Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Prabowo soal Politik "Isi Tas" Saat Ikut Konvensi Capres Sebuah Parpol

Kompas.com - 03/12/2023, 09:41 WIB
Dian Erika Nugraheny,
Nursita Sari

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Calon presiden (capres) nomor urut 2 Prabowo Subianto menceritakan pengalamannya pada masa-masal awal terjun ke dunia politik.

Saat itu, dia bergabung dengan sebuah parpol dan mengikuti konvensi capres dan cawapres yang diadakan parpol tersebut. Namun, Prabowo tak menyebut parpol yang dimaksud.

Ketua Umum Partai Gerindra itu hanya mengungkapkan, mereka berkeliling ke seluruh provinsi di Indonesia.

Pada saat itu, dia keliling bersama cendekiawan muslim Nurcholish Madjid.

"Jadi kami diundang ke tiap provinsi, memberi visi dan misi. Pak Nurcholish bicara, saya bicara, dan seterusnya. Habis itu tanya jawab," ujar Prabowo dalam Musyawarah Kerja Nasional (Mukernas) Majelis Ulama Indonesia (MUI) III 2023 yang disiarkan daring, Sabtu (2/12/2023).

Baca juga: Jika Kalah Lagi di Pilpres, Prabowo: Saya Akan Naik Gunung, Pensiun

Pada saat sesi tanya jawab, Prabowo melihat seseorang berdiri dari barisan belakang dan berkata kepada Nurcholish Madjid.

Orang tersebut mengatakan bahwa masyarakat menginginkan sesuatu yang konkret atau nyata.

"Apa ini maksudnya yang konkret. Saya belajar juga, apa ini yang konkret?" ujar Prabowo.

Tak lama kemudian, menurut Prabowo, orang yang sama menjelaskan ada sejumlah hal yang harus diperhatikan dalam politik, yakni kredibilitas, integritas, dan akseptabilitas.

"Tapi, yang penting adalah 'isi tas'," kata Prabowo menirukan perkataan orang tersebut.

Baca juga: Ungkap Sosok di Balik Materi Kampanye, Prabowo: Tim Saya adalah Tim Pak Jokowi...

Prabowo pun menyebut, saat itu Nurcholish, yang merupakan akademisi idealis, marah mendengar istilah "isi tas".

Karena pengalaman itulah, Prabowo mengaku paham bahwa berpolitik di Indonesia tidaklah sederhana.

Padahal, awalnya Prabowo menyangka, seorang kandidat pemimpin punya visi dan misi yang bagus pasti banyak dipilih masyarakat.

Dari pengalaman tersebut, Prabowo juga mengaku belajar bahwa demokrasi memiliki harga sangat mahal.

"Oh saya belajar, oh begitu. Alhasil memang demikian, nah demokrasi yang kita bicarakan, ternyata demokrasi itu tidak gampang. Demokrasi itu sangat mahal. Dan banyak rakyat kita yang hidupnya sangat susah," ungkap Prabowo.

Baca juga: Prabowo Doa Bersama Kiai di Banten Hari Ini, Gibran ke CFD Jakarta

"Dan karena itulah kita harus waspada. Justru karena rakyat kita susah, mungkin saja ada kekuatan-kekuatan yang ingin mengatur bangsa kita, republik kita, dengan cara-cara yang kita sudah mengerti semua," imbuh dia.

Sebagai informasi, Prabowo pernah mengikuti konvensi capres dari Partai Golkar pada 2004.

Lalu, pada 2008, barulah Prabowo mendirikan Partai Gerindra. Kini, Partai Golkar menjadi salah satu prapol pengusung Prabowo dalam Pilpres 2024.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com