Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 20/09/2023, 14:07 WIB
Tatang Guritno,
Novianti Setuningsih

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Wakil Ketua Komisi IX DPR RI Charles Honoris meminta Presiden Joko Widodo (Jokowi) tak hanya berpangku tangan menyelesaikan persoalan polusi udara di DKI Jakarta.

Menurutnya, pemerintah tak bisa hanya memberlakukan kebijakan dengan target penyelesaian sesaat. Namun, harus dipikirkan strategi jangka panjang.

“Tanda bahaya ini tidak bisa diselesaikan hanya dengan cara sporadis, seperti aturan WFH (work from home/bekerja dari rumah) dan imbauan penanaman pohon saja,” ujar Charles dalam keterangannya, Rabu (20/9/2023).

Ia mengatakan, pemerintah harus menerapkan rancangan strategi yang jelas dan melibatkan banyak pihak untuk menyelesaikan persoalan udara di Jakarta.

Baca juga: Soal Polusi Udara Jabodetabek, Luhut: 3 Bulan Bahkan Satu Tahun Baru Bisa Diselesaikan

Jokowi, lanjut Charles, harus menunjukkan keseriusan dan ketegasan untuk mencari solusi persoalan tersebut.

“Presiden jangan terlihat pasrah dalam menghadapi masalah polusi udara ini. Tetapi, harus memegang komando utama dengan membuat roadmap dan memimpin semua pemangku kebijakan untuk menjalankannya,” katanya.

Terakhir, politisi PDI-P itu menekankan persoalan udara sangat mendesak untuk segera diselesaikan karena dampaknya langsung dirasakan oleh masyarakat.

“Seperti kata Presiden, banyak orang Jakarta batuk-batuk akibat polusi udara. Artinya, kalau masih banyak orang Jakarta batuk-batuk, berarti penanganan polusi udara oleh pemerintah masih jauh dari sukses,” ujar Charles.

Baca juga: Begini Cara Kerja Water Mist untuk Atasi Polusi Udara Jakarta

Adapun dikutip dari laman IQAir pada Rabu ini, pukul 08.00 WIB, US air quality index (AQI US) atau indeks kualitas udara di Jakarta berada di angka 166.

Berdasarkan tingkat polusi, DKI Jakarta masuk kategori tidak sehat. Tercatat dalam situs IQAir, konsentrasi polutan tertinggi udara DKI Jakarta hari ini PM 2.5 dengan nilai 85,5.

Upaya pemerintah

Sebagaimana diketahui, Presiden Jokowi telah menunjuk Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan menjadi Koordinator Penanganan Polusi Udara Jakarta-Bogor-Depok-Tangerang-Bekasi (Jabodetabek).

Dalam keterangannya pada awal September, Luhut mengatakan, penyelesaian polusi di Jabodetabek bisa memakan waktu tiga bulan hingga satu tahun.

"Tapi, kami semua kerjakan sekarang begitu terintegrasi. Dan imbauan kita (agar) tak perlu saling menyalahkan. Karena ini enggak akan selesai sebulan, dua bulan. It takes three months, atau bahkan satu tahun baru bisa diselesaikan," ujar Luhut di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Jumat (1/9/2023).

Baca juga: Muhadjir Effendy Ajak Warga Kurangi Polusi Udara Dimulai dari Diri Sendiri

Luhut lantas mengungkapkan, ada sejumlah langkah yang dilakukan pemerintah untuk menangani polusi di Jabodetabek. Pertama, pemerintah melakukan studi untuk memetakan strategi penanganan polusi udara.

Kedua, melakukan cek karbon emisi terhadap mobil dan motor. Kemudian, pemerintah saat ini mulai melakukan tirai air di gedung-gedung tinggi di Jakarta untuk mendorong terjadinya hujan.

Terbaru, Luhut meminta agar perusahaan maupun industri yang mempunyai pembangkit listrik sendiri untuk menggunakan alat pengendali dan pembersih polusi (scrubber) atau bahkan ditutup dan meminta PLN memberikan insentif berupa harga listrik murah kepada industri.

"Semua listrik-listrik yang ada di perusahaan, mau itu 5 megawatt, 3 megawatt yang full fire itu kita minta pakai scrubber atau ditutup, nanti kita ganti dengan PLN. Saya bilang PLN, 'kamu kan ada access capacity four something gigawatt, kamu harus kasih insentif.' Jadi, kita harus holistik penanganannya," ujar Luhut.

Baca juga: Atasi Polusi, Pemprov DKI Berencana Sediakan Fasilitas Uji Emisi di Semua Terminal

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.



Rekomendasi untuk anda

Terkini Lainnya

Lagi, 2 Prajurit TNI Gugur Usai Diserang KKB di Nduga

Lagi, 2 Prajurit TNI Gugur Usai Diserang KKB di Nduga

Nasional
Ini Tema Debat Pilpres 2024, Ada Pajak Karbon hingga 'Post-COVID Society'

Ini Tema Debat Pilpres 2024, Ada Pajak Karbon hingga "Post-COVID Society"

Nasional
KPU: Debat Capres Digelar 3 Kali, Cawapres 2 Kali

KPU: Debat Capres Digelar 3 Kali, Cawapres 2 Kali

Nasional
Bahas Etika, Sudirman Said Bakal Bagikan Buku Karyanya ke Tiga Pasangan Capres-Cawapres

Bahas Etika, Sudirman Said Bakal Bagikan Buku Karyanya ke Tiga Pasangan Capres-Cawapres

Nasional
Prabowo-Gibran Belum Turun Kampanye, TKN Yakin Tak Pengaruhi Elektabilitas

Prabowo-Gibran Belum Turun Kampanye, TKN Yakin Tak Pengaruhi Elektabilitas

Nasional
Gandeng Baznas RI, BPJS Ketenagakerjaan Serahkan Bantuan Kemanusiaan untuk Warga Palestina

Gandeng Baznas RI, BPJS Ketenagakerjaan Serahkan Bantuan Kemanusiaan untuk Warga Palestina

Nasional
Nawawi Sebut KPK Monitor Anggaran Pemilu Senilai Rp 70,5 Triliun Lebih

Nawawi Sebut KPK Monitor Anggaran Pemilu Senilai Rp 70,5 Triliun Lebih

Nasional
Timnas Amin: Pak Prabowo Luar Biasa, Sudah Bisa Joget 'Gemoy'

Timnas Amin: Pak Prabowo Luar Biasa, Sudah Bisa Joget "Gemoy"

Nasional
KRI dr Radjiman Wedyodiningrat-992 Siap Berangkat Misi Kemanusiaan untuk Bantu Korban di Gaza

KRI dr Radjiman Wedyodiningrat-992 Siap Berangkat Misi Kemanusiaan untuk Bantu Korban di Gaza

Nasional
Data Pemilih Diduga Bocor, Sudirman Said Minta KPU Lebih Hati-hati

Data Pemilih Diduga Bocor, Sudirman Said Minta KPU Lebih Hati-hati

Nasional
Hakim Agung Gazalba Saleh Diduga Terima Gratifikasi dari Eks Menteri KKP Edhy Prabowo

Hakim Agung Gazalba Saleh Diduga Terima Gratifikasi dari Eks Menteri KKP Edhy Prabowo

Nasional
Timnas Amin Sebut Gimik dan Gagasan Sama-sama Diperlukan

Timnas Amin Sebut Gimik dan Gagasan Sama-sama Diperlukan

Nasional
Pose Anies-Muhaimin Paling Beda di Surat Suara, Sudirman Said: Kebetulan, Siapa Tahu Jalan Kemenangan

Pose Anies-Muhaimin Paling Beda di Surat Suara, Sudirman Said: Kebetulan, Siapa Tahu Jalan Kemenangan

Nasional
TKN Sebut Kehadiran Gibran sebagai Representasi Anak Muda di Pemilu Jadi Sejarah

TKN Sebut Kehadiran Gibran sebagai Representasi Anak Muda di Pemilu Jadi Sejarah

Nasional
TKN: Prabowo Disebut 'Gemoy' Itu Anugerah

TKN: Prabowo Disebut "Gemoy" Itu Anugerah

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com