Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Andang Subaharianto
Dosen

Antropolog, dosen di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Jember, Rektor UNTAG Banyuwangi, Sekjen PERTINASIA (Perkumpulan Perguruan Tinggi Nasionalis Indonesia)

Pemilu 2024: Jangan Remehkan Golput Politik

Kompas.com - 06/07/2023, 07:24 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Berbeda dengan golput era reformasi. Pada era reformasi golput dilatarbelakangi oleh isu perilaku politik.

Sistem dan kelembagaan politik telah berubah seiring dengan runtuhnya Orba. Pemilu diselenggarakan oleh komisi independen, dan diikuti oleh banyak partai politik yang independen.

Ada lembaga pengawas pemilu. Masyarakat juga diberi kesempatan membentuk lembaga pemantau pemilu.

Dari sisi sistem dan kelembagaan politik ada kemajuan. Masyarakat menaruh kepercayaan dan harapan terhadap sistem dan kelembagaan politik era reformasi tersebut.

Buktinya angka golput relatif kecil pada pemilu pertama era reformasi (1999), yakni 7,3 persen. Sedikit lebih tinggi daripada pemilu terakhir Orba (6,4 persen).

Namun, perubahan sistem dan kelembagaan itu ternyata tidak segera menghasilkan kultur politik yang diharapkan. Perilaku politik pemimpin hasil pemilu tidak berubah, bahkan lebih menyakitkan rakyat.

Banyak pejabat politik, yang notabene kader-kader partai politik, terlibat korupsi secara berjamaah. Kinerjanya juga tidak memuaskan dilihat dari sudut kepentingan rakyat. Jauh dari harapan reformasi.

Pendek kata, perubahan sistem dan kelembagaan politik itu pada akhirnya lebih merupakan ”aturan main” bikinan para politisi dan elite lain untuk menyandera negara demi kepentingan mereka ketimbang mekanisme demokrasi untuk mengawal kepentingan rakyat.

Pemilu sebagai jalan demokrasi telah dibajak oleh elite, lalu membunuh ibu kandungnya, demos. Bagai dongeng Malin Kundang.

Muncullah kekecewaan dan krisis kepercayaan terhadap pejabat politik, partai politik, dan kandidat yang diajukan. Muncul keraguan terhadap kemampuan pemilu sebagai jalan demokrasi untuk mengubah kehidupan rakyat.

Karena tidak lagi takut menunjukkan sikap politik secara terbuka, masyarakat juga berani terbuka memilih golput.

Dulu sulit menemukan pegawai negeri sipil (PNS) memilih golput, tapi sekarang tidak sedikit PNS yang sengaja tidak datang ke tempat pemungutan suara. Apalagi warga masyarakat pada umumnya.

Angka golput pun membengkak dari pemilu ke pemilu era reformasi.

Data besaran masing-masing kategori memang tidak tersedia. Namun, mustahil timbul golput sebesar itu kalau hanya faktor teknis. Saya yakin sebagian besar golput karena faktor politis.

Perlawanan sehari-hari

Mengapa golput politik tidak bisa diremehkan? Sebagai sikap politik, golput bukanlah nihilis. Golput bisa berkembang ke arah “perlawanan sehari-hari”.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

1.168 Narapidana Buddha Terima Remisi Khusus Waisak 2024

1.168 Narapidana Buddha Terima Remisi Khusus Waisak 2024

Nasional
Menteri AHY Usulkan Pembentukan Badan Air Nasional pada WWF 2024

Menteri AHY Usulkan Pembentukan Badan Air Nasional pada WWF 2024

Nasional
Hormati Jika PDI-P Pilih di Luar Pemerintahan, Prabowo: Kita Tetap Bersahabat

Hormati Jika PDI-P Pilih di Luar Pemerintahan, Prabowo: Kita Tetap Bersahabat

Nasional
Setiap Hari, 100-an Jemaah Haji Tersasar di Madinah

Setiap Hari, 100-an Jemaah Haji Tersasar di Madinah

Nasional
PDI-P Sebut Anies Belum Bangun Komunikasi Terkait Pilkada Jakarta

PDI-P Sebut Anies Belum Bangun Komunikasi Terkait Pilkada Jakarta

Nasional
KPK: Ada Upaya Perintangan Penyidikan dalam Kasus TPPU SYL

KPK: Ada Upaya Perintangan Penyidikan dalam Kasus TPPU SYL

Nasional
Prabowo Koreksi Istilah 'Makan Siang Gratis': Yang Tepat, Makan Bergizi Gratis untuk Anak-anak

Prabowo Koreksi Istilah "Makan Siang Gratis": Yang Tepat, Makan Bergizi Gratis untuk Anak-anak

Nasional
Giliran Cucu SYL Disebut Turut Menikmati Fasilitas dari Kementan

Giliran Cucu SYL Disebut Turut Menikmati Fasilitas dari Kementan

Nasional
Kinerja dan Reputasi Positif, Antam Masuk 20 Top Companies to Watch 2024

Kinerja dan Reputasi Positif, Antam Masuk 20 Top Companies to Watch 2024

Nasional
KPK Sita 1 Mobil Pajero Milik SYL yang Disembunyikan di Lahan Kosong di Makassar

KPK Sita 1 Mobil Pajero Milik SYL yang Disembunyikan di Lahan Kosong di Makassar

Nasional
Tak Setuju Kenaikan UKT, Prabowo: Kalau Bisa Biaya Kuliah Gratis!

Tak Setuju Kenaikan UKT, Prabowo: Kalau Bisa Biaya Kuliah Gratis!

Nasional
Lantik Pejabat Pimpinan Tinggi Pratama, Menaker Minta Percepat Pelaksanaan Program Kegiatan

Lantik Pejabat Pimpinan Tinggi Pratama, Menaker Minta Percepat Pelaksanaan Program Kegiatan

Nasional
Akbar Faizal Sebut Jokowi Memberangus Fondasi Demokrasi jika Setujui RUU Penyiaran

Akbar Faizal Sebut Jokowi Memberangus Fondasi Demokrasi jika Setujui RUU Penyiaran

Nasional
Tidak Euforia Berlebihan Setelah Menang Pilpres, Prabowo: Karena yang Paling Berat Jalankan Mandat Rakyat

Tidak Euforia Berlebihan Setelah Menang Pilpres, Prabowo: Karena yang Paling Berat Jalankan Mandat Rakyat

Nasional
Korban Dugaan Asusila Ketua KPU Bakal Minta Perlindungan LPSK

Korban Dugaan Asusila Ketua KPU Bakal Minta Perlindungan LPSK

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com