JAKARTA, KOMPAS.com - Presiden Joko Widodo memaparkan sejumlah aksi nyata Indonesia untuk melindungi bumi dalam pertemuan sesi pertama Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 India yang digelar di New Delhi, India, Sabtu (9/9/2023).
Pertemuan sesi pertama KTT itu mengangkat tema “One Earth”.
Kepala Negara menuturkan, Indonesia telah berupaya menekan deforestasi dan merestorasi mangrove.
“Indonesia di tahun 2022 telah menurunkan emisi 91,5 juta ton. Laju deforestasi ditekan hingga 104.000 hektar. Hutan dan lahan direhabilitasi seluas 77.000 hektar dan mangrove direstorasi seluas 34.000 hektar,” tutur Jokowi dikutip dari siaran pers Sekretariat Presiden.
Baca juga: Bicara Kenaikan Suhu Dunia di G20, Jokowi: Bumi Kita Tengah Sakit, kecuali...
Di hadapan para pemimpin negara G20, Presiden pun mengajak semua pihak untuk bertanggung jawab dan berkomitmen dalam menjaga bumi.
Salah satunya dengan melakukan aksi nyata dalam melindungi kelestarian bumi.
“Kita semua harus walk the talk, because we only have one earth,” ajak Presiden.
Lebih lanjut, Presiden menyebut bahwa bumi harus dijaga bersama karena planet ini milik semua pihak dan tentunya milik generasi masa depan.
Dalam sesi pertama KTT ini, Presiden Jokowi juga menyebut kondisi bumi yang sedang sakit.
Karena itu, menurut dia, ada sejumlah upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi peningkatan suhu bumi yang diprediksi akan terus meningkat dalam lima tahun ke depan.
“Bumi kita tengah sakit, pada bulan Juli lalu, suhu dunia mencapai titik tertinggi dan diprediksi akan terus naik dalam lima tahun ke depan, ini akan sulit ditahan, kecuali dunia mengadangnya secara masif dan radikal,” ucap Presiden Jokowi.
Baca juga: Selain Hadiri KTT G20, Jokowi Akan Ikuti Sejumlah Pertemuan Bilateral di India
Kepala Negara menyampaikan, percepatan transisi ekonomi rendah karbon menjadi salah satu upaya yang dapat dilakukan.
Presiden menilai, hingga saat ini, upaya penurunan emisi masih sangat terbatas.
“Komitmen pendanaan negara maju masih sebatas retorika dan di atas kertas, baik itu pendanaan climate 100 miliar dolar Amerika Serikat (AS) per tahun maupun fasilitas pendanaan loss and damage,” tutur Jokowi.
Lebih lanjut, Presiden Jokowi mengungkapkan, saat ini negara-negara berkembang membutuhkan bantuan dalam bidang teknologi dan investasi hijau untuk mempercepat penurunan emisi di dunia.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.