Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Hasanuddin Wahid
Sekjen PKB

Sekjen Partai Kebangkitan Bangsa (PKB). Anggota Komisi X DPR-RI.

Belajar Menghargai Multikulturalisme dari Gus Dur

Kompas.com - 27/06/2023, 10:45 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Pada 2005, Wall Street Journal (WSJ), menulis dalam kolom, bahwa Gus Dur.. "nothing less than a global struggle for the soul of Islam..".

Gus Dur dianggap sebagai pejuang, intelektual dan aktivis Muslim yang tidak lelah bersuara dan menyampaikan gagasan, mengabdikan diri untuk perdamaian dunia.

Greg Fealy dari Australian National University mengagumi Gus Dur. Mendengar berita bahwa Gus Dur wafat, Fealy berkomentar: “Dia (Gus Dur) benar-benar tokoh reformasi yang paling berani dan mungkin paling karismatik dalam isu-isu seperti demokrasi, hak asasi manusia, dialog antaragama dan reformasi agama.”

Biksu dari Tibet, H E Kyabje Dagri Rinpoche, bahkan mengenang Gus Dur sebagai sosok yang telah bekerja keras mewujudkan kesetaraan dan kerukunan umat beragama. Karena itu, banyak yang memuji dedikasinya yang luar biasa.

Bercermin pada masa muda Gus Dur

Jiwa multikulturalisme memang menyatu dengan jiwa dan kehidupan Gus Dur. Hal itu tidak terjadi secara kebetulan, melainkan terbentuk melalui pendidikan yang dialaminya dari kedua orangtuanya dan orang dekat lainnya.

Dikisahkan, masa kecil Gus Dur dihabiskan dalam lingkungan pesantren milik kakeknya Hasyim Asy’ari (pendiri pondok pesantren Tebuireng) dan Kiai Bisri Syamsuri (pendiri pondok pesantren Denanyar).

Berkat bimbingan ibunya, pada usia empat tahun Gus Dur telah mampu membaca Al Qur’an beserta ilmu tajwidnya.

Setelah itu Gus Dur mengikuti ayahnya, Wahid Hasyim, di Menteng Jakarta Pusat. Kala itu ayahnya menjadi Shumubu, semacam kantor utusan agama atas permintaan pemerintah Jepang.

Konon, sejak tinggal di Jakarta bersama ayahnya, Gus Dur muda, langsung dibimbing oleh sang ayah untuk membina relasi dengan berbagai lapisan masyarakat, baik orang pribumi maupun orang dengan banyak ideologi yang berbeda.

Ia pernah berinteraksi dengan berbagai, tokoh baik dari kalangan agamawan, nasionalis, politikus seperti Mohammad Hatta, dan mereka yang berhaluan kiri seperti Tan Malaka.

Selama di pesantren Al-Munawwir di Krapyak, ia belajar bahasa Arab dari KH. Ali Maksum. Ia juga belajar Bahasa Inggris, Perancis dan Belanda serta Jerman sehingga bisa melahap banyak buku antara lain Das Kapital (Karl Mark), What is To Be Done (Lenin), dan bacaan filsafat, buah pemikiran filsuf Yunani kuno, Plato dan Aristoteles.

Tahun 1964, Gus Dur berangkat ke Kairo untuk belajar di Universitas Al- Azhar. Namun sebagian besar waktunya di Mesir dihabiskan di ruang perpustakaan, terutama American University Library, perpustakaan terlengkap di kota itu.

Dari Mesir, Gus Dur pindah ke Universitas Bagdhad mengambil fakultas sastra.

Setelah batal melanjutkan studi ke Eropa dan Kanada, tahun 1971, ia memutuskan untuk kembali ke Indonesia setelah terilhami berita-berita menarik sekitar perkembangan dunia pesantren.

Nilai-nilai Gus Dur

Semenjak awal dekade 1970-an hingga menjelang akhir hayatnya, Gus Dur mencurahkan berbagai pemikiran bernasnya tentang Islam, pembangunan, demokrasi, dan penegakan HAM. Gus Gur juga giat mengembangkan jalinan persaudaraan dan dialog antarsesama agama.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

[POPULER NASIONAL] Reaksi Usai Prabowo Tak Mau Pemerintahannya Diganggu | Auditor BPK Minta 'Uang Pelicin' ke Kementan

[POPULER NASIONAL] Reaksi Usai Prabowo Tak Mau Pemerintahannya Diganggu | Auditor BPK Minta "Uang Pelicin" ke Kementan

Nasional
Sejarah Hari Buku Nasional

Sejarah Hari Buku Nasional

Nasional
Tanggal 15 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 15 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
UPDATE BNPB: 19 Orang Meninggal akibat Banjir Bandang di Agam Sumbar

UPDATE BNPB: 19 Orang Meninggal akibat Banjir Bandang di Agam Sumbar

Nasional
KNKT Investigasi Kecelakaan Bus Rombongan Siswa di Subang, Fokus pada Kelayakan Kendaraan

KNKT Investigasi Kecelakaan Bus Rombongan Siswa di Subang, Fokus pada Kelayakan Kendaraan

Nasional
Partai Buruh Berniat Gugat Aturan Usung Calon Kepala Daerah ke MK

Partai Buruh Berniat Gugat Aturan Usung Calon Kepala Daerah ke MK

Nasional
Cerita Sulitnya Jadi Ketua KPK, Agus Rahardjo: Penyidik Tunduk ke Kapolri, Kejaksaan, Sampai BIN

Cerita Sulitnya Jadi Ketua KPK, Agus Rahardjo: Penyidik Tunduk ke Kapolri, Kejaksaan, Sampai BIN

Nasional
Jemaah Haji Mulai Diberangkatkan, Fahira Idris: Semoga Sehat, Selamat, dan Mabrur

Jemaah Haji Mulai Diberangkatkan, Fahira Idris: Semoga Sehat, Selamat, dan Mabrur

Nasional
Jemaah Haji Gelombang Pertama Tiba di Madinah, Disambut Meriah

Jemaah Haji Gelombang Pertama Tiba di Madinah, Disambut Meriah

Nasional
Jokowi Diminta Tak Cawe-cawe Pemilihan Capim KPK

Jokowi Diminta Tak Cawe-cawe Pemilihan Capim KPK

Nasional
PBNU: Pratik Haji Ilegal Rampas Hak Kenyamanan Jemaah

PBNU: Pratik Haji Ilegal Rampas Hak Kenyamanan Jemaah

Nasional
Prabowo Disebut Bisa Kena Getah jika Pansel Capim KPK Bentukan Jokowi Buruk

Prabowo Disebut Bisa Kena Getah jika Pansel Capim KPK Bentukan Jokowi Buruk

Nasional
Gerindra Dorong Penyederhanaan Demokrasi Indonesia: Rakyat Tak Harus Berhadapan dengan TPS

Gerindra Dorong Penyederhanaan Demokrasi Indonesia: Rakyat Tak Harus Berhadapan dengan TPS

Nasional
Sekjen Gerindra Sebut Revisi UU Kementerian Negara Dimungkinkan Tuntas Sebelum Pelantikan Prabowo

Sekjen Gerindra Sebut Revisi UU Kementerian Negara Dimungkinkan Tuntas Sebelum Pelantikan Prabowo

Nasional
Pimpinan Komisi X Bantah Pernyataan Stafsus Jokowi soal Banyak Keluarga dan Orang Dekat DPR Menerima KIP Kuliah

Pimpinan Komisi X Bantah Pernyataan Stafsus Jokowi soal Banyak Keluarga dan Orang Dekat DPR Menerima KIP Kuliah

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com