JAKARTA, KOMPAS.com - Aksi peretasan terhadap akun YouTube DPR RI dianggap memalukan, karena memperlihatkan orang-orang yang mengelola media sosial lembaga pemerintahan belum sepenuhnya menyadari dan waspada terhadap pentingnya keamanan siber.
"Jadi harusnya lembaga pemerintah yang menggunakan medsos menyadari ancaman ini, dan ini sangat memalukan bukan hanya bagi DPR RI, tetapi juga sebagai orang Indonesia jadi malu," kata Alfons dalam keterangannya seperti dikutip pada Jumat (8/9/2023).
"Kalau memproteksi akun YouTube saja sulit, bagaimana memproteksi yang lain dan menjalankan tugasnya," sambung Alfons.
Baca juga: Soal Peretasan Akun YouTube DPR, BSSN Koordinasi dengan Bareskrim
Menurut analisis Alfons, kemungkinan akun resmi DPR di YouTube dikelola oleh tim atau banyak orang. Maka dari itu agak menyulitkan jika menerapkan sistem proteksi otentikasi 2 langkah (Two Factor Authentication/TFA).
"Kalau pakai TFA kan harusnya sangat sulit dicuri. Karena hanya diproteksi dengan password saja maka jadi mudah dicuri. Kalau diaktifkan TFA, sekalipun password-nya bocor, akun tetap akan aman," ucap Alfons.
"Tapi itu tidak menjadi alasan bahwa diretas itu boleh, apalagi sekelas lembaga tinggi pemerintah," lanjut Alfons.
Baca juga: BSSN Temukan IP Address Peretas YouTube DPR Berada di Amerika Serikat
Sebelumnya diberitakan, akun YouTube DPR-RI diretas pada Rabu (6/9/2023). Sekretaris Jenderal DPR Indra Iskandar membenarkan bahwa akun YouTube DPR RI diretas.
Indra mengatakan, akibat peretasan tersebut, tampilan layar YouTube DPR RI menayangkan video berisi promosi judi online.
Direktorat Tindak Pidana Siber (Dittipidsiber) Bareskrim Polri akhirnya membantu menurunkan atau takedown akun YouTube DPR RI yang sempat diretas.
Baca juga: Belasan Jam Diretas, Akun YouTube DPR Pulih Bertahap dan Pakai Akun Baru
Penyidik dari Computer Security Incident Response Team (CSIRT) Polri serta Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) sudah turun tangan untuk melakukan penyelidikan terkait kejadian tersebut.
Akun YouTube DPR-RI berhasil dipulihkan secara bertahap dan menggunakan registrasi baru.
Dari penyelidikan terungkap alamat protokol internet (IP Address) peretas diduga berada di Amerika Serikat.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.