Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Saat Gus Dur Ungkap Soeharto Tak Sepakat Ada Capres Kampanye...

Kompas.com - 24/08/2023, 05:00 WIB
Aryo Putranto Saptohutomo

Editor

JAKARTA, KOMPAS.com - Keriuhan dalam persaingan bakal calon presiden menjelang pemilihan presiden (Pilpres) 2024 terus bergulir.

Ketiga sosok yang dijagokan yakni Prabowo Subianto, Anies Baswedan, dan Ganjar Pranowo saling bersaing dalam elektabilitas serta menuangkan gagasan masing-masing kepada masyarakat.

Pada era demokrasi pasca Reformasi dan pemilihan presiden dan wakil presiden secara langsung, kandidat yang akan bersaing diberi kesempatan buat melakukan kampanye.

Kampanye dilakukan buat memaparkan visi-misi, program, serta target dalam kepemimpinan jika mereka terpilih.

Akan tetapi, Presiden Soeharto sempat mempunyai pandangan berbeda ketika dia masih berkuasa.

Baca juga: Food Estate era Soeharto, Proyek Gagal, Hutan Gambut Terlanjur Rusak

Dia justru menilai tidak tepat jika calon presiden mengkampanyekan program-programnya.

Menurut Soeharto, presiden adalah mandataris Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) yang seharusnya melaksanakan program-program yang diputuskan oleh Majelis.

Jika para kandidat berkampanye terlebih dulu memaparkan program-programnya, menurut dia hal itu berarti mendahului MPR karena dia melaksanakan programnya sendiri, tidak melaksanakan keputusan MPR.

Pernyataan itu disampaikan Soeharto saat menerima kunjungan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) di di Bina Graha, Jakarta, pada 26 Maret 1990.

Pernyataan Soeharto itu juga yang dikutip oleh KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) yang ketika itu menjabat sebagai Ketua PBNU.

Baca juga: Kelaparan di Papua, Pengamat: Kembalikan Pola Pertanian Era Soeharto

"Presiden menjelaskan bahwa karena presiden adalah mandataris MPR yang melaksanakan program yang diputuskan oleh MPR, maka tentu tidak tepat kalau orang mau jadi presiden harus kampanye dulu membawa programnya. Ini berarti dia mendahului MPR karena dia melaksanakan programnya sendiri, tidak melaksanakan keputusan MPR," ujar Soeharto yang dikutip Gus Dur, seperti diberitakan surat kabar Kompas pada 28 Maret 1990.

Pernyataan Soeharto nampaknya menanggapi pendapat pengamat politik A. Dahlan Ranuwihardja, dalam seminar nasional kajian hukum tentang negara yang diselenggarakan oleh Lembaga Kajian Keilmuan Senat Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Indonesia di Kampus UI Depok, pada 23 Maret 1990.


Dahlan Ranuwihardja mengatakan, karena jabatan presiden mahapenting dan tidak ada duanya dalam kehidupan bernegara di Indonesia, maka seharusnya didasarkan pada persetujuan rakyat.

Sedangkan guna mendapat persetujuan rakyat sebanyak-banyaknya, maka mereka harus dilibatkan secara maksimal dalam proses pemilihan presiden.

"Proses pemilihan presiden belum cukup jika dimulai dan diakhiri dalam Sidang Umum MPR saja," ujar Dahlan.

Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah: Soeharto Ditetapkan Terdakwa Dugaan Korupsi

Halaman:


Terkini Lainnya

Sejarah Hari Buku Nasional

Sejarah Hari Buku Nasional

Nasional
Tanggal 15 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 15 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
UPDATE BNPB: 19 Orang Meninggal akibat Banjir Bandang di Agam Sumbar

UPDATE BNPB: 19 Orang Meninggal akibat Banjir Bandang di Agam Sumbar

Nasional
KNKT Investigasi Kecelakaan Bus Rombongan Siswa di Subang, Fokus pada Kelayakan Kendaraan

KNKT Investigasi Kecelakaan Bus Rombongan Siswa di Subang, Fokus pada Kelayakan Kendaraan

Nasional
Partai Buruh Berniat Gugat Aturan Usung Calon Kepala Daerah ke MK

Partai Buruh Berniat Gugat Aturan Usung Calon Kepala Daerah ke MK

Nasional
Cerita Sulitnya Jadi Ketua KPK, Agus Rahardjo: Penyidik Tunduk ke Kapolri, Kejaksaan, Sampai BIN

Cerita Sulitnya Jadi Ketua KPK, Agus Rahardjo: Penyidik Tunduk ke Kapolri, Kejaksaan, Sampai BIN

Nasional
Jemaah Haji Mulai Diberangkatkan, Fahira Idris: Semoga Sehat, Selamat, dan Mabrur

Jemaah Haji Mulai Diberangkatkan, Fahira Idris: Semoga Sehat, Selamat, dan Mabrur

Nasional
Jemaah Haji Gelombang Pertama Tiba di Madinah, Disambut Meriah

Jemaah Haji Gelombang Pertama Tiba di Madinah, Disambut Meriah

Nasional
Jokowi Diminta Tak Cawe-cawe Pemilihan Capim KPK

Jokowi Diminta Tak Cawe-cawe Pemilihan Capim KPK

Nasional
PBNU: Pratik Haji Ilegal Rampas Hak Kenyamanan Jemaah

PBNU: Pratik Haji Ilegal Rampas Hak Kenyamanan Jemaah

Nasional
Prabowo Disebut Bisa Kena Getah jika Pansel Capim KPK Bentukan Jokowi Buruk

Prabowo Disebut Bisa Kena Getah jika Pansel Capim KPK Bentukan Jokowi Buruk

Nasional
Gerindra Dorong Penyederhanaan Demokrasi Indonesia: Rakyat Tak Harus Berhadapan dengan TPS

Gerindra Dorong Penyederhanaan Demokrasi Indonesia: Rakyat Tak Harus Berhadapan dengan TPS

Nasional
Sekjen Gerindra Sebut Revisi UU Kementerian Negara Dimungkinkan Tuntas Sebelum Pelantikan Prabowo

Sekjen Gerindra Sebut Revisi UU Kementerian Negara Dimungkinkan Tuntas Sebelum Pelantikan Prabowo

Nasional
Pimpinan Komisi X Bantah Pernyataan Stafsus Jokowi soal Banyak Keluarga dan Orang Dekat DPR Menerima KIP Kuliah

Pimpinan Komisi X Bantah Pernyataan Stafsus Jokowi soal Banyak Keluarga dan Orang Dekat DPR Menerima KIP Kuliah

Nasional
Gerindra Siapkan 4 Kader Maju Pilkada DKI, Ada Riza Patria, Budi Satrio, dan Sara

Gerindra Siapkan 4 Kader Maju Pilkada DKI, Ada Riza Patria, Budi Satrio, dan Sara

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com