“Bakteri pneumoniae mycoplasma ini bukan penyakit baru, bukan. Ini penyakit yang umumnya ada sejak dulu, sewaktu sebelum Covid itu insidennya 8,5 persen,” ujarnya.
Kasus Mycoplasma pneumoniae belakangan ini menjadi perhatian lantaran mengalami jumlahnya peningkatan di China. Muncul dugaan bahwa kenaikan ini dipengaruhi oleh musim.
Memang, di negara-negara Eropa, kasus Mycoplasma pneumoniae umumnya muncul ketika musim panas. Namun, keterkaitan musim dengan peningkatan kasus ini masih dalam penelitian.
“Kita (Indonesia) kan dari musim panas mau beralih ke hujan ada perubahan, pancaroba itu banyak orang juga batuk, beringus,” kata Maxi.
Maxi pun meminta masyarakat tak khawatir lantaran penanganan kasus Mycoplasma pneumoniae terbilang mudah, cukup dengan antibiotik.
Baca juga: Kasus Mycoplasma Pneumoniae Meluas, Masyarakat Diminta Rajin Cuci Tangan dan Pakai Masker
Kendati demikian, Kemenkes mengingatkan masyarakat untuk disiplin menerapkan perilaku hidup sehat. Masyarakat diimbau untuk rajin mencuci tangan menggunakan sabun.
Lalu, mereka yang flu dan batuk atau menunjukkan gejala sakit diwajibkan memakai masker.
“Kami mengimbau kepada masyarakat agar perilaku hidup bersih itu tetap dilakukan,” kata Maxi.
Lebih lanjut, Maxi juga mengingatkan tenaga medis dan pihak rumah sakit untuk segera melapor ke Kemenkes dalam waktu 1x24 jam jika menemukan kasus terindikasi Mycoplasma pneumoniae.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.