JAKARTA, KOMPAS.com - Calon presiden nomor urut 1, Anies Baswedan, menyebut investasi di Indonesia didorong untuk bertumbuh, tetapi tak dibarengi dengan penyerapan tenaga kerja.
Sebab, menurut Anies, investasi yang dilakukan bukan pada sektor-sektor yang bisa menyerap tenaga kerja.
Oleh sebab itu, dia ingin mengubah kebijakan investasi dari sebelumnya pada sektor yang tidak menyerap tenaga kerja menjadi sektor produktif yang menyerap tenaga kerja.
"Nah, kebijakan-kebijakan itulah yang akan diubah, terkait dengan tata niaga pangan, terkait dengan investasi di sektor-sektor yang menyerap tenaga kerja," kata Anies saat kampanye di Pangalengan, Bandung, Jawa Barat, Rabu (29/11/2023).
"(Saat ini) investasi kita didorong tinggi, tapi di sektor yang tidak menyerap tenaga kerja, kita mau ubah investasinya didorong di sektor yang menyerap tenaga kerja," sambung dia.
Baca juga: CEK FAKTA: Anies Sebut 50 Persen Pengeluaran Keluarga untuk Pangan
Anies mengatakan, agenda perubahan kebijakan pemerintah saat ini tidak hanya di sektor investasi saja.
Ia menyebut akan ada banyak perubahan yang akan dibawa dengan dasar gagasan dan ide.
Misalnya terkait harga pangan, Anies mengatakan, setiap kali dia bertanya kepada masyarakat, mereka selalu mengeluhkan dengan harga pangan dan biaya hidup yang tinggi.
"Jawabannya bisa dikatakan hampir semua mengatakan situasi sulit," tutur dia.
Baca juga: Alasan Anies Pilih Contract Farming ketimbang Lanjutkan Kebijakan Food Estate
Oleh sebab itu, kebijakan pertanian saat ini seperti food estate akan dia gantikan agar kesejahteraan petani bisa lebih terjamin dan harga pangan bisa lebih terjangkau.
"Salah satunya begini, kalau pendapatan meningkat otomatis para buruh tani akan mendapatkan lebih tinggi lagi. Selama harganya masih rendah, mereka akan sulit untuk bisa berubah," ucap Anies.
Program ketahanan pangan yang Anies gagas adalah contract farming atau pertanian kontrak.
Program ini dinilai Anies bisa memberikan solusi agar harga produksi tani dari para petani bisa lebih tinggi, sedangkan harga yang diterima konsumen bisa lebih rendah dari saat ini.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.