melonjak, Menkes: Pasti Akan Masuk ke Indonesia

Nasional
Sidang Perdana Kasus Ketua KPU Diduga Rayu PPLN Digelar Tertutup Hari Ini

Sidang Perdana Kasus Ketua KPU Diduga Rayu PPLN Digelar Tertutup Hari Ini

Nasional
Saat PKB dan PKS Hanya Jadikan Anies 'Ban Serep' di Pilkada Jakarta

Saat PKB dan PKS Hanya Jadikan Anies "Ban Serep" di Pilkada Jakarta

Nasional
Tanggal 25 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 25 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Dukung Pengelolaan Sumber Daya Alam, PHE Aktif dalam World Water Forum 2024

Dukung Pengelolaan Sumber Daya Alam, PHE Aktif dalam World Water Forum 2024

Nasional
Ridwan Kamil Sebut Pembangunan IKN Tak Sembarangan karena Perhatian Dunia

Ridwan Kamil Sebut Pembangunan IKN Tak Sembarangan karena Perhatian Dunia

Nasional
Jemaah Haji Dapat 'Smart' Card di Arab Saudi, Apa Fungsinya?

Jemaah Haji Dapat "Smart" Card di Arab Saudi, Apa Fungsinya?

Nasional
Kasus LPEI, KPK Cegah 4 Orang ke Luar Negeri

Kasus LPEI, KPK Cegah 4 Orang ke Luar Negeri

Nasional
Soal Anies Maju Pilkada, PAN: Jangan-jangan Enggak Daftar Lewat Kami

Soal Anies Maju Pilkada, PAN: Jangan-jangan Enggak Daftar Lewat Kami

Nasional
Kontras: 26 Tahun Reformasi, Orde Baru Tak Malu Menampakkan Diri

Kontras: 26 Tahun Reformasi, Orde Baru Tak Malu Menampakkan Diri

Nasional
Dilaporkan Ke Polisi, Dewas KPK: Apakah Kami Berbuat Kriminal?

Dilaporkan Ke Polisi, Dewas KPK: Apakah Kami Berbuat Kriminal?

Nasional
KPK Sita Mobil Mercy di Makassar, Diduga Disembunyikan SYL

KPK Sita Mobil Mercy di Makassar, Diduga Disembunyikan SYL

Nasional
Anggota Komisi X Usul UKT Bisa Dicicil, Kemendikbud Janji Sampaikan ke Para Rektor

Anggota Komisi X Usul UKT Bisa Dicicil, Kemendikbud Janji Sampaikan ke Para Rektor

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com