JAKARTA, KOMPAS.com - Partai Gerindra mengeklaim akan ada partai politik (parpol) Parlemen yang memberikan dukungan ke Prabowo Subianto sebagai bakal calon presiden (capres) Pemilu 2024 dalam waktu dekat.
Pengamat politik dari UIN Syarif Hidayatullah Adi Prayitno menduga, parpol itu bisa jadi Partai Golkar atau Partai Amanat Nasional (PAN).
“Saya kira kemungkinannya cuma dua, antara Golkar dan PAN,” kata Adi kepada Kompas.com, Rabu (5/7/2023).
Baca juga: Prabowo di Antara Sejumlah Pilihan Bakal Cawapres dan Konsultasi ke Jokowi
Pasalnya, dari sembilan partai politik Parlemen, hanya Golkar dan PAN yang belum menyatakan dukungan ke kandidat capres mana pun.
Gerindra dan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) telah sepakat membentuk Koalisi Kebangkitan Indonesia Raya. Kedua partai mengusung Prabowo Subianto sebagai capres.
Sementara, PDI Perjuangan yang hendak mencapreskan Ganjar Pranowo sudah mengantongi dukungan dari Partai Persatuan Pembangunan (PPP).
Lalu, Partai Nasdem, Partai Demokrat, dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) resmi membentuk Koalisi Perubahan untuk Persatuan guna mengusung Anies Baswedan sebagai calon RI-1.
“Yang belum memutuskan pilihan politik ya hanya PAN dan Golkar,” ujar Adi.
Baca juga: Yakinkan PAN untuk Dukung Prabowo, Gerindra: Sudah Berkali-kali Runner-Up, Selanjutnya Menang
Namun demikian, menurut Adi, dukungan partai politik ke bakal capres tak mungkin dengan tangan kosong. Dia yakin, parpol akan mengajukan syarat tertentu sebelum merapat ke suatu koalisi.
Golkar misalnya, lewat musyawarah nasional (munas) beberapa waktu lalu telah menegaskan bahwa ketua umum mereka, Airlangga Hartarto, harus menjadi capres atau calon wakil presiden (cawapres). Sementara, buat PAN, Erick Thohir merupakan cawapres harga mati.
Padahal, Gerindra telah lebih dulu berkoalisi dengan PKB di mana PKB mensyaratkan ketua umumnya, Muhaimin Iskandar, sebagai calon RI-2.
Adi yakin, PKB enggan kehilangan kursi cawapres jika Golkar atau PAN bergabung ke koalisinya bersama Gerindra.
“Bisa Golkar atau PAN masuk, tapi PKB yang akan out kemungkinan karena PKB kan tetap harga mati mengincar posisi pendamping bagi Prabowo Subianto, khususnya Cak Imin (Muhaimin),” ujarnya.
Adi menyebut, situasi ini menjadi pilihan sulit buat Gerindra. Sebab, setiap partai punya keunggulan sendiri dan saling melengkapi.
Sebagai contoh, PKB, punya basis massa yang kuat di Jawa Timur dengan mayoritas pendukung dari kalangan Nahdliyin.