JAKARTA, KOMPAS.com - Survei terbaru Litbang Kompas merekam elektabilitas Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) di kalangan pemilih Nahdlatul Ulama (NU).
Elektabilitas partai pimpinan Muhaimin Iskandar tersebut mencapai 10,2 persen di kalangan pemilih NU secara nasional.
Angka itu naik dibanding survei Litbang Kompas periode Januari 2022, di mana potensi elektoral PKB saat itu sebesar 8,5 persen.
Elektabilitas PKB di kalangan pemilih NU ini menjadi yang ketiga setelah PDI Perjuangan dan Partai Gerindra. Menurut survei, elektabilitas PDI-P di kalangan responden NU sebesar 22,9 persen, sedangkan Gerindra 19,9 persen.
Baca juga: Blak-blakan Yenny Wahid Tutup Pintu Dukungan untuk Anies-Cak Imin
Pemilih kalangan NU sendiri banyak tersebar di Jawa Timur. Di kalangan responden NU di Jatim, suara PKB lebih besar lagi, yaitu 18,6 persen.
Suara PKB di kalangan NU di Jawa Timur ini lebih besar ketimbang Gerindra yang mengantongi dukungan 13,7 persen, namun masih di bawah PDI-P yang mendulang 32,9 persen suara.
Secara umum, elektabilitas PKB berada di urutan ketiga dengan raihan angka 7,6 persen.
Sementara, tingkat ekterpilihan PDI-P berada di urutan pertama dengan 24,4 persen dukungan, dan Gerindra di urutan kedua dengan elektabilitas 18,9 persen.
Baca juga: Hanya Muhaimin yang Bisa...
Berikut perincian suara sejumlah partai politik peserta Pemilu 2024 menurut survei terbaru Litbang Kompas
Total responden umum
Baca juga: Bantah Nasdem dan Masyumi, KPK Tegaskan Pemanggilan Cak Imin Tak Terkait Politik
Responden NU secara nasional
Responden NU di Jawa Timur
Besarnya suara PKB di kalangan NU, khususnya di Jawa Timur, disinyalir jadi alasan dipilihnya Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar sebagai bakal calon wakil presiden (cawapres) pendamping bakal calon presiden (capres) Koalisi Perubahan untuk Persatuan, Anies Baswedan. Sebab, suara Anies masih minim di wilayah tersebut.
Adapun survei Litbang Kompas ini digelar pada 27 Juli-7 Agustus 2023. Survei melibatkan 1.364 responden di 38 provinsi di Indonesia.
Dengan metode wawancara tatap muka, survei ini mencatatkan margin of error sebesar +/- 2,65 persen. Survei sepenuhnya dibiayai oleh Harian Kompas.
Baca juga: Mendadak Cak Imin Dipanggil KPK dan Harapan Anti Cawe-cawe di Tahun Politik