JAKARTA, KOMPAS.com - Elektabilitas bakal calon presiden (capres) PDI Perjuangan, Ganjar Pranowo, dan bakal capres Partai Gerindra, Prabowo Subianto, bersaing ketat di kalangan pemilih berlatar belakang Nahdlatul Ulama (NU).
Sementara, di kelompok yang sama, angka keterpilihan bakal capres Koalisi Perubahan untuk Persatuan, Anies Baswedan, masih cekak.
Ini terekam dalam survei Litbang Kompas yang dipublikasikan pada 21 Agustus 2023.
Menurut survei tersebut, elektabilitas Ganjar di kalangan responden NU mencapai 25,6 persen, sedangkan Prabowo mengantongi 25 persen atau terpaut 0,6 persen.
Sementara, tingkat keterpilihan Anies di kalangan NU masih jauh tertinggal, yakni 12,8 persen.
Baca juga: Survei Litbang “Kompas”: Elektabilitas PKB di Kalangan NU Urutan Ke-3 Setelah PDI-P dan Gerindra
Pemilih kalangan NU sendiri banyak tersebar di Jawa Timur. Di wilayah ini, warga NU mayoritas memberikan dukungan buat Ganjar.
Sebanyak 37,1 persen responden NU di Jawa Timur mengaku bakal memilih Ganjar pada Pemilu Presiden (Pilpres) 2024. Lalu, 20,8 persen memilih Prabowo.
Hanya 7,5 persen responden NU di Jawa Timur yang mengaku mendukung Anies.
Temuan tersebut sejalan dengan elektabilitas ketiga bakal capres di Jawa Timur secara umum. Di wilayah ini, Ganjar mendulang 33,5 persen suara dan Prabowo mendapat 21,2 persen dukungan.
Sedangkan Anies mengekor di urutan terakhir dengan elektabilitas 10,3 persen.
Memang, survei memperlihatkan, elektabilitas Ganjar unggul dibandingkan dua pesaingnya. Secara umum, mantan Gubernur Jawa Tengah itu mencatatkan elektabilitas 24,9 persen.
Tingkat elektoral Ganjar bersaing ketat dengan Prabowo yang elektabilitasnya mencapai 24 persen, dan Anies dengan angka keterpilihan separuh di bawah Ganjar dan Prabowo, yaitu 12,7 persen.
Minimnya suara Anies di kalangan NU dan pemilih Jawa Timur tersebut disinyalir menjadi alasan ditunjuknya Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Muhaimin Iskandar sebagai bakal cawapres buat mantan Gubernur DKI Jakarta itu. Sebab, suara PKB mayoritas datang dari kalangan NU, utamanya di Jawa Timur.
Adapun survei Litbang Kompas ini digelar pada 27 Juli-7 Agustus 2023. Survei melibatkan 1.364 responden di 38 provinsi di Indonesia.
Dengan metode wawancara tatap muka, survei mencatatkan margin of error sebesar +/- 2,65 persen. Survei sepenuhnya dibiayai oleh Harian Kompas.
Baca juga: Survei Litbang “Kompas”: Elektabilitas PKB di Kalangan NU Urutan Ke-3 Setelah PDI-P dan Gerindra