Pemerintah untuk beberapa derajat telah berhasil mendorong kerukunan umat beragama. Pemerintah telah membentuk Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) di setiap provinsi dan kabupaten/kota.
Meskipun ada kelemahan-kelemahan yang melekat di tubuh organisasi itu, keberadaan FKUB cukup membantu menjaga kerukunan di tanah air.
Kementerian Agama juga gencar menyuarakan moderasi beragama dalam berbagai kajian dan pelatihan di lingkungan kampus yang bernaung di bawah Kemenag.
Selain itu, pelbagai ormas agama, NGO, lembaga kampus banyak yang menyuarakan kerukunan melalui program dialog antaragama.
Sebagai tambahan, alumni KAICIID, lembaga yang fokus pada dialog antaragama, memiliki alumni yang tersebar di beberapa kota di Indonesia giat melakukan program dialog antaragama dan budaya.
Sebagaimana dikatakan di atas, NU sangat menaruh perhatian pada upaya mendorong agama sebagai solusi dan menjadi arus utama dalam perkembangan peradaban.
Salah satu upaya adalah PBNU bekerjasama dengan Kemenag akan membuat forum Dialog Antaragama dan Budaya 2023.
Dalam agenda forum tersebut, Gus Yahya ingin membangkitkan ingatan kolektif terhadap warisan peradaban yang dulu milik Kawasan Indo-Pasifik yang berhasil dikonsolidasikan pada masa Ashoka.
Pendekatan Ashoka adalah pendekatan toleransi dan harmoni yang mendasari konsoslidasi peradaban di Indo-Pasifik.
Pasca-Ashoka, dunia banyak mengalami disrupsi, perpecahan yang meminggirkan pendekatan toleransi dan harmoni sehingga dunia dipenuhi dengan permusuhan dan peperangan.
Pada pertemuan sosialisasi Forum IIDC di Surabaya (15 Juni 2023), Gus Yahya menilai bahwa jatuh bangun peradaban-peradaban besar juga terkait dengan peran agama.
Pada tahap perkembangan peradaban, agama diprivatisasi dan dipinggirkan sehingga perlu dikembalikan kepada jalur utama yang membentuk arus utama peradaban.
Agama perlu dilibatkan untuk menyelesaikan konflik-konflik terutama terkait konflik yang menggunakan agama sebagai senjata politik. Khususnya pada masa-masa pemilu yang kerap mempolarisasi masyarakat dalam kelompok-kelompok yang salin berlawanan dan bermusuhan.
Menurut penulis, perlunya agama dilibatkan dalam penyelesaian konflik menjadi semacam kebutuhan, karena pelbagai konflik di Indonesia dan wilayah ASEAN juga, untuk beberapa derajat melibatkan agama.
Di Papua, untuk beberapa derajat, faktor agama juga memainkan peran, di mana ada semacam pandangan bahwa misionaris dari Barat ikut mendukung gerakan Papua merdeka.