JAKARTA, KOMPAS.com - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengingatkan adanya ancaman gagal panen pada lahan pertanian tadah hujan serta kebakaran hutan dan lahan (karhutla) sebagai imbas dari kekeringan.
Adapun kekeringan sendiri disebabkan oleh fenomena El Nino dan Indian Ocean Dipole (IOD) positif.
"Lahan pertanian berisiko mengalami puso alias gagal panen akibat kekurangan pasokan air saat fase pertumbuhan tanaman," kata Kepala BMKG Dwikorita Karnawati dalam siaran pers, Sabtu (22/7/2023).
Baca juga: 51 Desa di Sumenep Terancam Kekeringan, Pemkab Upayakan Distribusi Air
Dwikorita menyampaikan, El Nino dan IOD Positif saling menguatkan sehingga membuat musim kemarau tahun ini dapat menjadi lebih kering dan curah hujan pada kategori rendah hingga sangat rendah.
Curah hujan diprediksi menjadi sebulan sekali atau tidak ada hujan sama sekali. Menurutnya, situasi kekeringan berpotensi mengganggu ketahanan pangan nasional.
"Pemerintah daerah perlu melakukan aksi mitigasi dan aksi kesiapsiagaan segera," kata dia.
Sedangkan di sektor perikanan, perubahan suhu laut dan pola arus selama El Nino dan IOD positif yang mendingin, biasanya justru berpotensi meningkatkan tangkapan ikan.
"Peluang dari kondisi ini harus dimanfaatkan karena dapat mendukung ketahanan pangan nasional," ucap Dwikorita.
Baca juga: BPBD Situbondo Kirim Air Bersih untuk Ratusan Warga Terdampak Kekeringan
Puncak kemarau kering, tambah Dwikorita, diprediksi akan terjadi di bulan Agustus hingga awal bulan September 2023.
Kondisinya akan jauh lebih kering dibandingkan tahun sebelumnya, yaitu tahun 2020, 2021, dan 2022.
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan BMKG, indeks El Nino pada bulan Juli mencapai 1,01 dengan level moderat, sementara IOD sudah memasuki level indeks yang positif.
Sebelumnya, pada bulan Juni hingga dasarian 1 bulan Juli, El Nino masih dalam level lemah sehingga dampaknya belum dirasakan.
Namun setelah itu, dalam waktu yang bersamaan, El Nino dan IOD positif yang sifatnya global dan skala waktu kejadiannya panjang dalam hitungan beberapa bulan terjadi dalam waktu yang bersamaan.
"Dalam rentang waktu tersebut sebagian wilayah Indonesia masih ada yang diguyur hujan akibat adanya dinamika atmosfer regional yang bersifat singkat sehingga pengaruh El Nino belum dirasakan secara signifikan," imbuhnya.
Sementara itu, Plt Deputi Klimatologi BMKG Ardhasena Sopaheluwakan mengatakan, sektor pertanian bisa terdampak kekeringan.
Baca juga: 3 Kecamatan di Banyuwangi Masuk Kawasan Risiko Kekeringan Tinggi