Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Husen Mony
Dosen

Mengajar Komunikasi Politik & Jurnalistik/Penulis

Menyoal Kemarahan Naratif Kaum Penduga

Kompas.com - 18/10/2023, 08:08 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Problem Komunikasi

Narasi kemarahan yang disampaikan oleh kaum penduga merupakan problem komunikasi politik aktual kita.

Betapa tidak narasi yang tercipta tidak hanya belum bisa dibuktikan kebenarannya, tapi sedang dipaksakan bahwa narasi itu benar.

Di sisi lain, bahwa memang ada niatan mulia dibalik narasi kemarahan yang ada, seperti misalnya menegakan kewibawaan MK, menjaga mutu demokrasi, menghindarkan adanya kemungkinan abuse of power, memperjuangkan keadilan, kesetaraan, serta lainnya.

Namun, narasi kemarahan sangat tidak bisa dipisahkan dari situasi politik kandidasi yang makin mendekati hari H.

Artinya, ada aktor-aktor politik yang sedang memancing di air keruh guna mendapatkan keuntungan, terutama insentif elektoral.

Lawan-lawan politik Jokowi dan Gibran atau pihak oposisi sedang mengupayakan peruntungan mereka melalui peristiwa politik ini.

Narasi kemarahan sengaja diproduksi, direproduksi, dan bahkan didistribusikan secara lebih luas untuk kepentingan politik mereka. Dan itu adalah fakta politik yang kerap terjadi, bahkan cenderung ternormalisasi.

Sebagaimana disampaikan oleh Walter R Fisher (1987) melalui teori yang disebutnya Paradigma Naratif, manusia adalah homo narans (makhluk naratif).

Pada posisinya tersebut, manusia lebih meyakini atau terbujuk oleh cerita (narasi) yang bagus ketimbang suatu argumentasi yang logis.

Saya melihat, kaum penduga sedang menyusun cerita yang bagus untuk disuguhkan kepada masyarakat yang kemudian sengaja dipaksakan sebagai kebenaran.

Fisher menyebut kegiatan komunikasi dalam wujud demikian sebagai retorika manipulative, yaitu bahwa komunikasi menjadi alat untuk mencapai tujuan komunikator dengan cara “mempermainkan” perasaan dan emosi komunikan (baca: publik).

Pada akhirnya, lanjut Fisher, narasi dapat diterima kebenaranya harus mengandung apa yang disebutnya sebagai “logika alasan yang baik” (the logic of good reasons); bahwa narasi itu tidak hanya tersusun dari fakta-fakta yang mengandung kebenaran yang dapat dipertanggungjawabkan, tapi juga harus disampaikan oleh orang baik.

Tentu saja, saya tidak sedang menuduh bahwa mereka yang hari ini “menyerang” Jokowi dan Gibran melalui narasi kemarahan, sebagai orang yang tidak baik.

Namun, sulit bagi saya juga untuk menerima mereka yang pendapatnya didasarkan pada dugan-dugaan (dan kemudian diklaim sebagai kebenaran), sebagai orang yang baik.

Pada konteks demikian, tulisan ini hanya bermaksud untuk mengajak semua pihak agar objektif dan fair melakukan penilaian.

Pada akhirnya, mari kita sama-sama mengkiritik Jokowi dan Gibran dengan mendasarkan argumentasi kita pada data dan fakta yang dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tanggal 24 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 24 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Anies Pertimbangkan Maju Pilkada DKI, PKS: Kita Lagi Cari yang Fokus Urus Jakarta

Anies Pertimbangkan Maju Pilkada DKI, PKS: Kita Lagi Cari yang Fokus Urus Jakarta

Nasional
Momen Menarik di WWF Ke-10 di Bali: Jokowi Sambut Puan, Prabowo Dikenalkan sebagai Presiden Terpilih

Momen Menarik di WWF Ke-10 di Bali: Jokowi Sambut Puan, Prabowo Dikenalkan sebagai Presiden Terpilih

Nasional
Perkenalkan Istilah ‘Geo-cybernetics’, Lemhannas: AI Bikin Tantangan Makin Kompleks

Perkenalkan Istilah ‘Geo-cybernetics’, Lemhannas: AI Bikin Tantangan Makin Kompleks

Nasional
Megawati Disebut Lebih Berpeluang Bertemu Prabowo, Pengamat: Jokowi Akan Jadi Masa Lalu

Megawati Disebut Lebih Berpeluang Bertemu Prabowo, Pengamat: Jokowi Akan Jadi Masa Lalu

Nasional
Laporkan Dewas ke Bareskrim, Wakil Ketua KPK Bantah Dirinya Problematik

Laporkan Dewas ke Bareskrim, Wakil Ketua KPK Bantah Dirinya Problematik

Nasional
Kolaborasi Pertamina–Mandalika Racing Series Dukung Pembalap Muda Bersaing di Kancah Internasional

Kolaborasi Pertamina–Mandalika Racing Series Dukung Pembalap Muda Bersaing di Kancah Internasional

Nasional
Harkitnas, Fahira Idris Tekankan Pentingnya Penguasaan Iptek untuk Capai Visi Indonesia Emas 2045

Harkitnas, Fahira Idris Tekankan Pentingnya Penguasaan Iptek untuk Capai Visi Indonesia Emas 2045

Nasional
Sempat Sebut Lettu Eko Meninggal karena Malaria, Dankormar: Untuk Jaga Marwah Keluarga

Sempat Sebut Lettu Eko Meninggal karena Malaria, Dankormar: Untuk Jaga Marwah Keluarga

Nasional
Yasonna Berharap Program PPHAM Dilanjutkan oleh Pemerintahan Prabowo-Gibran

Yasonna Berharap Program PPHAM Dilanjutkan oleh Pemerintahan Prabowo-Gibran

Nasional
Di WWF 2024, Jokowi Ajak Semua Pihak Wujudkan Tata Kelola Air yang Inklusif dan Berkelanjutan

Di WWF 2024, Jokowi Ajak Semua Pihak Wujudkan Tata Kelola Air yang Inklusif dan Berkelanjutan

Nasional
KSP Sebut Bakal Pertimbangkan Nama-nama Pansel KPK Rekomendasi ICW

KSP Sebut Bakal Pertimbangkan Nama-nama Pansel KPK Rekomendasi ICW

Nasional
Kementan Rutin Kirim Durian Musang King, SYL: Keluarga Saya Tak Suka, Demi Allah

Kementan Rutin Kirim Durian Musang King, SYL: Keluarga Saya Tak Suka, Demi Allah

Nasional
Jokowi-Puan Bertemu di WWF 2024, Pengamat: Tidak Akan Buat Megawati Oleng

Jokowi-Puan Bertemu di WWF 2024, Pengamat: Tidak Akan Buat Megawati Oleng

Nasional
56.750 Jemaah Haji Tiba di Madinah, 6 Orang Dikabarkan Wafat

56.750 Jemaah Haji Tiba di Madinah, 6 Orang Dikabarkan Wafat

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com