Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tepis Isu Warga Papua Meninggal karena Diare, Menko PMK: Itu karena Kelaparan

Kompas.com - 09/08/2023, 14:52 WIB
Fika Nurul Ulya,
Diamanty Meiliana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK) Muhadjir Effendy yakin bahwa warga Kabupaten Puncak, Papua Tengah, meninggal dunia karena kelaparan.

Diketahui, terjadi perbedaan pendapat mengenai penyebab meninggalnya keenam warga Papua Tengah usai bencana kekeringan dan gagal panen terjadi di wilayah itu. Beberapa pihak menyebut penyebabnya adalah diare.

Namun, menurut Muhadjir, diare disebabkan mereka terpaksa memakan umbi-umbian busuk karena kelaparan dan tidak ada lagi yang bisa dimakan.

"Pertengahan Juli ada hujan es, nanti kemudian ada kabut es. Kabut es enggak tahu karakternya apa, itu yang bikin umbi-umbian busuk. Makanan pokok mereka itu umbi, bukan padi," kata Muhadjir saat ditemui di Kantor Kemenko PMK, Jakarta Pusat, Rabu (9/8/2023).

Baca juga: Mensos Risma Cerita Warga Papua Jalan Kaki 2 Hari Demi Jemput Bantuan Atasi Kelaparan

"Itu kalau dipaksa dimakan, terus jadi diare sampai meninggal. Makanya, benar meninggalnya memang diare, kan enggak ada visum dokter meninggal kelaparan. Ya diarenya itu karena kelaparan, gitu lho," imbuh Muhadjir.

Muhadjir menuturkan, diare disebabkan oleh bakteri yang ikut termakan dari umbi-umbian busuk tersebut.

Bahkan, ia mengaku sempat marah karena penyebab meninggalnya warga Papua disebut-sebut akibat dari diare.

"Saya agak marah kemarin di sana. Dipelintir masak ada yang bilang ini bukan karena kelaparan, matinya itu karena diare. Iya, tapi diare itu karena lapar. Sebabnya diare karena ada bakteri yang mematikan itu," jelas dia.

Baca juga: Wamenkes Bantah Penyebab Meninggalnya 6 Warga Papua Disebabkan Diare dan Muntah

Lebih lanjut, Muhadjir menyatakan telah meminta Institut Pertanian Bogor (IPB) untuk mengkaji jenis umbi-umbian apa yang lebih tahan terhadap cuaca dingin.

Tujuannya agar masyarakat Papua tetap memiliki makanan saat cuaca dingin ekstrem menyerang.

"Kalau bisa diganti ada umbi-umbian yang bisa tahan pada musim yang sangat ekstrem itu. Mungkin agak bisa menyelesaikan masalah," jelas Muhadjir.

Sebelumnya diberitakan, Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo mengatakan, meninggalnya enam warga Kabupaten Puncak, Provinsi Papua Tengah, bukan disebabkan kelaparan.

Menurut Syahrul, enam warga tersebut meninggal setelah muntah-muntah dan diare.

Baca juga: Bantuan 2,6 Ton untuk Warga Papua Tengah Dikirim Langsung ke Agandugume

"Saya habis dua hari terakhir ini ngecek banget apa itu kelaparan (yang) membuat dia meninggal. Kok kalau meninggal kelaparan kok cuma satu keluarga? Jadi (kalau) kelaparan itu bersifat masif," ujar Syahrul di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Rabu (2/8/2023).

"Oleh karena itu, yang ada menurut laporan dari Sekretaris Wilayah Daerah dan Kepala Dinas setempat bukan kelaparan, diare," ujar dia.

Syahrul lantas menuturkan, meninggalnya para warga diawali dengan muntah-muntah.

Pada siang hari, para warga menderita muntah 10 hingga 20 kali.

"Malamnya dia diare. Dehidrasi. Itu yang saya tahu," kata dia.

"Jadi ini menurut saya, tapi mari teman-teman mengecek. Bukan karena kelaparan, tapi karena muntaber," ujar Syahrul.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Zulhas: Indonesia Negara Besar, Kalau Perlu Kementerian Diperbanyak

Zulhas: Indonesia Negara Besar, Kalau Perlu Kementerian Diperbanyak

Nasional
Menag Cek Kesiapan Hotel dan Dapur Jemaah Haji di Madinah

Menag Cek Kesiapan Hotel dan Dapur Jemaah Haji di Madinah

Nasional
Usung Bima Arya atau Desy Ratnasari di Pilkada Jabar, PAN Yakin Ridwan Kamil Maju di Jakarta

Usung Bima Arya atau Desy Ratnasari di Pilkada Jabar, PAN Yakin Ridwan Kamil Maju di Jakarta

Nasional
[POPULER NASIONAL] Mahfud Singgung soal Kolusi Tanggapi Ide Penambahan Kementerian | Ganjar Disarankan Buat Ormas

[POPULER NASIONAL] Mahfud Singgung soal Kolusi Tanggapi Ide Penambahan Kementerian | Ganjar Disarankan Buat Ormas

Nasional
Zulhas Sebut Kader PAN yang Siap Jadi Menteri, Ada Yandri Susanto dan Eddy Soeparno

Zulhas Sebut Kader PAN yang Siap Jadi Menteri, Ada Yandri Susanto dan Eddy Soeparno

Nasional
Prabowo: Bung Karno Milik Seluruh Rakyat, Ada yang Ngaku-ngaku Seolah Milik Satu Partai

Prabowo: Bung Karno Milik Seluruh Rakyat, Ada yang Ngaku-ngaku Seolah Milik Satu Partai

Nasional
Jelang Munas Golkar, Soksi Nyatakan Dukung Airlangga Jadi Ketum Lagi

Jelang Munas Golkar, Soksi Nyatakan Dukung Airlangga Jadi Ketum Lagi

Nasional
Prabowo: Kalau Tak Mau Kerja Sama, Jangan Ganggu, Kami Mau Kerja...

Prabowo: Kalau Tak Mau Kerja Sama, Jangan Ganggu, Kami Mau Kerja...

Nasional
PAN Doa Dapat Banyak Jatah Menteri, Prabowo: Masuk Itu Barang

PAN Doa Dapat Banyak Jatah Menteri, Prabowo: Masuk Itu Barang

Nasional
KPK Cegah Pengusaha Muhaimin Syarif ke Luar Negeri Terkait Kasus Gubernur Malut

KPK Cegah Pengusaha Muhaimin Syarif ke Luar Negeri Terkait Kasus Gubernur Malut

Nasional
Zulhas: Banyak yang Salah Sangka Prabowo Menang karena Bansos, Keliru...

Zulhas: Banyak yang Salah Sangka Prabowo Menang karena Bansos, Keliru...

Nasional
Seluruh DPW PAN Dorong Zulhas Maju Jadi Ketua Umum Lagi

Seluruh DPW PAN Dorong Zulhas Maju Jadi Ketua Umum Lagi

Nasional
Di Depan Prabowo, Politisi PAN Berdoa Jatah Menteri Lebih Banyak dari Perkiraan

Di Depan Prabowo, Politisi PAN Berdoa Jatah Menteri Lebih Banyak dari Perkiraan

Nasional
Ditjen Imigrasi Periksa 914 WNA, Amankan WN Tanzania dan Uganda karena Diduga Terlibat Prostitusi

Ditjen Imigrasi Periksa 914 WNA, Amankan WN Tanzania dan Uganda karena Diduga Terlibat Prostitusi

Nasional
Disambut Hatta Rajasa, Prabowo Hadiri Rakornas Pilkada PAN

Disambut Hatta Rajasa, Prabowo Hadiri Rakornas Pilkada PAN

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com