Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Andang Subaharianto
Dosen

Antropolog, Dosen Fakultas Ilmu Budaya Universitas Jember

Merdeka dari Politik Uang

Kompas.com - 17/08/2023, 07:03 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

INTI Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945 tak lain adalah pemulihan harkat martabat manusia. Di mana pun ada pengingkaran terhadap harkat martabat manusia, di sana pula akan muncul perlawanan dan perjuangan untuk memulihkannya.

Kata Bung Karno, sang proklamator, proklamasi kemerdekaan bagaikan “jembatan emas”. Di seberang jembatan itulah dibangun kehidupan yang memuliakan harkat martabat manusia Indonesia.

Saya melihatnya sebagai “politik gagasan”, politik pemuliaan masa depan manusia Indonesia secara bersama. Politik sebagai jalan menuju kemaslahatan bersama.

Kemerdekaan bangsa Indonesia tak akan pernah diraih dan bertahan bila rakyat dan para pemimpinnya waktu itu menyerah pada akal-akalan penguasa kolonial.

Kemerdekaan hanya akan menjadi mimpi belaka bila rakyat dan para pemimpinnya mau dihargai sebatas “kenikmatan sesaat secara personal”, atau secara sederhana disebut “politik uang”.

Rakyat dan para pemimpinnya melawan politik uang, melawan transaksi politik yang tak menghargai harkat manusia. Melawan arogansi elite penguasa yang tak mau tahu bahwa “orang lain” (the others) juga punya mimpi dan harapan masa depan.

Karena itu, proklamasi kemerdekaan yang diteken Soekarno-Hatta mewakili bangsa Indonesia dan dikumandangkan pada 17 Agustus 1945, tak lain adalah manifesto politik gagasan.

Peringatan Proklamasi Kemerdekaan ke-78 bertepatan dengan tahun politik menjelang Pemilu 2024. Merdeka dari politik uang, saya kira, perlu menjadi perhatian serius kita bersama.

Meski hanya beberapa menit di bilik suara, saat itu sejatinya kita menandatangani kontrak dengan para calon pemimpin politik, orang-orang yang kelak membuat dan memutuskan kebijakan.

Apa yang kita kontrakkan? Tak lain masa depan kita! Maka sangat tidak masuk akal bila masa depan itu hanya dikontrakkan senilai satu paket sembako, atau selembar dua lembar uang kertas warna merah bergambar proklamator.

Politik uang bukan omong kosong. Diakui sendiri oleh Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Muhaimin Iskandar bahwa politik uang masih terjadi sampai saat ini. Bahkan, ia menyebut biaya hingga Rp 40 miliar untuk menjadi anggota legislatif dari Jakarta.

“Politik uang, yang kaya yang berkuasa, yang menang yang punya duit, itu terbukti di lapangan dengan baik,” ujar Muhaimin pada acara Pidato Kebudayaan di Gedung Joang 45, Menteng, Jakarta, (Kompas.com, 12/08/2023).

Tinggalkan politik uang, muliakan politik gagasan. Kembalikan politik sebagai jalan menuju kemaslahatan umum.

Politik uang bukan hanya menistakan derajat kemanusiaan, melainkan juga potensial membuat negara tersandera oleh kepentingan kelompok kecil semata.

Bukan hanya berujung pada korupsi yang makin menggila, melainkan juga membuat negara hanya mengurus kepentingan elite semata.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tanggal 18 Juni 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 18 Juni 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Polisi Temukan Bahan Peledak Saat Tangkap Terduga Teroris di Karawang

Polisi Temukan Bahan Peledak Saat Tangkap Terduga Teroris di Karawang

Nasional
Polisi Tangkap Satu Terduga Teroris Pendukung ISIS dalam Penggerebekan di Karawang

Polisi Tangkap Satu Terduga Teroris Pendukung ISIS dalam Penggerebekan di Karawang

Nasional
BPIP: Kristianie Paskibraka Terbaik Maluku Dicoret karena Tak Lolos Syarat Kesehatan

BPIP: Kristianie Paskibraka Terbaik Maluku Dicoret karena Tak Lolos Syarat Kesehatan

Nasional
Sekjen Tegaskan Anies Tetap Harus Ikuti Aturan Main meski Didukung PKB Jakarta Jadi Cagub

Sekjen Tegaskan Anies Tetap Harus Ikuti Aturan Main meski Didukung PKB Jakarta Jadi Cagub

Nasional
PKB Tak Resisten Jika Anies dan Kaesang Bersatu di Pilkada Jakarta

PKB Tak Resisten Jika Anies dan Kaesang Bersatu di Pilkada Jakarta

Nasional
Ditanya Soal Berpasangan dengan Kaesang, Anies: Lebih Penting Bahas Kampung Bayam

Ditanya Soal Berpasangan dengan Kaesang, Anies: Lebih Penting Bahas Kampung Bayam

Nasional
Ashabul Kahfi dan Arteria Dahlan Lakukan Klarifikasi Terkait Isu Penangkapan oleh Askar Saudi

Ashabul Kahfi dan Arteria Dahlan Lakukan Klarifikasi Terkait Isu Penangkapan oleh Askar Saudi

Nasional
Timwas Haji DPR Ingin Imigrasi Perketat Pengawasan untuk Cegah Visa Haji Ilegal

Timwas Haji DPR Ingin Imigrasi Perketat Pengawasan untuk Cegah Visa Haji Ilegal

Nasional
Selain Faktor Kemanusian, Fahira Idris Sebut Pancasila Jadi Dasar Dukungan Indonesia untuk Palestina

Selain Faktor Kemanusian, Fahira Idris Sebut Pancasila Jadi Dasar Dukungan Indonesia untuk Palestina

Nasional
Kritik Pengalihan Tambahan Kuota Haji Reguler ke ONH Plus, Timwas Haji DPR: Apa Dasar Hukumnya?

Kritik Pengalihan Tambahan Kuota Haji Reguler ke ONH Plus, Timwas Haji DPR: Apa Dasar Hukumnya?

Nasional
Pelaku Judi 'Online' Dinilai Bisa Aji Mumpung jika Dapat Bansos

Pelaku Judi "Online" Dinilai Bisa Aji Mumpung jika Dapat Bansos

Nasional
Kemenag: Pemberangkatan Selesai, 553 Kloter Jemaah Haji Indonesia Tiba di Arafah

Kemenag: Pemberangkatan Selesai, 553 Kloter Jemaah Haji Indonesia Tiba di Arafah

Nasional
Pengamat Sebut Wacana Anies-Kaesang Hanya 'Gimmick' PSI, Risikonya Besar

Pengamat Sebut Wacana Anies-Kaesang Hanya "Gimmick" PSI, Risikonya Besar

Nasional
Jelang Idul Adha 2024, Pertamina Patra Niaga Sigap Tambah Solar dan LPG 3 Kg

Jelang Idul Adha 2024, Pertamina Patra Niaga Sigap Tambah Solar dan LPG 3 Kg

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com