Tujuannya agar publik bisa mengkritisi, mengalisis, merasionalisasi relevansinya dan manfaatnya bagi masyarakat, bangsa, dan negara ini.
Sebab, Indonesia adalah kapal yang diharapkan tetap berlayar dalam rentang ratusan, bahkan ribuan tahun ke depan. Oleh karena itu, isi kepala nahkoda kapal Indonesia perlu segera diperdengarkan untuk kemudian diuji.
Berbulan-bulan lamanya agenda media dan agenda publik mendesak hal itu, kini mulai tampak hasilnya.
Perdana, kita melihat para bacapres yang masuk dalam bursa mulai tampil di media untuk berbicara secara terbuka kepada publik terkait program kerja mereka sebagai calon presiden.
Pada program Mata Najwa di Trans TV yang ditayangkan secara live dari Universitas Gadjah Mada (UGM), boleh dikatakan para bacapres, yakni Prabowo Subianto, Ganjar Pranowo, dan Anies Baswedan tampil perdana mengemukakan rencana-rencana kerjanya sebagai presiden, jika terpilih nanti.
Satu per satu mereka dieksplorasi oleh Najwab Sihab (sebagai host) dibantu oleh para akademisi dari UGM, aktivis kampus, serta mahasiswa dari kampus UGM dan sekitarnya.
Masing-masing dari mereka juga secara gamblang menyampaikan isi pikiran mereka.
Sampai pada tahapan itu, saya melihat bahwa agenda media dan agenda publik berhasil “memaksa” agenda kekuasaan (atau setidaknya calon penguasa) agar dapat sejalan dengan mereka.
Baik Prabowo, Ganjar, maupun Anies, sebagai representasi dari “pemilik” agenda kekuasan, nampaknya merespons keinginan publik tersebut dengan baik.
Hasilnya mereka mau berbicara dan kita akhirnya bisa mendengarkan arah pikiran mereka tentang berbagai permasalahan bangsa ini.
Apa yang terungkap di program Mata Najwa tentu masih sebatas kulit luar. Namun sebagai permulaan, kita patut bersyukur sebab puzzle-puzzle pemikiran mereka tentang “proyek ke-Indonesiaan” dalam lima tahun kepemimpinan ke depan, mulai terkuak.
Perlahan namun pasti, kita mengharapkan sekaligus tetap mendorong (menekan dalam bentuk mengkonstruksi agenda media dan agenda publik) dalam waktu tidak terlalu lama, pemikiran-pemikiran itu makin terkuak lagi dalam ekspose publik.
Sebut saja, misalnya, Anies Baswedan dalam program Mata Najwa tersebut mengungkapkan tentang mengimplementasikan rasa “keadilan dan kesetaraan” dalam berbagai kebijakannya nanti.
Contohnya, jaminan akses kesehatan bagi ibu hamil sampai anaknya bisa aktif, pendidikan bisa diakses oleh semua orang sampai tingkat perguruan tinggi, membuka lapangan kerja yang banyak dan mudah diakses dengan cara menambah kota sebagai pusat perekonomian, menurunkan harga bahan pokok, kepastian penegakan hukum dengan fokus pada pemberantasan korupsi, serta akan mensejahterakan petani.
Ganjar Pranowo mengungkapkan pikirannya, jika nanti terpilih menjadi presiden 2024-2029, maka upaya yang akan dilakukan adalah menghapus kemiskinan, menjaga stabilitas harga bahan pokok, penguatan SDM agar lebih produktif, infrastruktur yang sudah ada ditingkatkan nilai tambahnya, melakukan hilirisasi industri supaya menjadi kelas dunia, mengembalikan kelestarian alam, serta memperkuat jejaring pengaman sosial.