Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pemicu Antraks di Gunungkidul: Sembelih Ternak yang Sudah Mati, Dagingnya Dibagikan dan Dikonsumsi

Kompas.com - 06/07/2023, 15:08 WIB
Fika Nurul Ulya,
Diamanty Meiliana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Kemenkes Imran Pambudi menjabarkan kronologi penularan bakteri antraks di Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).

Diketahui, sudah terdapat tiga orang yang meninggal dunia di wilayah tersebut, dengan rincian 1 teridentifikasi suspek antraks dan 2 lainnya memiliki gejala terpapar antraks.

Imran mengatakan, antraks kembali menyebar di wilayah Gunungkidul bermula ketika salah seorang warga berinisial KR menyembelih sapi yang sudah mati. Daging sapi tersebut dibagikan ke warga untuk dikonsumsi.

"Jadi kita awali dulu dari kasus kematian sapi tanggal 18 Mei, disembelih dan dibagikan kepada warga untuk dikonsumsi. Jadi ini yang menjadi salah satu penyebab penyebarannya," kata Imran dalam konferensi pers secara daring, Kamis (6/7/2023).

Baca juga: 5 Fakta Kasus Antraks di Gunungkidul: Warga Konsumsi Sapi yang Sudah Dikubur, 87 Orang Positif

Lalu pada 20 Mei 2023, kambing milik KR mati. Sama seperti sapi, dagingnya dipotong dan dibagikan ke warga.

Kemudian pada 22 Mei 2023, sapi milik SY mati dan di dagingnya pun dibagikan. Seorang warga yang meninggal berinisial WP, membantu menyembelih sapi milik SY.

Berlanjut di tanggal 26 Mei 2023, anak sapi milik KR mati dan dijual. Tanggal 1 Juni 2023, WP masuk rumah sakit.

"Tanggal 1 Juni WP masuk ke rumah sakit dengan keluhan gatal-gatal, bengkak, dan luka. Waktu diperiksa ada sampel-nya positif spora antraks dari tanah tempat penyembelihan sapi tadi," ucap Imran.

Pada 3 Juni 2023, WP dirujuk ke Rumah Sakit Sarjito. Di rumah sakit itu, sampel darah miliknya diambil dengan diagnosis suspek antraks. Lalu pada 4 Juni 2023, WP akhirnya meninggal dunia.

Baca juga: Kemenkes Koordinasi Kementan Usai 3 Warga Gunungkidul Meninggal karena Antraks

"Jadi antraks itu adalah penyakit zoonosis yang disebabkan oleh bakteri B.anthracis. Antraks ini umumnya menyerang hewan herbivora seperti kambing sapi domba dan lain-lain, penyakit ini bisa menular pada manusia," ucap dia.

Lebih lanjut Imran menyatakan, kasus antraks hampir terjadi tiap tahun di Gunungkidul dalam 5 tahun terakhir. Kasus paling tinggi terjadi pada tahun 2019 dengan 31 kasus, dan pada tahun 2022 dengan 23 kasus.

Namun tahun 2023, sudah ada tiga kasus kematian akibat antraks.

"Satu dinyatakan suspek karena sudah ada hasil pemeriksaan lab. Yang dua ini belum sempat dilakukan pemeriksaan karena langsung meninggal. Kita lakukan investigasi gejala ada dan mereka punya riwayat dengan sapi yang mati karena antraks tadi," jelas Imran.

Baca juga: Kasus Antraks, Kemenkes Ingatkan Waspadai Ternak Mati Mendadak

Sebelumnya diberitakan, kasus antraks dilaporkan menjangkiti puluhan warga Kelurahan Candirejo, Kapanewon Semono, Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).

Menurut Dinas Kesehatan Kabupaten Gunungkidul, satu orang dilaporkan meninggal dunia akibat antraks. Sementara Data Kementerian Kesehatan menunjukkan jumlah warga yang meninggal sebanyak tiga orang.

Halaman:


Terkini Lainnya

Tanggal 14 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 14 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Soal Prabowo Tak Ingin Diganggu Pemerintahannya, Zulhas: Beliau Prioritaskan Bangsa

Soal Prabowo Tak Ingin Diganggu Pemerintahannya, Zulhas: Beliau Prioritaskan Bangsa

Nasional
Kemendesa PDTT Apresiasi Konsistensi Pertamina Dukung Percepatan Pertumbuhan Ekonomi Masyarakat Wilayah Transmigrasi

Kemendesa PDTT Apresiasi Konsistensi Pertamina Dukung Percepatan Pertumbuhan Ekonomi Masyarakat Wilayah Transmigrasi

Nasional
Pospek Kinerja Membaik, Bank Mandiri Raih Peringkat AAA dengan Outlook Stabil dari Fitch Ratings

Pospek Kinerja Membaik, Bank Mandiri Raih Peringkat AAA dengan Outlook Stabil dari Fitch Ratings

Nasional
Refly Harun Anggap PKB dan Nasdem 'Mualaf Oposisi'

Refly Harun Anggap PKB dan Nasdem "Mualaf Oposisi"

Nasional
Berharap Anies Tak Maju Pilkada, Refly Harun: Levelnya Harus Naik, Jadi 'King Maker'

Berharap Anies Tak Maju Pilkada, Refly Harun: Levelnya Harus Naik, Jadi "King Maker"

Nasional
Perkara Besar di Masa Jampidum Fadil Zumhana, Kasus Sambo dan Panji Gumilang

Perkara Besar di Masa Jampidum Fadil Zumhana, Kasus Sambo dan Panji Gumilang

Nasional
Refly Harun: Anies Tak Punya Kontrol Terhadap Parpol di Koalisi Perubahan

Refly Harun: Anies Tak Punya Kontrol Terhadap Parpol di Koalisi Perubahan

Nasional
Verifikasi Bukti Dukungan Calon Kepala Daerah Nonpartai, Warga Akan Didatangi Satu-satu

Verifikasi Bukti Dukungan Calon Kepala Daerah Nonpartai, Warga Akan Didatangi Satu-satu

Nasional
Indonesia Dorong Pemberian Hak Istimewa ke Palestina di Sidang PBB

Indonesia Dorong Pemberian Hak Istimewa ke Palestina di Sidang PBB

Nasional
Beban Melonjak, KPU Libatkan PPK dan PPS Verifikasi Dukungan Calon Kepala Daerah Nonpartai

Beban Melonjak, KPU Libatkan PPK dan PPS Verifikasi Dukungan Calon Kepala Daerah Nonpartai

Nasional
Peran Kritis Bea Cukai dalam Mendukung Kesejahteraan Ekonomi Negara

Peran Kritis Bea Cukai dalam Mendukung Kesejahteraan Ekonomi Negara

Nasional
Refly Harun Ungkap Bendera Nasdem Hampir Diturunkan Relawan Amin Setelah Paloh Ucapkan Selamat ke Prabowo

Refly Harun Ungkap Bendera Nasdem Hampir Diturunkan Relawan Amin Setelah Paloh Ucapkan Selamat ke Prabowo

Nasional
UU Pilkada Tak Izinkan Eks Gubernur Jadi Cawagub, Wacana Duet Anies-Ahok Buyar

UU Pilkada Tak Izinkan Eks Gubernur Jadi Cawagub, Wacana Duet Anies-Ahok Buyar

Nasional
Jemaah Haji Tak Punya 'Smart Card' Terancam Deportasi dan Denda

Jemaah Haji Tak Punya "Smart Card" Terancam Deportasi dan Denda

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com